Selasa, 14 Juli 2020

KHILAFATUL MUSLIMIN (KM) BUKAN HIZBUT TAHRIR INDONESIA (HTI)

Sedikit perbedaan antara HTI (Hizbut Tahrir Indonesia dan KM (Khilafatul Muslimin) adalah pada atribut atau seragamnya. 
KM didominasi warna hijau, sedangkan  HTI biasanya dominan warna hitam dan putih.
Tujuan kedua kelompok ini sama.

Kalau emang sama2 punya keinginan mendirikan negara Khilafah dg satu pemimpin seorang Khalifah, tapi mengapa orang2 HTI kok tidak langsung saja berbaiat kpd kelompok KM (Khilafatul Muslimin) yg sudah terang2an mempunyai seorang khalifah yaitu Abdul Qadir Hasan Baraja.

Kok malah buka lapak sendiri2, baik KM maupun HTI.

Abdul Qadir Hasan Baraja (sebagai pemimpin KM) sudah dinobatkan sebagai Khalifah dan Amirul Mukminin oleh pengikutnya yg tergabung dalam Khilafatul Muslimin (KM) dg pusat kekhalifahan di Masjid "Kekhalifahan Islam" Jl. WR. Supratman Bumi Waras, Teluk Betung, Bandar Lampung.

Meski masih kelas lokalan, tapi KM (Khilafatul Muslimin) ini selangkah lebih maju dibanding HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) krn KM sudah menobatkan pemimpinnya sebagai Khalifah sedangkan HTI belum jelas siapa  Khalifahnya.

Mengenal Sosok Abdul Qadir Baraja,
(Disadur dari tulisan Al Chaidar (Pengamat Terorisme Internasional di Indonesia)

Abdul Qadir Hasan Baraja lahir pada tanggal 10 Agustus 1944 di Taliwang, Sumbawa. Pendiri Darul Islam di Lampung pada tahun 1970, pendiri Pondok Pesantren Ngruki. Abdul Qadir Hasan Baraja telah mengalami 2 kali penahanan, pertama pada Januari 1979 berhubungan dengan Teror Warman, ditahan selama 3 tahun. Kemudian ditangkap dan ditahan kembali selama 13 tahun, berhubungan dengan kasus bom di Jawa Timur dan Borobudur pada awal tahun 1985. Abdul Qadir Hasan Baraja mendirikan Khilafatul Muslimin, sebuah organisasi yang bertujuan untuk melanjutkan kekhalifahan Islam pada tahun 1997. Ia ikut ambil bagian dalam mendirikan Majelis Mujahidin Indonesia pada bulan Agustus 2000, tetapi tidak aktif menjadi anggota MMI (Majelis Mujahidin Indonesia).

Sejarah perkembangan:

Tahun 1979 setelah kasus Komji terlibat dengan Habib Husein, Abdul Qodir terlibat dalam peledakan Candi Borobudur, sehinga ditahan sampai masa Reformasi. Dalam penjara itulah ia menyatakan telah menerima bai’at (sumpah setia) dari saudara Irfan dan Jaka untuk menjadi Khalifah. Dalam literatur dalil Islam Abdul Qodir berpendapat tidak ada rumusan yang qoth’ie (paripurna) untuk mengangkat Khalifah, sehingga walau dengan 2 orang saja sudah cukup, maka sosialisasi Khalifah mulai dikumandangkan termasuk dalam pertemuan MMI tahun 2000 hingga sekarang.

Wilayah operasional Faksi Abdul Qadir Baradja adalah Jakarta, Lampung, NTB, Jawa Tengah, Depok, Bogor, Tangerang, Bekasi, Sukabumi, Purwakarta, Cirebon, Yogyakarta, Semarang, Solo, Surakarta, Madura, Banjarmasin, Samarinda, dan Balikpapan. Sementara sumber pengadaan dana faksi ini adalah infaq, shadaqah, dan amal jama’i. Faksi ini mendapat dukungan luar ummat yang ada di Amerika Serikat,2 Kanada, Singapura, Malaysia, Brunai Darussalam, Arab Saudi, Bahrain, Mesir, Hongkong/Shenzen, Filipina, Jerman, Inggris, dan Perancis.

Kemampuan militer diperhitungkan mencapai angka 1 resimen. Kamp latihan berlokasi Gudang Angin, Lampung. Strategi yang dilakukan oleh faksi ini dipakai adalah syariah tanzhim (gerakan dakwah terbuka). Sementara taktik yang digunakan adalah askariah bertahan dan sosialisasi dakwah. Pelatihan-pelatihan yang sering dilakukan di daerah konflik dan gunung-gunung. Sementara menjadi sasaran dari pelatihan adalah training kekhalifahan di setiap kecamatan (sub-district), perekrutan massa di setiap propinsi, dan pendataan kekuatan RI dari aspek militer.

Faksi Abdul Qadir Baradja yg dikenal dengan nama Khilafatul Muslimin (KM) ini diperkirakan mempunyai 300.000 anggota di seluruh Indonesia dan sekitarnya, basis pesantren, petani, buruh, dan mahasiswa.

Kejadian-kejadian yang berkaitan dengan kelompok ini adalah gerakan Komando Jihad (1976), Teror Warman (1978), Kasus Peledakan Candi Borobudur, Jawa Tengah (1985), dan Kasus Talangsari, Lampung (1989).

Kegiatan KM yang hingga sekarang dilakukan adalah hanya pembinaan rutin di setiap sekretariat wilayah, ummul quro’ (district dan sub district) serta di tingkat pengurus Mas’ul Ummah dan Sosialisasi kekhalifahan di berbagai tempat, hampir setiap minggu. Kegiatan-kegiatan yang direncanakan faksi ini adalah mewujudkan kembali cita-cita NII sampai terwujud kekhalifahan, Seminar Khilafah di setiap propinsi dan kota-kota besar, dan lain-lain.

Anggaran pertahun untuk kegiatan-kegiatan yang dilakukan faksi ini tidak ada catatan resmi; namun diperkirakan berkisar 500 juta.

Sampai saat ini Pemerintah sepertinya belum bersikap kepada KM ini, mereka masih leluasa mengadakan berbagai kegiatan.

=====
Dafid Fuadi

Sumber :

- Tulisan Al Chaidar (Pengamat Terorisme Internasional di Indonesia)
- http://khilafatulmuslimin.net
- https://khilafatulmusliminksb.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar