Minggu, 30 Juni 2019

Kudeta yang gagal oleh manusia yang haus kekuasaan

NEGERI INI HAMPIR SAJA TERBAKAR API

Membaca laporan utama Tempo tentang temuan-temuan dilapangan saat demo 22 Mei, sungguh mengerikan..

Tempo dengan detail menjabarkan bagaimana peran eks Danjen Kopassus, Soenarko, merancang kerusuhan dengan metode "bunuh senyap". Sudah ada dua eksekutor yang terdeteksi, dan mereka sekarang sedang dikejar polisi.

Rencana Soenarko dengan memanfaatkan sniper untuk membunuh beberapa orang supaya demo semakin rusuh, rupanya hanya Plan A. Meski Soenarko ditangkap, Plan B tetap berjalan.

Kuncinya, harus ada korban jiwa.

Dan bergelimpanganlah nyawa 8 orang dari pihak pendemo terkena tembakan peluru tajam. Siapa yang melakukan itu, sedangkan Soenarko sudah ditangkap ?

Hermawan Sulistyo, Profesor LIPI, menemukan bukti yang mencurigakan dari 8 korban yang meninggal itu. "Semua tembakan single bullet, atau mati dengan satu peluru saja..."

Bayangkan, ketika mereka sedang asik-asik demo, tiba2 dari belakang ada yang menempelkan pistol di leher mereka belakang telinga dan "dor !" satu tembakan langsung ditempat mematikan. Mereka dieksekusi jarak dekat. Bajingan !

Dari jenis pelurunya, diduga pistol yang menembak jenis Glock, pistol yang sering dipakai para Jenderal.

Dan menariknya lagi, kata Hermawan, pihak Rumah Sakit ketika dibawakan korban meninggal asal main terima saja. Tidak bertanya dengan curiga kepada pembawa mayatnya.

Sesudah ada korban mati, Plan C pun dilaksanakan. Ratusan selongsong peluru disebarkan dijalan dan difoto oleh banyak orang dengan narasi di media sosial, "Lihat peluru tajam polisi !"

Anehnya, selongsong itu dibawa dengan kantong kresek plastik. Jelas ada yang ingin melakukan propaganda bahwa polisi memang menggunakan senjata tajam.

Sebelum demo 22 Mei, polisi sendiri sudah membekuk puluhan teroris yang siap meledakkan diri di tengah para pendemo yang dibayar 300 ribu sampai 500 ribuan. Bayangkan jika polisi tidak bertindak cepat, ada berapa ratus korban jiwa di tengah aksi karena ledakan bom bunuh diri dimana-mana ?

Aksi 22 Mei ternyata tidak sesederhana situasi yang terlihat di lapangan. Begitu banyak pergerakan berbahaya sebelum hari H yang semua akan berujung pada kepanikan dan kerusuhan.

Apa tujuannya situasi panik dan rusuh itu ?

Tentu menjadikan Indonesia seperti tragedi 1998. Korban jiwa ratusan, api menyala dimana-mana, perkosaan terhadap etnis Tionghoa kembali berlangsung dan berdampak pada larinya sebagian orang keluar negeri. Ekonomi kolaps dan Jokowi akan dipaksa mundur dari jabatan.

Jika itu terjadi, diharapkan institusi militer terbelah dan situasi negara dianggap darurat sehingga kekuasaan diambil alih. Dahsyat....

Situasi ini melengkapi teori saya sebelumnya, bahwa ada 4 unsur kekuatan yang sudah lama dibangun untuk membuat rusuh Indonesia.

Yang pertama kekuatan umat, yang dibangun melalui ormas-ormas radikal. Dan kedua kekuatan di dalam militer melalui oknum, sebagai pengambil alih kekuasaan. Ketiga, kekuatan politik sebagai partner melalui partai dan politikus. Dan keempat kekuatan dana, melalui pengusaha hitam yang sedang was-was uang mereka diluar negeri disita negara.

Ulama palsu, oknum militer, politikus busuk dan pengusaha jahat bergabung menjadi satu untuk melakukan kudeta besar.

Para ormas radikal dengan membawa nama "umat" ini dibangun oleh Hizbut Thahrir sebagai bagian dari melegitimasi kekuasaan yang diambil secara tidak sah oleh kekuatan lainnya..

Jadi paham kan, kenapa sebagian dalangnya pada lari ke Saudi sebelum aksi ?

Alhamdulillah, Indonesia masih kuat menahan gempuran itu. Kita harus berterimakasih pada kepolisian termasuk Densus 88, aparat militer yang masih cinta NKRI, para intelijen yang memasok informasi dan rekan-rekan silent majority yang siap turun ke lapangan jika situasi menjadi tidak aman.

Dan kita wajib berterimakasih pada Tuhan yang Maha Esa atas berkatNya dalam melindungi negara tercinta..

Seruput kopinya.. ☕☕

Denny Siregar

Kamis, 27 Juni 2019

Stop klaem menang dan main presiden presidenan

Bubaaaaar…. Stop main presiden-presidenan. The game is over! Jokowi Presiden RI 2 periode sudah sah diputuskan dalam Sidang MK yang berlangsung hari ini Kamis, 27 Juni 2019. Saat kita menuduh tanpa bukti, sudah bisa dipastikan persidangan yang adil pasti menolak mengabulkan yang namanya gugatan tanpa dasar. Karena di mana-mana yang namanya menuduh tanpa bukti itu adalah fitnah alias hoax. Ikuti pembahasannya dalam artikel ini.

Seperti sudah kita saksikan bersama dalam persidangan MK, saat kubu 02 menampilkan para saksi dan ahlinya malah jadi sidang yang lucu sekaligus memprihatinkan gara-gara kubu 02 tak bisa menghadirkan bukti-bukti atas semua gugatannya. Kubu 02 justru mempertontonkan kekonyolan dan kebohongan yang dilakukan oleh orang-orang yang sudah disumpah atas nama Tuhan. Mengerikan.

Tapi hari ini semua kekonyolan itu sudah berakhir. Seiring dengan keputusan Sidang MK yang tidak mengabulkan gugatan kubu 02, drama BW dan gerombolannya pun berakhir dengan sendirinya. Tak ada lagi main presiden-presidenan. The game is over. Jokowi Presiden 2 periode. Kemenangan ini milik kita semua, seluruh rakyat Indonesia yang cinta NKRI. Hiduplah Indonesia Raya.

Minggu, 16 Juni 2019

SIAPA IBLIS ITU

"IBLIS ITU SANGAT ALIM"
-------------------------------------------

Jika engkau bertanya tentang Al-Qur'an kpd iblis, maka iblis akan bisa menerangkan dg sangat jelas, karena iblis tau persis kapan ayat itu turun dari langit...

Jika engkau bertanya tentang ilmu hadist kpd iblis, maka iblis akan sangat pandai menjelaskannya,
karena iblis tau asbabul wurud dari hadist tersebut...

Jika engkau bertanya tentang kisah para nabi, iblis akan dg tepat menceritakannya karena iblis sudah ada sejak nabi adam masih berada dalam surga...

iblis ahli alqur'an...
iblis ahli hadist....
iblis ahli riwayat..
iblis alim/pandai dalam segala ilmu...

Setiap jengkal langit adalah bekas sujud iblis, iblis adalah guru besar tapi iblis tdk menjadi kekasih Allah, karena dalam diri iblis ada kalimat...

"AKU LEBIH BAIK DARI KAMU"

Semoga sedikit ilmu yg dititipkan Allah Subhana Wa Ta'alla dihati kita tdk menjadikan kita sombong dalam segala urusan...
Juga paham bahwa ilmu tak menjamin orang pasti ta'at dan sholeh.

Yang aku takut...hatiku kian mengeras dan sulit menerima nasehat, namun
sangat pandai menasehati
Yang aku takut...aku merasa paling benar, sehingga merendahkan yang lain.

Yang aku takut...egoku terlalu tinggi, hingga
merasa paling baik di antara yang lain.

Yang aku takut...aku lupa bercermin, namun
sibuk berprasangka buruk kepada yang lain.

Yang aku takut...ilmuku akan membuatku
menjadi sombong,memandang yang lain berbeda denganku.

Yang aku takut...lidahku makin lincah membicarakan aib orang lain, namun lupa dengan aibku yang menggunung dan tak sanggup kubenahi.

Yang aku takut...aku hanya hebat dalam berkata namun buruk dalam berbuat.

Yang aku takut...aku hanya cerdas dalam mengkritik, namun lemah dalam mengkoreksi diri sendiri.

Yang aku takut...aku membenci dosa orang lain, namun saat aku sendiri buat dosa aku enggan membencinya.

Kiranya Allah Subhana Wa Ta'alla
senantiasa menyadarkanku sehingga lebih rajin instrospeksi diri daripada mengurusi orang lain yang belum tentu perilaku dan tutur katanya lebih baik dari diriku. Aamiin...

"SELALULAH MELIHAT KE DALAM HATI"

Wallahu a'lam Bishowab

Allahuma sholii 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim

Minggu, 09 Juni 2019

MANTAN TIM MAWAR DAN RUSUH DI SARINAH

TIM MAWAR DAN RUSUH SARINAH

Laporan terbaru majalah Tempo.

Bau Mawar di Jalan Thamrin

Bekas anak buah Prabowo Subianto, Fauka Noor Farid, ditengarai berada di belakang unjuk rasa yang berakhir rusuh pada 21-22 Mei lalu.

Melalui anak buahnya, Fauka dituding mengerahkan massa pada hari itu. Tempo menelusuri dugaan keterlibatan mantan anggota Kopassus tersebut.

Edisi : 8 Juni 2019

DAHLIA Zein baru selesai melahap makanannya di sebuah restoran Padang di perempatan Jalan Sabang, Menteng, Jakarta Pusat, saat telepon selulernya berdering, Rabu malam, 22 Mei lalu. Ketua Umum Baladhika Indonesia Jaya, organisasi pendukung Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno, tersebut mendapat laporan dari anak buahnya soal kisruh dalam unjuk rasa di sekitar gedung Badan Pengawas Pemilihan Umum di Jalan M.H. Thamrin, yang berjarak sekitar 300 meter dari posisi Dahlia. “Saya bilang, ‘Ya udah, benturin aja. Chaos-in aja sekalian,’” ujar Dahlia kepada Tempo di sebuah kafe di pusat belanja Cilandak Town Square, Sabtu, 1 Juni lalu.

Dahlia mengaku kesal karena polisi menyuruh pengunjuk rasa pulang setelah mereka berbuka puasa. Menurut dia, sejumlah anggota Baladhika dari berbagai daerah ikut berunjuk rasa mempersoalkan dugaan kecurangan dalam pemilu presiden. Membantah mengerahkan massa pengunjuk rasa ke Bawaslu, Dah-lia mengatakan anak buahnya datang atas inisiatif sendiri.

Tak lama setelah percakapan itu, kericuhan terjadi di Jalan Wahid Hasyim, seberang gedung Bawaslu. “Setelah makan, saya melihat sendiri polisi membubarkan pakai gas air mata,” kata Dahlia. Tempo, yang berada di antara massa pengunjuk rasa, menyaksikan mereka membalas tembakan gas air mata dengan melemparkan batu dan petasan ke arah polisi. Malam sebelumnya, setelah polisi memukul mundur massa di depan gedung Bawaslu ke kawasan Tanah Abang, kericuhan juga terjadi dan merembet ke arah Petamburan, Jakarta Pusat. Seusai huru-hara, diketahui bahwa 8 orang tewas dan 700-an jiwa luka-luka.

Fauka Noor Farid

Tempo membaca transkrip pembicaraan yang diduga antara Dahlia dan Ketua Bidang Pendayagunaan Aparatur Partai Gerakan Indonesia Raya Fauka Noor Farid melalui ponsel saat kerusuhan 22 Mei lalu. Fauka adalah anak buah Prabowo di Komando Pasukan Khusus. Ia anggota Tim Mawar yang terlibat penculikan aktivis pada 1998 dan divonis 16 bulan penjara. Fauka pensiun dini dengan pangkat letnan kolonel, lalu membantu pemenangan Prabowo pada pemilihan presiden 2014 dan 2019.

Dalam transkrip yang diperlihatkan polisi itu disebutkan bahwa Dahlia melaporkan kericuhan yang terjadi antara pengunjuk rasa dan polisi. Tertulis juga di situ bahwa Fauka menyatakan berada di sekitar gedung Bawaslu. Menurut transkrip tersebut, Fauka menyatakan bagus jika terjadi chaos, apalagi jika ada korban jiwa. Masih menurut transkrip yang sama, Fauka disebut meminta Dahlia mencarikan kamar untuknya di kawasan Cikini. Dua petinggi badan intelijen dan tiga penegak hukum yang ditemui Tempo membenarkan isi transkrip tersebut. Dua hamba wet menyatakan keberadaan Fauka di kawasan Sarinah, persis di seberang gedung Bawaslu.

Dahlia mengakui nomor telepon 0816-17XX-XXXX yang tertulis dalam transkrip tersebut sebagai miliknya. Nomor telepon Fauka juga sama dengan yang tertulis di situ. Tapi Dahlia dan Fauka membantah isi percakapan tersebut. Keduanya juga menyatakan tak saling berkomunikasi selama unjuk rasa.

Meski mengaku memerintahkan anak buahnya melawan, Dahlia mengatakan tak ingin ada korban jiwa dalam demonstrasi tersebut. Menurut dia, polisi seharusnya tidak membubarkan pengunjuk rasa yang baru selesai berbuka puasa. Dahlia membenarkan memesan kamar hotel di kawasan Cikini dan Tanah Abang. “Bukan untuk Fauka, tapi buat anak buah saya yang datang dari daerah,” ujar Dahlia, yang mengaku dekat dengan Prabowo dan menjadi salah satu pengacara mantan Komandan Jenderal Kopassus tersebut.

Adapun Fauka membantah berada di dekat gedung Bawaslu saat unjuk rasa 22 Mei lalu. Menolak menyebutkan posisinya saat kericuhan terjadi, lulusan Akademi Militer tahun 1992 itu mengaku sedang berjumpa dengan teman satu angkatannya yang bertugas di Pasukan Pengamanan Presiden. “Saya jauh dari Bawaslu,” katanya melalui telepon, Sabtu, 1 Juni lalu. Ia juga membantah jika disebut menginginkan ada korban jiwa dalam demonstrasi itu. “Instruksi dari Pak Prabowo jelas: unjuk rasa harus damai dan tak boleh anarkistis.”

Komandan Pasukan Pengamanan Presiden, Mayor Jenderal Maruli Simanjuntak, yang satu angkatan dengan Fauka di Akademi Militer, mengatakan sejak siang dia bersama Presiden Joko Widodo. “Tidak ada lagi teman satu angkatan saya di Paspampres,” ujar Maruli.

• • •

DUGAAN keterlibatan orang di sekitar Prabowo Subianto dalam unjuk rasa bukannya tak dicium pemerintah. Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko dalam wawancara khusus dengan Tempo pada Jumat, 17 Mei lalu, mengatakan pemerintah sudah mendeteksi adanya gerakan tersebut. “Banyak orang mengkhawatirkan lingkungan Pak Prabowo. Lebih mengkhawatirkan lagi kalau orang-orang di lingkungannya bergerak tanpa setahu beliau,” ujar mantan Panglima Tentara Nasional Indonesia tersebut.

Sehari sebelum kericuhan, polisi menahan mantan Komandan Jenderal Kopassus, Soenarko. Awalnya dilaporkan karena dugaan makar, Soenarko menjadi tersangka kasus kepemilikan senjata ilegal. Akhir Mei lalu, polisi juga menahan Kivlan Zen karena kasus makar. Kivlan, mantan Kepala Staf Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat, dituding mendanai rencana pembunuhan empat pejabat negara. Soenarko dan Kivlan diketahui sebagai pendukung Prabowo.

Ihwal dugaan keterlibatan Fauka, dua sumber di Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi bercerita bahwa ia ikut merancang demonstrasi di Bawaslu beberapa pekan sebelumnya. Menurut keduanya, ada sejumlah pertemuan membahas rencana aksi massa tersebut, antara lain di kantor BPN di Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan. Pertemuan itu juga dihadiri sejumlah tokoh loyalis Prabowo, petinggi Partai Gerindra, dan beberapa ulama dari berbagai daerah.

Menurut sumber yang sama, rapat perencanaan serupa diselenggarakan di sebuah hotel di sekitar Masjid Cut Meutia, Menteng, Jakarta Pusat. Pertemuan tertutup yang juga dihadiri oleh Fauka itu diikuti sejumlah pemuka agama dari Jawa Timur. Dalam rapat yang berlangsung sejak pukul delapan malam hingga dinihari, peserta rapat tak boleh membawa ponsel. Fauka membantah ikut merencanakan unjuk rasa. “Tidak ada pertemuan itu,” ucapnya.

Penelusuran Tempo menemukan bahwa sejumlah personel Garda Prabowo, organisasi yang didirikan dan dipimpin Fauka, terlibat dalam demonstrasi tersebut. Salah satunya Abdul Gani Ngabalin, yang memiliki beberapa nama alias, seperti Mamat, Kobra Hercules, dan Kobra 08--angka ini merujuk pada panggilan Prabowo saat berdinas di TNI. Abdul Gani adalah bekas anak buah Rozario Marshal alias Hercules, preman Tanah Abang. Gani kini ditahan di Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya karena diduga terlibat dalam kerusuhan di sekitar Bawaslu.

Sejumlah sumber di Badan Pemenang-an Nasional Prabowo-Sandi mengatakan Abdul Gani menjabat Panglima Garda Prabowo. Beberapa hari sebelum unjuk rasa, ia ditengarai diperintahkan Fauka bersiap-siap mengikuti demonstrasi, yang kemudian berujung ricuh. Sebelumnya, setelah pencoblosan 17 April lalu, ia diminta menjaga rumah Prabowo di Jalan Kertanegara. Menjelang 22 Mei, Abdul Gani diduga ikut mengerahkan massa dari berbagai daerah, antara lain Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Maluku. Sebagian diinapkan di daerah sekitar Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur.

Endun, pengunjuk rasa yang beberapa kali mengikuti kegiatan Garda Prabowo di Jalan Kertanegara, menyaksikan Jalan Kertanegara dipenuhi ratusan pengunjuk rasa yang diangkut dengan sejumlah mobil pada 20 Mei lalu. Pria 39 tahun asal Majalengka, Jawa Barat, itu ditahan pada 21 Mei menjelang tengah malam di seberang gedung Bawaslu. Melalui seorang kenalannya, Tempo menemui Endun di Polda Metro Jaya sehari setelah Lebaran. Mandor bangunan yang mengagumi Prabowo itu mengaku tertarik bergabung dalam kegiatan Garda Prabowo karena dijanjikan bakal menjadi petugas pengamanan pasangan nomor urut 02 tersebut jika mereka memenangi pemilu.

Menurut Endun, Garda Prabowo kerap mengadakan pertemuan di sebuah tenda di dekat rumah Prabowo. Suatu kali anak buah Abdul Gani bernama Ripai memperkenalkan bosnya itu di hadapan anggota organisasi sebagai “Panglima Garda Prabowo”. “Dia yang memimpin dan menggerakkan massa di lapangan,” kata Endun menirukan ucapan Ripai kala itu. Ditunjukkan foto Fauka Noor Farid, Endun mengaku sering melihatnya di Kertanegara. Tapi Endun menyatakan tak pernah melihat Fauka berhubungan langsung dengan personel Garda Prabowo.

Peran Abdul Gani tak hanya sampai di situ. Tempo membaca salinan percakapan di grup WhatsApp “Garda Prabowo” yang beranggotakan sekitar 30 orang. Abdul Gani--dengan nama “Oppocobra08”--tercatat sebagai admin grup tersebut. Salah satu percakapan di grup itu terkait dengan rencana people power atau pengerahan massa “skala lokal dan nasional” dengan melibatkan berbagai komponen, seperti organisasi kemasyarakatan, mahasiswa, dan organisasi buruh, menjelang pengumuman hasil pemilu presiden.

Dalam salinan itu disebutkan, jika Komisi Pemilihan Umum tak menyatakan Prabowo-Sandi sebagai pemenang, massa akan menduduki gedung KPU, Bawaslu, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Istana Negara supaya keputusan berubah. Tapi, jika KPU tak mengubah keputusan tersebut, pengunjuk rasa akan terus menduduki Istana hingga Jokowi lengser.

Abdul Gani kerap mengirimkan pesan berisi soal tudingan kecurangan oleh kubu Joko Widodo-Ma’ruf Amin. Ia pun kerap membakar semangat anggota grup dengan mengunggah kalimat seperti “hidup mulia atau mati syahid” atau “people power spektakuler”. Ditunjukkan isi percakapan itu, Endun--yang mengaku menjadi anggota grup tersebut-- membenarkannya.

Menurut Endun, personel Garda Prabowo berkumpul pada 21 Mei sore di Bundaran Hotel Indonesia. Di situ, ia berjumpa dengan Ripai dan diperintahkan bergerak ke arah gedung Bawaslu, bergabung dengan pengunjuk rasa lain. Saat itu, demonstrasi berjalan cukup tertib. Endun menyaksikan, sekitar pukul sepuluh malam, massa mulai meninggalkan kawasan Bawaslu.

Namun, tak lama kemudian, massa lain mulai berdatangan. Kericuhan mulai timbul. Endun menyaksikan massa mulai merusak penghalang di depan gedung Bawaslu. Saat itulah, kata Endun, Ripai berteriak, “Lawan polisi! Serang!” Endun mengaku ikut meneriakkan takbir. Setelah itu, ia tak melihat lagi sosok Ripai. Tiba-tiba saja dia menghilang. Sedangkan Endun ditangkap polisi. “Saya hanya korban,” ujar lulusan sekolah menengah pertama ini.

Dimintai tanggapan, Ripai awalnya membantah tergabung dalam grup WhatsApp “Garda Prabowo” dan mengikuti unjuk rasa di Bawaslu. Tak berapa lama, laki-laki asal Ternate, Maluku Utara, itu mene-lepon dan membenarkan ikut berdemonstrasi. Tapi bukan pada 21 Mei seperti disebutkan Endun. “Hari itu saya berjaga di rumah Prabowo. Saya baru ke Bawaslu tanggal 22 Mei,” ucapnya. Ripai menyangkal ikut meneriakkan perlawanan terhadap polisi.

Hari itu Abdul Gani Ngabalin juga ikut berunjuk rasa. Dua jam sebelum azan magrib, pesan pendek beredar ke ponsel sejumlah penggerak massa. Tempo membaca pesan pendek tersebut pada pekan lalu. Isinya soal rencana kerusuhan yang akan dimulai pada pukul 19.15 WIB. Tertulis dalam pesan itu bahwa kerusuhan menunggu perintah dari Garda Prabowo. Tak berbeda jauh dari waktu yang disebutkan dalam pesan pendek itu, kerusuhan pun pecah. Tak lama berselang, Abdul Gani mendapat perintah dari Fauka Noor Farid untuk menghapus seluruh percakapan mereka di WhatsApp.

Malam itu juga polisi menangkap Abdul Gani, yang diduga terlibat kericuhan. Hasil tes urine menunjukkan dia menggunakan narkotik jenis sabu. Tempo mencoba menemui Abdul Gani alias Kobra Hercules yang ditahan di ruang tahanan Polda Metro Jaya. Tapi Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar Argo Yuwono mengatakan Kobra tak bisa ditemui. “Tidak boleh. Masih dalam pemeriksaan,” ujarnya.

Juru bicara BPN Prabowo-Sandi, Andre Rosiade, mengaku tak mengetahui ihwal rapat perencanaan unjuk rasa. Ia juga tak mengetahui peran Abdul Gani dalam kerusuhan tersebut. Menurut politikus Gerindra ini, Garda Prabowo juga bukan organisasi resmi partainya. “Itu relawan saja,” katanya.

Fauka Noor Farid mengaku mengenal Abdul Gani Ngabalin. Tapi ia membantah memiliki kedekatan dengan pria asal Pulau Kei, Maluku, tersebut. Fauka pun menyangkal memerintahkan Abdul Gani ikut berunjuk rasa atau menghapus isi percakapan mereka. Dia juga menyangkal jika Kobra disebut menjadi panglima, bahkan anggota Garda Prabowo. “Saya kan Ketua Umum Garda Prabowo. Kalau secara resmi mau masuk, kan harus ada surat. (Untuk Abdul Gani) itu tidak ada,” ujarnya (baca: “Wawancara Fauka Noor Farid”).

Anak buah Abdul Gani, Ripai, justru mengatakan bosnya itu dekat dengan Fauka. Ripai menyaksikan, beberapa hari sebelum unjuk rasa berlangsung, di sebuah lapangan di kawasan Cijantung, Fauka memberikan seragam loreng kepada Gani. Seragam resmi Garda Prabowo itu kemudian diberikan Gani kepada Ripai. “Dia Panglima Garda Prabowo,” kata Ripai.

STEFANUS PRAMONO, RAYMUNDUS RIKANG

https://majalah.tempo.co/read/157812/bau-mawar-di-jalan-thamrin

Sabtu, 08 Juni 2019

NU dan FPI itu beda,Tidak sama dan tidak akan pernah sama

NU dan FPI itu beda, tidak sama dan tak akan pernah sama. Jadi warga NU jangan bergabung dengan FPI, karena sudah beda rumah. Perbedaannya itu setidaknya bisa dilihat dari Anggaran Dasarnya.

ANGGARAN DASAR NU

BAB II
PEDOMAN, AQIDAH DAN ASAS

Pasal 4
Nahdlatul Ulama berpedoman kepada Al-Qur’an, As-Sunnah, Al-Ijma’, dan Al-Qiyas.

Pasal 5
Nahdlatul Ulama beraqidah Islam menurut faham Ahlusunnah wal Jama’ah dalam bidang aqidah mengikutimadzhab Imam Abu Hasan Al-Asy’ari dan Imam Abu Mansur al-Maturidi; dalam bidang fiqh mengikuti salah satu dari Madzhab Empat (Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hanbali); dan dalam bidang tasawuf mengikuti madzhab Imam al-Junaid al-Bagdadi dan Abu Hamid al-Ghazali.

Pasal 6
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Nahdlatul Ulama berasas kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. 

BAB IV
TUJUAN DAN USAHA

Pasal 8
1. Nahdlatul Ulama adalah perkumpulan/jam’iyyah diniyyah islamiyyah ijtima’iyyah (organisasi sosial keagamaan Islam) untuk menciptakan kemaslahatan masyarakat, kemajuan bangsa, dan ketinggian harkat dan martabat manusia.

2. Tujuan Nahdlatul Ulama adalah berlakunya ajaran Islam yang menganut faham Ahlusunnah wal Jama'ah untuk terwujudnya tatanan masyarakat yang berkeadilan demi kemaslahatan, kesejahteraan umat dan demi terciptanya rahmat bagi semesta.

Pasal 9
Untuk mewujudkan tujuan sebagaimana Pasal 8 di atas, maka Nahdlatul Ulama melaksanakan usaha-usaha sebagai berikut:

a. Di bidang agama, mengupayakan terlaksananya ajaran Islam yang menganut faham Ahlusunnah wal Jama'ah.

b. Di bidang pendidikan, pengajaran dan kebudayaan mengupayakan terwujudnya penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran serta pengembangan kebudayaan yang sesuai dengan ajaran Islam untuk membina umat agar menjadi muslim yang taqwa, berbudi luhur, berpengetahuan luas dan terampil, serta berguna bagi agama, bangsa dan negara.

c. Di bidang sosial, mengupayakan dan mendorong pemberdayaan di bidang kesehatan, kemaslahatan dan ketahanan keluarga, dan pendampingan masyarakat yang terpinggirkan (mustadl’afin).

d. Di bidang ekonomi, mengupayakan peningkatan pendapatan masyarakat dan lapangan kerja/usaha untuk kemakmuran yang merata.

e. Mengembangkan usaha-usaha lain melalui kerjasama dengan pihak dalam maupun luar negeri yang bermanfaat bagi masyarakat banyak guna terwujudnya Khaira Ummah.

====================

ANGGARAN DASAR FPI

BAB II
ASASI ORGANISASI

Pasal 5
ASAS, AQIDAH DAN MADZHAB
1. Organisasi FPI berasaskan Islam.
2. Organisasi FPI beraqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah.
3. Organisasi FPI bermahdzab aqidah Asy’ari dan bermadzhan fiqih Asy-Syafi’I.

Pasal 6
VISI DAN MISI
Visi dan Misi organisasi FPI adalah penerapan Syariat Islam secara Kaaffah di bawah naungan KHILAAFAH Islamiyyah menurut  Manhaj Nubuwwah, melalui pelaksanaan Da’wah, penegakan Hisbah dan Pengamalan Jihad. 

Pasal 7
PEDOMAN, SEMBOYAN, MOTTO, FILSAFAT DAN DOKTRIN :

1. Pedoman juang organisasi FPI ADALAH : Allah SWT adalah Tuhan kami dan Tujuan kami. Muhammad SAW adalah Teladan kami, Al-Qur’an adalah Pedoman kami, Jigad adalah Jalan Hidup kami, Syahid adalah Cita-Cita kami. 

2. Semboyan juang organisasi FPI adalah : Hidup Mulia atau Mati Syahid. 

3. Motto juang organisasi FPI adalah perjuangan Haq harus tersistem, karena perjuangan Haq yang tak tersistem dikalahkan oleh perjuangan Bathil Tersistem. 

4. Fisafat organisasi FPI adalah : Bagi Mujahid difitnah adalah biasa, dibunuh adalah Syahid, dipenjara adalah ‘Uzlah , dan dibuang adalah Tamasya.

NB : 
Silahkan diperbandingkan perbedaan di antara NU dan FPI, dan faktanya keduanya adalah beda.

Jumat, 07 Juni 2019

ERA KERJA DAN KERJA

#ILoveIndonesiaILovePresidenJokowi

Kemarin Saya membaca berita tentang salah satu direktur anak perusahaan Pertamina ternyata ikut bersama rombongan Prabowo ke Brunei.

Yang mengejutkan adalah, manifes penerbangan dengan pesawat jet carteran itu atas nama dia.

Mungkin rakyat awam selama ini hanya menduga-duga bahwa banyak pejebat BUMN dan ASN tidak loyal kepada  profesinya dan mereka terjebak dalam arus politik praktis.

Dalam pergaulan saya dengan pejabat BUMN dan ASN, itu bukan rahasia umum lagi bagaimana mereka mendukung paslon no 2.

Adalah sangat lucu bila Jokowi menggunakan kekuasaannya untuk menggerakan ASN dan Pejabat BUMN mendukungnya. Fakta itu menunjukan bahwa kebebasan ASN dan Pejabat BUMN terjaga dengan baik. Hak demokrasi mereka tidak membuat mereka takut harus berseberangan politik dengan Jokowi sebagai petahana.

Tapi jangan dikira mereka menentukan pilihan ke paslon no. 2 itu karena menilai Jokowi jelek dan tidak berprestasi.

Bukan itu alasan sesungguhnya.

Jadi apa ?

Umumnya mereka semua tahu dan merasakan kelebihan kepemimpinan Jokowi.
Mereka akui bahwa Jokowi lebih baik dari presiden sebelumnya. Namun kalau soal pilihan, tentu mereka pilih bukan Jokowi.
Ini masalah kenyamanan, sifatnya lebih ke personal, tidak ada kaitan dengan idiologi dan agama.

Mengapa ?
Karena saya tahu, sejak Jokowi jadi presiden, semua BUMN seperti berada di roller coaster.

Setiap hari mereka diawasi dan ditanyai progress pekerjaanya.

Setiap hari Meneg BUMN plototi kinerjanya sampai ke level terendah.

Itu semua untuk memastikan agar target yang ditetapkan Jokowi terlaksana sesuai jadwal.

Belum lagi gaya kepemimpinan Jokowi yang tidak percaya begitu saja laporan Menteri.

Jokowi bisa sidak langsung ke proyek.

Setelah itu rapat dengan direksi BUMN diadakan di lapangan. Evaluasi dan keputusan dibuat ditempat.

Apapun yang menghambat proyek, tidak bisa disembunyikan lewat window dressing. Karena Meneg BUMN dikawal oleh mantan CEO perusahaan multinasional dan mantan banker yang  berpengalaman dalam hal troubleshooting.

Jadi enggak bisa direksi BUMN make up story untuk keluar dari tekanan.

Kesimpulannya,

“ anda tidak mampu, anda keluar. Masih banyak orang hebat diluar sana yang sangggup kerja. Tapi anda mampu, peluang berkembang terbuka lebar.”

Sangat beralasan kalau sebagian ASN dan pejabat BUMN tidak suka dengan Jokowi.

Mereka sebelumnya dimanjakan dengan status quo, dimana pekerjaan sebagai direksi BUMN dan ASN adalah berkah hidup senang, jauh dari tekanan.

Tidak ada standar kinerja yang ketat menjadi basis prestasi mereka. Semua dapat diselesaikan secara politik. Selagi mereka dekat dengan elite politik maka semua hal akan baik-baik saja, walau karena itu mereka jadi bancakan elite politik.

Dari data BPK hasil audit 2014 yang di release tahun 2015, ada 146 BUMN yang menderita kerugian. Dari sejumlah itu ada enam besar langganan rugi yaitu Perum Bulog, PT. Perusahaan Gas Negara, PT. PLN, PT. PAL, PT. Garuda Indonesia, PT. Pertamina tapi potensi rugi akibat PT. Petral, dimasukkan maka PERTAMINA mempati urutan nomor 1 dalam daftar kerugian BUMN.

Dari kerja keras dibawah tekanan gaya kepemimpinan Jokowi memang berbuah hasil luar biasa. Data tahun 2018, jumlah BUMN rugi hanya tinggal kurang dari 12.

Bayangkan, dalam 4 tahun Jokowi bisa merecovery BUMN yang 146 merugi menjadi 134 sehat dan mencetak laba.

Saya yakin CEO kelas dunia saja tidak akan mampu melakukan recovery yang begitu hebat dan cepat. Apalagi ditengah upaya recovery itu proses restruktur dan rasionalisasi terjadi berbarengan dengan kinerja mencetak laba.

Jadi wajar saja, bila sebagian besar pejabat BUMN dan ASN juga elite politik merasa gerah dengan gaya kepempinan Jokowi. Dan wajar saja mereka tidak memilih Jokowi. Karena soal kenyamanan pribadi saja dimana diyakini bahwa kalau Paslon 02 menang maka pesta akan kembali digelar.

Saya secara pribadi tidak berharap pejabat BUMN dan ASN itu loyal kepada pemerintah.

Akan lebih baik mereka loyal kepada profesinya. Artinya selama mereka bertugas mereka hanya patuh kepada pimpinannya. Saat sekarang pimpinan tertingginya adalah Jokowi.

Dalam hal Politik, itu hak asasi mereka. Tatapi tidak perlu menjadi bagian dari partisan, apalagi menggunakan sumber daya BUMN untuk mendukung paslon No. 02.

Pada periode kedua ini, Jokowi akan fokus kepada peningkatan SDM, dan yang pertama dibenahi adalah ASN dan BUMN lewat standar kinerja yang ketat dengan standar kompentesi yang juga ketat. Bagi yang tidak bisa melewati standar itu, maka akan tersingkir dari arena. Akan digantikan oleh mereka yang lebih qualified. Semua untuk Indonesia lebih baik.

Salaam...

Kamis, 06 Juni 2019

PARTAI KOALISI MERAH PUTIH BERLOMBA LOMBA MERAPAT KE KUBU JOKOWIDODO

Gerindra Minta Jatah Menteri, PKS Terancam Seorang Diri

Fenomena Jokowi memang luar biasa, bukan hanya membuat masyarakat dan partai pendukung tergila-gila, tetapi juga masyarakat dan partai pendukung 02 malu-malu mau. Jika awalnya PAN dan Demokrat tidak kentara menunjukkan sikap pindah koalisi, maka belakangan ini sikap terang-terangan ingin pindah koalisi.

Ketua Umum PAN sudah mengucapkan selamat atas kemenangan di Pilpres kepada KH Ma'ruf Amin pada suatu kesempatan. Sedangkan putera mahkota Partai Demokrat, AHY sudah semakin nyata keinginan bergabung. Isunya bahkan sudah ada posisi menteri yang siap diberikan kepada AHY.

Ditinggalkan PAN dan Demokrat, maka koalisi 02 tinggal menyisakan dua partai politik, Gerindra dan PKS. Kondisi yang cukup untuk mengeksekusi kebijakan Jokowi untuk membangun Indonesia Maju dan mematikan organisasi perusak demokrasi, ketentraman, dan keberagaman Indonesia. Bukan hanya HTI tetapi organisasi kamuflase pengganti HTI.

Belakangan koalisi 02 ini kembali terguncang. Manuver Gerindra yang meminta jatah menteri membuat PKS keringat dingin. Pernyataan Andre Rosiade yang menyebut Gerindra ditawari menteri adalah sebuah proposal kepada Jokowi untuk mengajak mereka berkoalisi. Syarat menteri yang diberikan oleh Gerindra tidaklah aneh, karena perolehan suara Gerindra cukup untuk bisa dapat menteri dalam koalisi pendukung Jokowi, sama seperti Golkar, PPP, dan PAN yang masuk koalisi Jokowi pada periode 2014-2019.

PKS wajar keringat dingin. Berpolitik tanpa koalisi akan membuat PKS menjadi partai yang terpinggirkan. Apalagi faktanya PKS bukan partai yang dipimpin oleh tokoh yang punya kekuatan dana besar. Mengandalkan sumbangan para kader dalam dan luar negeri tidak akan cukup memenuhi logistik politik PKS. Belum lagi beberapa petinggi PKS punya "dapur" tidak hanya satu.

Jadi, apakah proposal Gerindra akan diambil oleh Jokowi dengan memberikan jatah menteri?? Saya tidak bisa menebaknya. Tetapi kalau boleh memilih, saya lebih senang PKS dibiarkan sendirian karena akar dari politik identitas di Indonesia ini adalah PKS.