Minggu, 15 November 2020

PELACUR DAN AHLI SURGA

 Kisah pelacur yg beruntung dan pendakwah ahli neraka 


Pelacur ahli surga


Suatu ketika Rasulullah Muhammad SAW menceritakan kepada para sahabat tentang seorang wanita yang menggeluti pekerjaan sebagai pelacur atau kini dikenal wanita penjaja seks atau PSK (pekerja seks komersial


Wanita ini, meski pekerjaannya hina dan kerap dicaci oleh masyarakat, namun akhirnya dicap sebagai ahli surga.


Gara-garanya, wanita ini mengerjakan amalan ahli surga, yakni berbuat baik kepada hewan anjing.


Dikisahkan, zaman dahulu ada seorang perempuan bekerja sebagai pelacur berjalan di tengah hari yang terik.


Dia kemudian melihat seekor anjing yang menjulurkan lidahnya karena kehausan.


Anjing itu terus mengelilingi sumur berharap bisa mendapat air untuk minum.


Usahanya tak membuahkan hasil, sampai-sampi anjing tersebut hampir mati.


Wanita yang melihat anjing itu kemudian menghampiri dan menolongnya.


Dia melepas sepatunya, tutun ke dalam sumur, lalu mengambilkan air dengan sepatu itu.


Air itu kemudian diberikan kepada seekor anjing yang kehausan.


Anjing itu kemudian kembali bugar, bertenaga, dan sehat.


Allah SWT mencatat perbuatan wanita tersebut sebagai amal shaleh dan mengampuni dosa-dosanya.


Mendengar cerita Rasulullah Muhammad SAW, para sahabat kemudian bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah kita mendapatkan pahala karena berbuat baik kepada hewan?"


Lalu Rasulullah Muhammad SAW menjawab, "Berbuat baik kepada setiap mahluk bernyawa it uada pahalanya."


Kisah seorang wanita dan anjing yang dikisahkan Rasulullah Muhammad SAW itu ada di dalam hadis Bukhari.


Dari Abi Hurairah Radialohu'anhu dari Rasulullah SAW berabda, “Telah diampuni seorang wanita pezina yang lewat di depan anjing yang menjulurkan lidahnya pada sebuah sumur. Dia berkata, “Anjing ini hampir mati kehausan”. Lalu dilepasnya sepatunya lalu diikatnya dengan kerudungnya lalu diberinya minum. Maka diampuni wanita itu karena memberi minum. (HR Bukhari).


Pendakwah ahli neraka 


Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tiada kamu kerjakan. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.” (QS. As-Shaff: 2-3)


Seorang pendakwah memiliki kedudukan yang mulia dan tinggi di dalam masyarakat Islam. Mereka sangat dihormati oleh umat karena telah menyampaikan risalah lslam dari satu mimbar ke mimbar lainnya, dari satu panggung ke panggung lainnya.


Memberikan pemahaman keagamaan kepada umat awam. Mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemunkaran.  Serta memberitahu kabar gembira akan surga dan peringatan akan neraka.


Namun siapa sangka, di balik kemuliaan tugas pendakwah yang seperti itu, Rasulullah menyampaikan beberapa peringatan akan siksa bagi para pendakwah di akhirat kelak.


Terkhusus mereka yang perkataannya tidak sesuai dengan perbuatannya. Menyuruh seseorang untuk berbuat baik, namun diri mereka tidak melakukannya.


Melarang seseorang untuk meninggalkan kemaksiatan dan kemunkaran, akan tetapi dirinya malah melakukannya. Tidak sama antara perkataan dan perbuatannya.


Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari Usamah bin Zaid, sebagaimana yang dalam kitab Akhlak Rasul Menurut Aal-Bukhari dan Muslim (Abdul Mun’in al-Hasyimi, 2018), Rasulullah mengambarkan para pendakwah seperti itu akan masuk ke dalam neraka dengan usus yang terurai.


Di dalam neraka nanti, mereka akan berputar-putar seperti berputarnya keledai yang diikat dengan alat penumbuk gandum.


Kejadian itu menarik perhatian penduduk neraka, mereka mendatangi orang tersebut dan bertanya kepadanya. Apa yang dahulu diperbuat sehingga siksaannya seperti itu.


Orang tersebut menjawab kalau dahulu di dunia dia ‘berprofesi’ sebagai pendakwah yang selalu mengajak umat untuk berbuat baik dan melarang mereka melakukan kemungkaran. Naasnya, perbuatannya tidak selaras dengan ucapannya itu.


Hadits lain menyebutkan ketika peritiswa Isra’ Mi’raj Rasulullah bertemu dengan suatu kaum yang memotong bibirnya sendiri dengan gunting dari api.


Penasaran dengan peristiwa itu, Rasulullah lantas bertanya kepada malaikat Jibril tentang kejadian ganjil itu.


“Mereka adalah umatmu yang menjadi khatib yang mengatakan apa yang mereka tidak kerjakan,” jawab malaikat Jibril dalam hadits riwayat Tirmidzi.


Titik tekan dari hadits Rasulullah di atas adalah antara perkataan dan perbuatan harus selaras.


Jangan sampai seseorang mengajak untuk melakukan hal-hal yang baik, namun dia sendiri malah berbuat hal-hal buruk yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya. 


Semoga kisah ini bisa membuka nalar sehatnya agar sadar apa yg di lakukan selama ini tidak baik... Dan tdk semua orang suka dgn cara dia, bahkan ulama bnyk yg tidak mendukungnya kecuali ulama yg segolongan dgn dia.