Rabu, 30 Januari 2019

PANATIK YANG BERUJUNG BUI


Ditangkap Polisi, Kreator Hoax Demo TKA Di Morowali Sulteng Penjual BATAGOR*

Nalar sehat anak bangsa sudah rusak, baik itu Ustad, Anggota dewan, Pengamat, Profesor, Dokter, Dosen, Guru, Mahasiswa, Pedagang2 khususnya mereka yang masuk dalam bagian pendukung paslon 02 PRABOWO-SANDI. Dengan mudahnya mereka sudah dicuci otaknya oleh penjual BATAGOR..!!!!

Polisi menyebut kreator dan buzzer hoax demonstrasi tenaga kerja asing (TKA) di Morowali, Sulawesi Tengah, kesehariannya menjadi penjual batagor. Pelaku berinisial IDN (23) mengaku membuat hoax untuk menciptakan kegaduhan.

"Pekerjaan pedagang batagor. Untuk tersangka dilakukan penangkapan dan penahanan," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri, Brigjen Dedi Prasetyo, di gedung Tribrata, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (30/1/2019).

"(Motif) membuat gaduh di media sosial. Dia yang membuat narasi, mengambil foto dan mengunggah di Facebook dan seolah-olah melakukan unjuk rasa warga negara asing di Morowali," tutur Dedi.

Polisi meminta masyarakat tidak mudah terpengaruh kabar hoax. Dedi menyebut jumlah TKA di Morowali hanya 10 persen dari jumlah TKI. TKA yang bekerja di Morowali hanya mengoperasikan teknologi pada proyek industri strategis nasional.

"Agar masyarakat tidak mudah terpancing isu yang tidak benar dan tidak mudah percaya berita yang menyesatkan. Tidak mungkin pemerintah membohongi masyarakatnya. Semua pembangunan dilaksanakan secara transparan dan bisa diuji kebenarannya," terang Dedi.

IDN ditangkap di Cengkareng Barat pada Selasa (29/1). IDN dijerat Pasal 14 ayat (2) dan/atau Pasal 15 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang KUHP.

(aud/fdn)(Detik.com/cnnindonesia.com)

http://www.beritaterheboh.com/2019/01/ditangkap-polisi-kreator-hoax-demo-tka.

DEBAT PERTAMA JOKOWIDODO MENANG

Lingkaran Survei Indonesia (LSI) mengukur persepsi publik mengenai penampilan kandidat pada debat pertama pilpres 2019 yang digelar pada 17 Januari 2019.
Hasilnya, pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin dinilai mayoritas responden lebih unggul dalam debat.
Pertanyaan yang diajukan kepada para responden, "Berdasarkan debat pasangan capres-cawapres yang pertama, pasangan mana yang paling unggul?".
Pertanyaan ini ditanyakan kepada 50,6 persen responden yang mengaku menonton debat baik secara utuh maupun sebagian.

Dari survei ini, Jokowi-Ma'ruf unggul dengan dipilih oleh 50,0 persen responden.
Peneliti LSI Albi Alfaraby saat merilis hasil suveinya di Kantor LSI, Rawamangun, Jakarta Timur, Rabu (30/1/2019).
Sementara, pasangan calon nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno hanya dipilih oleh 35,4 persen responden.
Responden yang merahasiakan jawaban, belum memutuskan, tidak tahu atau tidak menjawab sebesar 14,6 persen responden.
"Secara umum, publik menilai Jokowi-Ma'ruf menang debat capres-cawapres pertama," kata peneliti LSI Albi Alfaraby saat merilis hasil surveinya di Kantor LSI, Jakarta, Rabu (30/1/2019).
Jokowi-Ma'ruf dinilai unggul dalam aspek kemampuan komunikasi, penguasaan materi, program kerja, penguasaan permasalahan sesuai tema debat, serta kepemimpinan yang kuat.
Adapun, Prabowo-Sandi unggul dalam satu aspek yakni pasangan calon yang kompak dan saling melengkapi.
Kendati demikian, Albi mengingatkan bahwa hasil survei mengenai siapa kandidat yang unggul dalam debat ini bisa menjadi bias. Sebab, banyak juga masyarakat yang tidak menilai penampilan pasangan calon secara objektif.

Hal Ini khususnya terjadi pada mereka yang sudah memiliki pilihan sebelum menonton jalannya debat.
"Jadi yang mendukung Jokowi-Ma'ruf akan mengatakan mereka lebih unggul, begitu juga yang mendukung Prabowo-Sandi akan menjawab jagoan mereka lah yang lebih unggul," kata Albi.
Survei LSI ini dilakukan pada 18-25 Januari 2019 dengan metode multistage random sampling. Jumlah responden adalah 1200 orang yang memiliki hak pilih di Pilpres 2019.
Survei dilakukan dengan wawancara tatap muka dan menggunakan kuesioner. Margin of error survei ini yakni plus minus 2,8 persen.

Minggu, 27 Januari 2019

Pertemuan Kader caleg

BIAYA POLITIK YANG MAHAL

Caleg.Caleg.Akhir akhir ini masyarakat di sibukkan dengan bahasa Caleg.Diwarung warung masyarakat membahas caleg A.dari partai a,b,c dll.
Kemarin saya diajak pertemuan sama caleg A di rumah makan ini lo,pulangnya kami masih di kasih uang saku Rp.200.000.Tugasnya mudah sekali lo.
Saya juga di ajak ketemuan sama Caleg d du sana makannya banyak sekali,
Pulangnya di kasih rp 150.000 dan di surug mencatat keluarga saya saja.
Ada lagi pak j bilang saya sudah di suruh 4 caleg untuk ketemuan dan semuanya memberikan uang.Kelihatanya masyarakat bahagia sekali di pesta demokrasi ini.Pesta uang dan pasti ada yang akan tertipu dengan pesta itu.
Saya mendengar semua cerita itu semua sambil geleng geleng kepala.mau mengkritik siapa yang di kritik mau diam saja kok ya subgguh mengganggu nurani saya.Tapi kenyataan demokrasi kita masih seperti itu.
Ada teman caleg saya bilang sudah habis 150 jt lo untuk pertemuan kader saja.bahkan ada yang lebih.
Ya saya masih mengikuti apa keinginan masyarakat saat ini.kalau pasar sekali ketemu rp 250.000 maka saya mengikuti segitu juga.
Makanya celeg kalau uangnya tipis siap siap saja sehabis mencalegkan akan bangkrut dan belum tentu mendapatkan suara.
Saran saya inilah kehidupan pesta demokrasi kita saat ini.Belajarlah dengan iklas untuk mengikuti perkembangan politik ini dengan iklas biar setelah pemilu tidak stres.selamat menikmati pesta demokrasi.

Selasa, 15 Januari 2019

MIMPI DISIANG BOLONG.


Pidato Prabowo Dinilai Retorika Klise

Oleh Markus Junianto Sihaloho, Robert Wardy | 15 Jan 2019 11:56
Jakarta - Pidato Prabowo Subianto yang memaparkan visi dan misinya dalam Pilpees 2019, Senin (14/1) malam, dinilai hanyalah pengulangan dan penguatan strategi menebar krisis dan keburukan.

Penilaian itu disampaikan Juru Bicara TKN Jokowi-KH Ma'ruf Amin, Tb Ace Hasan Syadzily. Menurutnya, tidak ada yang baru dari pidato visi dan misi yang disampaikan Prabowo. Selama dua jam membaca teleprompter, Prabowo hanya menyampaikan retorika klise dan miskin gagasan segar.

"Prabowo tetap mengandalkan strategi our brand is crisis. Dengan menilai situasi negara saat ini di tengah krisis. Semua dilihat buruk, sengsara, tertinggal, terbelakang dan tergantung. Dengan cara itu, Prabowo ingin tampil sebagai penyelamat," kata Ace Hasan Syadzily di Jakarta, Selasa (15/1).

Penggambaran situasi seperti itu mengingatkannya pada pidato Donald Trump. Menurutnya, Prabowo terlihat berupaya menjiplak Donald Trump dalam pemilu AS, yakni mengaduk-aduk sentimen dan emosi, dengan mengangkat contoh-contoh dramatis, tetapi tidak disertai data dan fakta yang akurat.

Oleh karena itu, lanjut Ace, tawaran program oleh Prabowo tidak ada yang genuine dan sebagian besar yang dijanjikannya sudah dikerjakan oleh Jokowi.

"Prabowo baru berjanji, Jokowi sudah memberikan bukti. Lima fokus dan agenda aksinya banyak menjiplak program Jokowi," katanya.

Agenda untuk menstabilkan harga, pembukaan lapangan kerja, penurunan angka kemiskinan dan ketimpangan, penguatan BUMN sebagai agen pembangunan, menjaga iklim usaha, infrastruktur yang bermanfaat, kepastian hukum pada ojek online, pembenahan tata kelola BPJS Kesehatan, serta revitalisasi industri, sudah dikerjakan Jokowi.

"Tidak ada yang baru," ujar politikus Golkar itu.

Prabowo yang kembali mengangkat masalah utang luar negeri, lanjut Ace, juga hanya retorika. Utang pada masa pemerintahan Jokowi digunakan untuk kegiatan produktif dan sama sekali tidak dikorupsi oleh penguasa.

"Di balik retorika, semua menunggu apa yang membedakan program Prabowo dengan apa yang sudah dikerjakan Jokowi. Prabowo juga tidak menyampaikan bagaimana caranya. Jadi, dua jam Prabowo berpidato justru hanya mempromosikan apa yang sudah dilakukan oleh Jokowi," kata Ace.

Pidato tersebut, menurutnya, justru menegaskan paradoks Prabowo. Prabowo menyebutkan persekusi terhadap pihaknya, tetapi justru membiarkan kelompok pendukungnya melakukan persekusi. Prabowo meminta pendukungnya tidak menghujat dan mencemooh, tetapi membiarkan hoax dan fitnah ke Jokowi bertebaran.

"Berteriak soal Bhinneka Tunggal Ika, tetapi membiarkan setiap hari pendukungnya menebar kebencian pada Jokowi dan kelompok yang berbeda. Malam ini pidato itu justru menampilkan paradoks Prabowo," tegasnya.



Sumber : BeritaSatu.com

TEORI BAKAR RUMAHNYA RAMPOK ISINYA INI PIDATO PRABOHONG




*DUA GEROMBOLAN SRIGALA SIAP MENERKAM INDONESIA*

By Eko Kuntadhi

Tim Kampanye Nasional Prabosan memindahkan Posko ke Solo. Secara bersamaan gerombolan yang menamakan 212 menggelar Tabligh Akbar disana.

Sebuah video viral. Isinya peserta aksi sedang memprovokasi seorang polisi. Untung polisi itu sabar. Meski ketika menontonnya, saya saja gregetan. Kok, bisa mereka kurang ajar kepada aparat negara seperti ini.

Di acara itu bendera HTI berkibar dimana-mana. Tidak ada satupun bendera merah putih.

Sehari sebelumnya, gerombolan teroris menyerang rutan Solo dan memicu kerusuhan di sana. Polisi menangkap 10 orang anggota gerombolan. Dua orang dilumpuhkan karena melawan.

Di Medan, Sumatera Utara, gereja yang sudah lama berdiri tetiba jemaahnya dilarang beribadah. Videonya juga diviralkan. Di Jambi tiga gereja disegel warga, padahal gereja-gereja tersebut punya izin resmi.

Jangan kaget jika penutupan gereja akan terus terjadi sampai Pilpres nanti. Sebab tujuannya memang mau membakar konflik agama.

Apa yang bisa dilihat dari kondisi ini?

Ada kelompok yang sedang menyulut konflik di Indonesia. Saya melihat ada dua kepentingan yang menginginkan terbakarnya bangsa ini.

Pertama mereka yang punya agenda politik. Kandidat presiden yang gak punya prestasi berharap terjadi keriuhan agar bisa memancing di air keruh. Dengan terjadinya huru-hara, mereka bisa mengelabui rakyat untuk memetik keuntungan politik.

Isu yang akan dimainkan, pemerintah tidak bisa menjaga ketertiban rakyatnya. Penyegelan gereja itu punya dua tujuan : membakar emosikaum muslim dan menakut-nakuti umat kristen.

Ujungnya mereka akan menyebarkan isu pemerintah gak bisa melindungi minoritas. Lihat saja suara itu susah mulai dimainkan ei media sosial. Ini untuk menarik suara umat kristen. Atau setidaknya membuat mereka skeptis dan jadi Golput.

Kepentingan lain yang berharap Indonesia konflik adalah gerombolan pengasong agama. Para penganut 'Islam politik' yang beringas. Kita tahu, meski sudah dibubarkan HTI tetap mimpi basah untuk merusak negara ini dengan slogan agama.

HTI dan gerombolan teroris sebetulnya gak peduli-peduli amat dengan Capres. Mereka bersatu karena kepentingannya sama : huru-hara. Kelompok Capres berharap setelah kerusuhan itu bisa memenangkan Pilpres.

Sementara gerombolan HTI dan teroris berharap, kerusahan yang akan terpercik jangan sampai padam. Jangan berhenti di Pilpres. Kalau bisa terus membesar. Setelah membesar baru ada alasan para Srigala lapar dari luar negeri diundang masuk. Seruanya jihad.

Pola ini mirip di Libya. Hizbut Tahrir meracuni rakyat untuk memberontak pada Khadafi. Lalu setelah terjadi kekacauan ISIS, Alqaedah masuk untuk menyembelih rakyat Libya.

Setelah ISIS dan Alqaedah melampiaskan nafsu berdarahnya, baru negara-negara asing berebut masuk. Memlrampok semua kekayaan Libya. Perusahaan AS dan Eropa membagi-bagi kapling kilang minyak dan semua sumber daya.

Jalan dan infrastruktur yang ada dihancurkan oleh ISIS dan Alqaedah. Kontraktor Eropa dan AS masuk, membangun jalan itu lagi. Pemerintah Libya yang baru dipaksa berhutang.

Jadi ada dua Srigala yang berharap Indonesia konflik. Srigala pertama adalah politisi ngehe yang gak punya prestasi tapi libido berkuasanya naudzubilah.

Srigala yang lebih ganas adalah gerombolan teroris yang dipakai oleh kekuatan asing untuk membuat huru-hara, agar Indonesia bisa dirampok seluruh kekayaannya.

Kedua kepentingan ini sama strateginya : bakar rumahnya, lalu rampok isinya. Bakar Indonesia, lalu petik kepentingan dari sana.

Kedua gerombolan ini sedang mencoba membakar rumah Indonesia. Kepentingan mereka bertemu bukan pada tujuan akhir. Mereka cuma sama-sama ingin Indonesia hancur dulu. Setelah itu, saya yakin keduanya juga akan saling menerkam. Saling menusukan bayonet.

Tinggal kita yang akan menangisi puing-puing bangsa ini. Dan Abu Kumkum tidak sanggup lagi berkata-kata.

Semoga kita terhindar dari kebiadaban mereka semua.

www.ekokuntadhi.id

Minggu, 06 Januari 2019

SIAPA YANG ANTI ULAMA?




SIAPA ANTI ULAMA?

Oleh Tomi Lebang

Pada tanggal 23 Juli 1999, ulama yang sangat dihormati di Aceh, Teungku Bantaqiah, dibunuh dengan brutal oleh tentara di pelataran Pesantren Babul Mukarramah yang diasuhnya di Desa Blang Meurandeh, Aceh Barat.

Ia tewas bersama 57 santrinya -- 34 tewas bersama sang ulama dan 23 dibunuh di perjalanan menuju Takengon -- dalam pembantaian yang melibatkan ratusan aparat militer.

Teungku Bantaqiah, sang ulama, dituduh menyimpan ratusan pucuk senjata api -- tapi tak terbukti. Dan kekuasaan pun berbicara.

Pada tanggal 10 September 1984, Sersan Hermanu, seorang anggota Babinsa memasuki Masjid As Saadah di Tanjung Priok, Jakarta Utara, tanpa melepas sepatu dan menghapus tulisan anti-pemerintah di majalah dinding masjid dengan air comberan.

Peristiwa ini memicu aksi protes umat Islam dan berakhir rusuh dua hari kemudian. Ada 24 korban tewas, termasuk pengurus masjid Amir Biki, dan 54 terluka (termasuk militer). Itu menurut catatan resmi, kendati warga Tanjung Priok memperkirakan ada ratusan orang terbunuh atau hilang dalam konflik dengan aparat negara saat itu.

Belum lagi 169 warga sipil ditangkap dan dipenjarakan. Belakangan terungkap, umat yang berada dalam tahanan itu diperlakukan tidak manusiawi, disiksa seperti binatang.

Pada tahun 2003, Imam Besar FPI Habib Rizieq dihukum penjara selama tujuh bulan di Rutan Salemba, Jakarta Pusat. Oleh pengadilan, ia dianggap melakukan penghasutan, mengganggu ketertiban dengan merusak fasilitas umum, dan merendahkan pemerintah saat itu.

Lima tahun kemudian, Kamis 30 Oktober 2008, di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Habib Rizieq kembali divonis bersalah dengan hukuman pidana penjara 1 tahun 6 bulan dan denda sebesar Rp 5 ribu rupiah. Kasus ini bermula dari aksi menolak kenaikan harga BBM dan menyerukan pembubaran Ahmadiyah yang berakhir dengan bentrok.

Ditulis oleh tirto.id, Habib Rizieq dianggap bersalah menganjurkan dan membiarkan anak buahnya melakukan kekerasan dan perusakan secara bersama-sama di muka umum. Selain itu Rizieq menebarkan kebencian dengan seruan yang dia selipkan pada dakwahnya agar jamaah pengajian memerangi Ahmadiyah.

Dan sebagainya. Ada banyak kisah tentang konflik, benturan, dan irisan yang terjadi antara ulama, umat Islam dan negara, sepanjang sejarah Indonesia. Yang saya ceritakan baru tiga di antaranya.

Kesamaan kisah-kisah ini ada dua:

Satu, terjadi di era sebelum pemerintahan Presiden Joko Widodo.

Dua, rezim yang berkuasa pada saat peristiwa itu -- pembantaian ulama Teungku Bantaqiah, peristiwa Tanjung Priok, dan pemenjaraan Habib Rizieq -- sama sekali tak menuai predikat sebagai musuh Islam.

Saya hanya ingin berbicara fakta, Presiden Jokowi jauh lebih menyediakan ruang, mengarahkan anggaran negara yang banyak, dan memberi perhatian yang berlebih kepada umat Islam negeri ini ketimbang pendahulunya. Bukan di saat menjelang pemilihan presiden, tapi sejak dulu, sejak awal berkuasa.

Tanyakanlah kepada pondok-pondok pesantren di seantero negeri yang rutin dikunjungi Presiden Jokowi sejak empat tahun lalu, yang menerima bantuan gedung dan rumah susun santri sekian tingkat dengan ribuan unit, bank wakaf yang kini hadir di banyak kompleks pesantren, pemberdayaan umat dalam aneka bentuknya.

Puncaknya, Jokowi menghentikan langsung narasi besar yang dibangun lawan politiknya bahwa "Jokowi anti ulama" dengan menggamit lengan Kiai Ma'ruf Amin -- Ketua Majelis Ulama Indonesia, cucu Imam Masjidil Haram, dan pengasuh Pesantren An-Nawawi di Tanara -- sebagai calon wakil presiden.

Jokowi menempatkan ulama langsung di pusat kekuasaan, berkantor di sayap kiri istana negara, dan -- bila ia sedang berhalangan -- menjadi orang paling berkuasa di republik ini!

Ia tak menjadikan ulama sekadar pengumpul suara, yang Ijtimak-nya diperbarui demi membenarkan pilihannya.

Jokowi tak menjadikan ulama dan umat sekadar buih-buih yang membusa dihempas ombak. Ia menempatkan ulama sebagai gelombang ombak itu sendiri -- yang langsung mengurus nasib umat, yang menentukan bulat dan lonjongnya bangsa ini. Jokowi memberi ruang besar bagi ulama.

Masih mau menyebut Jokowi anti Islam, anti ulama?

Jakarta, 17 September 2018

RENUNGAN HATI






Sekedar Cerita Petang Sambil ngeteh

"Brooo..., Aku lagi butuh 500 ribu, pentingggg bangetttt..., darurat...!!! Please..., tolong pinjamin aku dulu ya....gajian aku ganti...
🙏🙏".

Sahabatnya membalas :
"Tunggu bro setengah jam ya bro..., secepatnya nanti aku transfer".

Sdh lewat dari 1/2 jam... satu jam... dua jam.... tpi sahabatnya tdk jg memberi kbr.
Ketika di telepon pun ternyata HP nya tdk aktif....

Ia pun mengirim SMS :
"Selama ini aku tdk pernah mengecewakanmu brooo.... Tpi knp skrg engkau lari dariku...?!? Apa salahku...?!?"

Stlh dibaca, sahabatnya menelepon kembali dan berkata :

"Ya ampun..., aku tdk bermaksud mematikan HP untk lari darimu. Aku mematikan HP krn aku sedang menjual HP-ku untk membantu kebutuhanmu.
Lalu, dari sisa penjualan, aku belikan HP second yg murah agar bisa menghubungimu".

Sedulur ku......
Manusia hari ini suka berprasangka krn lingkungan yg suka mempengaruhi...

Ada sangkaan baik... dan ada sangkaan buruk...

Org yg bersantai... disangka malas...

Org yg pakai baju baru... disangka pamer...
Org yg pakai baju buruk... disangka tdk hormat...

Org makan banyak... disangka rakus...
Org makan sedikit..... disangka “diet” ketat...

Org baik... disangka buruk...
Org buruk... disangka baik...

Org tersenyum... disangka mengejek...
Org bermuka masam... disangka menyindir...

Org mengkritik... disangka tdk senang...
Org diam... disangka menyendiri...

Org menawan... disangka pakai susuk...

Siapa tahu...
Yg diam itu krn berdoa kpd Alloh...

Siapa tahu...
Yg tersenyum itu krn beramal...

Siapa tahu...
Yg bermuka masam itu krn mengenang dosa2-nya...

Siapa tahu...
Yg menawan itu krn bersih hati dan pikirannya...

Siapa tahu...
Yg ceria itu krn cerdas pikirannya & senantiasa mengingat Alloh...

Siapa tahu..
Yg sering ikut keagamaan itu krn merasa masih kurang ilmu...

Sedulurku........
Mari...
Hilangkan pikiran negatif....
Kembangkan energi positif...
Biasakan berpikir positif.....
Berikan seribu alasan kebaikan kpd sahabat2 Kita.....
Agar hidup ini lebih inspiratif.

Tetap tersenyum,
Tetaplah SEMANGAT memperbaiki hati &  pikiran krn SEHAT DATANGNYA DARI HATI DAN PIKIRAN KITA MASING2.

Tetap Semangaaaaaat.. Pagi!!!🙏🙏🙏 sahabatku

#RenunganPag.