Kamis, 31 Oktober 2019

Menko Polhukam yang cerdas dan tegas

Mencerdaskan nih

MMD. "SEKARANG SAYA MENKOPOLHUKAM, SAYA TANTANG KALIAN..."

Penampilan Mahfud MD sebagai Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Kabinet kedua Jokowi di acara ILC dengan tajuk “Kabinet Indonesia Maju Yang Menangis dan Tertawa", sungguh sangat memukau sekali.

Mahfud MD muncul sebagai pembicara kedua setelah Hendri Satrio yang panjang lebar menguraikan analisa cara Jokowi memilih menteri. Lalu Karni Ilyas meminta Pak Menkopolhukam untuk menanggapi analisis Hendri Satrio. Dengan santai Mahfud MD mengatakan, “Itu analisis Hendri Satrio. Namanya analisis, tentu orang lain juga memiliki analisis yang lain, Saya tidak akan membahas itu” hahahaaa belum apa-apa sudah memukul, memang tidak penting juga sih analisis Hendri Satrio ini. Apalagi isi analisa dia tidak ada yang istimewa, sangat standar dan kita sendiri sudah sering membaca atau mendengarnya.

Pada malam itu Mahfud MD lebih tertarik untuk menjabarkan tujuan yang digariskan untuk mencapai visi yang ditentukan oleh Presiden, salah satunya adalah Deradikalisasi, yang akan dioperasionalkan oleh pemerintah untuk lima tahun ke depan, untuk menjamin jalannya pemerintahan secara baik dalam rangka menuju kemakmuran sesuai dengan tujuan Negara.

Sebuah kata pembuka yang sangat sophisticated, determined, formal, tapi santai dalam waktu yang bersamaan. Aura Mahfud MD sebagai sosok Menteri Koordinasi Politik, Hukum dan Keamanan begitu memancar disokong oleh gelar dan keahlian yang dia miliki. Setiap kata yang dia ucapkan seakan menjadi sebuah hukum yang menentukan. Lalu Mafhud MD melanjutkan…

“Saya akan bicara hubungannya Deradikalisasi itu dengan persoalan agama yang sering disalahpahami” Saya langsung tersenyum. Sungguh sebuah ancang-ancang yang kuat. Apalagi kalau kita melihat orang-orang yang hadir dan duduk sebagai tokoh pembicara di acara di ILC malam itu. Ada Haikel Hassan PA 212, Agus Subagio Pengamat Kebijakan Publik, Akbar Faizal Nasdem, Fadli Zon Gerindra, Gazali Effendi Pakar Komunikasi Politik, Inaz Nazrulah Zubair Hanura, Ngabalin tentu saja, Kapitra Ampera PDI Perjuangan, Bambang Harimurti wartawan, Fuad Bawazair, dan Salim Haji Said yang nanti akan menjadi The Wrapping up.

Mahfud MD selain seorang Pakar Hukum Tata Negara yang mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, juga seorang yang dikenal sangat menekuni agama Islam. Tanpa basa basi, Mahfud MD memulai mimbarnya dengan mengungkapkan keberatannya terhadap sekelompok orang yang memplintir pernyataannya tentang kata Kafir. “Saya tidak pernah mengatakan dilarang mengatakan kafir. Yang saya bilang adalah kita tidak boleh mengkafir-kafirkan orang lain atau bersikap takfiri!”. Setelah merasa puas dengan protesnya, Mafhud MD mulai masuk pada inti pemaparan tentang Khilafah dan sistem Khilafah, yang dia kupas dari sisi agama Islam.

“Di dalam Islam, ada ajaran tentang Khilafah. Nanti saya bacakan dalil-dalilnya. Tapi di dalam Islam itu tidak ada ajaran tentang Sistem Khilafah!”

See? Kalian lihat perbedaannya bagaimana dulu Wiranto sebagai Mekopolhukam dan sekarang Mahfud MD menjabat posisi yang sama menyampaikan isu yang maha penting ini? Siapa di antara keduanya yang lebih mengena akal dan pikiran kita? Saya berani mengatakan Mahfud MD. Wiranto juga bagus, namun status dia yang seorang Jendral TNI dengan sejarah yang agak kelam di masa lalu, menghalangi seluruh keilmuannya tentang politik hukum dan keamanan. Wiranto sebagai Menkopolhukam sepertinya lebih bermanfaat ke dalam memberi masukan pada presiden dan para menteri yang ada di bawahnya, daripada ke luar memberikan penjelasan pada rakyat Indonesia.

Panjang lebar, dengan melantunkan beberapa kutipan ayat dari Kitab Suci Al-Quran, Mahfud MD sangat lancar mengupas dan menguliti apa itu Khilafah dan apa itu sistem Khilafah. Mahfud MD seperti sedang mengajari orang-orang yang duduk di depannya, terutama si utusan dari PA 212. Hingga kemudian dengan lantang Mahfud MD berkata, “Jadi Khalifah itu, Khilafah itu, di dalam khasanah Islam, ADA. Tetapi tidak ada sistem pemerintahan di dalam Islam itu. Sistemnya Bebas berdasarkan pilihannya sendiri sehingga Negara kita Negara Republik Indonesia ini sistem pemerintahannya sudah sesuai dengan Islam. Karena Islam Tidak Mengajarkan Sistem. Coba saya tanya yang suka ngajak-ngajak ke Khilafah itu, sistemnya seperti apa? Saya mau ikut kalau ada. Sekarang saya jadi Menkopolhukam, kalau ada yang punya dalil Al Quran dan HAdist bahwa Sistem Pemerintahan itu ada menurut Islam, saya akan ikut dan saya akan mengkampanyekannya!!”

Kalau sudah begini, dengan seluruh keilmuannya yang dimiliki oleh Mahfud MD, siapa yang berani menentang? wkwkwk,..

Setelah itupun Mahfud MD masih terus memaparkan dalil-dalil Islam tentang sistem pemerintahan yang berbeda yang sah dan sudah sesuai dengan Agama Islam dan dengan penekanan suara, Mahfud MD menyatakan bahwa sistem pemerintahan yang dijalankan di Indonesia sekarang sudah sangat sesuai dengan ajaran Islam. “Oleh karena itu jangan mengkafir-kafirkan orang karena berbeda cara bernegara!”

Sekarang kita mulia melihat benang merah antara protes Mahfud MD terkait pernyataannya tentang kata Kafir yang diplintir oleh sekelompok orang dan Khilafah. selanjutnya akan kemana MAhfud MD membawa kita? Itu datang setelahnya,...

Ibarat seorang peselancar yang sangat professional, berdiri tegak di atas papan selancar dan meluncur dengan tenang melewati ombak besar yang menghadang. Mahfud MD masuk ke ranah pembicaraan tentang radikalisasi dengan sangat luwes tanpa memotong benang merah tadi…

“Kenapa sekarang kita di sini ada gerakan kofar kafir? Kita sudah hidup nyaman-nyaman selama puluhan tahun rukun beragama, lalu sekarang muncul kaum-kaum takfiri itu yang selalu ingin mengkafirkan orang. Dan Saudara Itulah Yang Disebut Radikal!! Tetapi jangan salah paham ya, kalau kata radikal seakan-akan kita menuduh orang Islam radikal. TIdak! Orang Islam Justru Tidak Radikal Di Indonesia Ini!!” Jelas sekali yach,.. lanjut,...

“Ada seorang tokoh baru kemarin bilang nich ‘Umat Islam tersinggung karena pemerintah menuduh orang Islam radikal!’, pemerintah yang mana yang nuduh? Pemerintah tidak pernah bilang orang Islam itu radikal. Tapi Ada Orang Islam Yang Melakukan Gerakan Radikal Itu Pasti!! Dan sudah banyak. Melalui dunia pendidikan,..” Hasan Haekal mesem-mesem nggak enak duduk.

Ini catatan kedua untuk saya, setelah mencatat tentang perbedaan antara Khilafah dan sistem Khilafah, sekarang tentang perbedaan antara radikal dan gerakan radikal.

Kemudian ini yang menarik, Mahfud MD menantang para pembuat hoax! hahahaaa…

“Saya Islam, maksudnya, saya dan anda yang di medsos yang selalu membuat ‘hit and run’, nyerang lalu lari menghilang, ketika ditanya mana dalilnya, ayo ketemu, tidak ada. SAYA TANTANG KALAU BENAR ANDA MENEMUKAN SATU SISTEM YANG DIAJARKAN PERSIS OLEH YANG ALQURAN, ALHADIST, TENTANG KHILAFAH, SAYA AKAN JADI PENGIKUTNYA…”

Sampai akhirnya, Mahfud MD menutup mimbarnya yang berdurasi hampir setengah jam itu dengan sebuah penjelasan tentang pembubaran HTI dimana saat ini kita semua masih melihat pentolan-pentolannya bebas berkeliaran, berbicara dan berkumpul menyampaikan dalil-dalil mereka. Tidak seperti dulu waktu PKI dibubarkan orang-orangnya ditangkap dan dihukum. Dan penjelasan ini menjadi catatan saya yang ketiga bahwa pemerintah sekarang sudah sangat baik karena HTI dibubarkan Hanya Dari Sudut Hukum Administrasi Bukan Dari Sudut Hukum Pidana. Kalau HTI dibubarkan dengan sudut hukum pidana, jelas, sudah ditangkapi mereka semua. Di dalam hukum Administrasi, tindakan hukum itu diambil sebelum ke Pengadilan. Kalau di dalam hukum pidana, kita bawa ke pengadilan dulu baru dihukum.

Pembubaran HTI dari sudut Hukum Administrasi, sama halnya ketika pemerintah membubarkan sebuah perusahaan yang membakar hutan. Perusahaannya dibubarkan, tetapi orang-orangnya tidak dihukum, hanya perusahaannya saja sudah tidak bisa lagi melakukan kegiatan usaha.

Paham di sini, kawan-kawan?

Menohok, mengena, tepat sasaran, pas, menyentil, mencubit, perih, malu, menjadi tolol, itu adalah impact dari kalimat-kalimat yang diucapkan oleh Mahfud MD terhadap kelompok pengusung khilafah, kelompok radikal, kelompok yang hobi mengkafir-kafirkan, kelompok takfiri dan kelompok ormas berbasis agama Islam.

Lucunya, orang-orang yang hadir di acara ILC itu mulai terlihat sibuk membuat oretan-oretan di kertas mereka masing-masing. Saya pikir mereka sedang menulis pertanyaan untuk Menteri Menkopolhukam, ternyata bukan. Mereka mencatat rencana isu-isu yang akan diserangkan pada pemerintah yang baru, setelah isu khilafah dibabat tuntas oleh Mentri Menkopolhukamnya, tanpa meninggalkan celah sedikitpun juga.

Dan benar saja, setelah Mahfud MD selesai berbicara dan pergi, orang-orang itu mulai mengalihkan isu pembicaraan dari isu “mengapa susunan kabinet sekarang dibentuk seperti mau berperang dengan khilafah” ke isu ekonomi dan isu lain.

Rabu, 30 Oktober 2019

SURAT BUAT BAPAK DIN SAMSUDIN

YANG MULIA BAPAK DIN SJAMSUDDIN.

Assalamualaikum, ww..

Semoga BAPAK selalu dalam lingkup rahmat Allah dan kebaikan.

Beberapa kali sy mengomentari statemen²  bapak di medsos dan pernah sekali sy digeruduk oleh Kokam Jatim di Polsek Waru, krn memgkritik bapak ttg pidato kesenjangan ekonomi umat dan dimana bapak menyisipkan kalimat seolah golongan tertentu dinegeri ini telah membuat dosa besar atas ketidakpunyaan ekonomi umat islam di Indonesia, pdhl thn 1993-96 kl tdk salah bapak pernah jd tim riset ekonomi, saat itu  bapak msh di Golkar. Dan kenapa bapak tidak menyalahkan orba dgn pusat orbit di Cendana.

Yang mulia Pak Din, pasca presiden menyusun kabinet Indonesia maju, khususnya kehadiran Bpk. FACHRUL ROZI sbg menteri agama, komen bapak sangat tendensius, ada bbrp screen shoot sy sampaikan atas hal tersebut. Semoga itu hoaks. Termasuk screen shoot dari media internasional yg memasukkan bapak dlm list teroris pd urutan 119. Oh mai got, Ini harusnya bapak bs tuntut secara proporsional, krn telah merusak nama baik seorang yg bgt kredibel pd bidang keislaman Indonesia, dimasukkan dlm daftar teroris. Kami sbg rakyat tetampar atas berita itu, karena bapak bukan kelas Amrozi, dan Rizieq Shihab.

Bapak dalah ulama terkemuka Indonesia dan diakui dunia?, sy lupa apakah bapak msk dlm kelompok 100 org islam berpengaruh di dunia, kl Pak Jokowi sy ingat no. 56, kl tak salah.

Yang Mulia Pak Din, krn ketokohan Bapak yg pernah menjabat ketua umum Muhammadiyah ormas terbesar kedua umat islam di Indonesia, maka apa saja statemen yg bapak ucapkan menjadi viral, sama dgn viralnya Bp. Amin Rais dan keluarganya, yg bisa mengetuk pintu langit dan mendikte malaikat walau ramalannya 11-12 dgn Permadi.

Anda dan Amin adalah dua tokoh Muhammadiyah yg seharusnya sama juga dgn Buya Syafi'i yg begitu saya kabumi, karena Buyalah yg masih menjaga nama Muhammadiyah diluar perpolitikan yg penuh kekotoran dan kemunafikan serta  menjijikkan itu.

Simpelnya anda dan Amin dibandingkan dgn Buya seperti air dan minyak. Disadari atau tidak, kalian telah membuat Muhammadiyah kadang berminyak kadang ber-air. Ini yg disebut panas-dingin.

Pak Din, adalah sia-sia kalau gaya anda memprontali kebijakan pemerintah, khususnya penempatan Bpk. FR sbg kemenag. Bapak tdk bs merendahkan Bpk. FR, dia juga ulama dalam prilakunya walau bkn dalam titelnya, karena titel apa saja akan bisa terasa baik dan ada manfaatnya bila dicoating dgn akhlak mulia. FR, pria kelahiran Aceh ini sangat relegius, walau beliau tdk bekas ketua MUI dan ketua ormas islam. Namun kesantunan bergamanya luar biasa, pemahaman islamnya adalah urat nadi rahmatan lil alamin sebagaimana islam yg sesungguhnya.

Beliau menjalankan ketauladanan apa yg nabi ajarkan, walau Bpk. FR tdk menyuapi orang Yahudi buta di sudut jalan, namun beliau tlh menyuapi kita dgn prilaku islam yg damai, dan menganjurkan islam yg sejuk dlm arti berprilaku, makanya aksi radikal tak bisa ditoleransi, TINDAKAN RADIKAL HRS DIHABISI. Dan beliaulah satu-satunya yg pernah sy dengar bhw beliau adalah menteri agama Indonesia, bkn menteri agama islam. Beliau telah mendudukkan esensi sebenarnya, sesuai azas dan ideologi Pancasia yg tak bisa di ganti, Pancasila adalah konsensus bernegara RI.

Jadi, MENTERI AGAMA ADALAH MENTERI AGAMA RI, BUKAN MENTERI AGAMA ISLAM.

Yg mulia Pak Din, knp kesannya anda berang atas rencana kerja menteri agama yg akan menertibkan ceramah² radikal di Indonesia, yg nota bene sdh menjalar ke sendi umat islam Indonesia khususnya kaum pemaham islam eksklusif, yg relasi kuasanya diatas umat islam Indonesia dgn anggapan bahwa islam nusantara bkn islam, padahal universitalitas islam saat ini sebenarnya hanya tinggal pada syahadat saja.

Kerusakan tatanan sosial bgt terasa, bapak ingat bgmn pilkada Jakarta bgt masifnya agama dijual murah, dan parahnya wkt itu seolah kita sepakat bhw islam itu begitu jahat, sampai seolah membuang jauh ketauladanan nabi yg begitu menjaga islam sampai akhir hayatnya.

Saya mengatakan pilkada Jakarta saat itu adalah perusakan islam dgn cara membusukkan dari dalam, karena secara sadar hasilnya adalah barang busuk dlm prilaku keseharian, ya Anies itu adalah produk buruk dari sebuah proses yg penuh kekejian. Mesjid dijadikan amunisi menyerang Ahok, lembaga hukum jd kandang perangkap menjerat Ahok,  Ahok tak bs membela, dia dipenjara, sementara Buni Yani sang pengedit entah kemana, Rizieq sang ulama yg mendeklarasikan ulama umat islam Indonesia, entah dgn jalan kesurupan apa dia bs mengklain islam Indonesia sdh di bawah komandonya. Padahal 212 saja sdh gak karuan bentuknya, FPI sdh tinggal menghitung hari utk tak ada lagi. Tapi Rizieq sendiri akhlaknya dibawah rata-rata. Secara keseluruhan itulah tipikal radikal, utamanya mulutnya, mulutnya penyulut radikalisme yg ada ditengah kita.

Pak Din, sy adalah muslim, yg blm tentu Islam, nmn sy berusaha kesana, menjadi islam yg kaffah dan menjadi warga negara yg kaffah pula, sehingga ego agama sy bs sy letakkan dlm tataran yg benar, bkn membenar²kan.

Definisi kebaikan tiap hari kita lafaskan, nmn nyaris luput kita aksikan bahkan indikasinya saja nyaris tak ada, sementara radikalisme definisinya kita debatkan, pdhl aksinya sdh kita rasakan, dan mereka sukses melakonkan.

Sy tdk mengajari ikan berenang, namun bila yg anda tak merasakan radikalisme ada ditengah kita, kiranya perlu diasah sensitifitas batin bapak utk di "tera" ulang apakah islam yg rahmatan lil alamin msh ada di hati anda, apakah kasus penusukan Pak Wiranto cuma tusukan tukang copet, dan banyak hal yg bisa dilihat dijalan, medsos, dst, bgmn Felix Siaw yg belajarnya tak seujung kuku hitam anda, bisa berceramah dgn dalil yg bisa merusak sendi bernegara, bgt jg Bchtiar Nasir, dkk. Mereka jelas menentang dan memarjinalkan Pancasila, bgmn menurut anda, apakah itu biasa² saja, apa Abdul Bashit dgn 29 bom yg direncanakan itu hanya mainan, mau kita sebut apa mereka, orang mulia yg berjihad utk Islam, dgn membunuh saudaranya, apa mau disebut sekedar "nakal", nakal kok ngebom, nakal itu kalau rekreasi cari bidadari ke kampung Arab di puncak. Atau nakalnya Pak JK ngundang Zakir Naik dan Thaliban ke istana, itu baru nakal.

Yg mulia Pak Din, anda kan dekat dgn Pak Jokowi, anda bs kpn saja telpon beliau, kalau ada yg tak pas bs dikasi masukan, jd tdk berteriak fals seolah umat islam Indonesia tersinggung atas kalimat radikal, atau tersinggung krn menteri agamanya bkn kiayi atau ulama kenamaan. GUSMUS mengatakan, NU itu bkn ngurusi menteri, tapi Indonesia. Jadi, harusnya bapak yg msh ada bekas icon MU berfikirnya bisa lebih berisi sama, tak usah berang, biasa² ajalah, atau memang kalimat radikal itu bapak rasakan ada didalam perasaan. Lagian kan Pak Jokowi memakai hak prerogatifnya sbg presiden, dan programnya utk membenahi SDM, kalau bapak punya rasa Indonesia, mestinya kalimat mensuppot yg keluar dlm ujud suara, jgn rasan² dipinggir jalan kelas lesehan. Negarawan kok baperan. Apa kl blm bs ktm Pak Jokowi, call saja Pak Machfud, Tito, Fachrul, ajak ngopi² sharing saja, gak perlu formal, gak perlu pakai jas, tp outputnya jelas. Jadi grass root gak was-was.

Jadi, begitu saja yg mulia Pak Din, sy gak bs kasi solusi, sy hanya sebatas sbg muslim yg berusaha memberi indikasi bhw sy masih islam, tentunya islam gak pakai radikal dan bs mencekal hati utk tak brutal.

Demikian sekedar masukan, mhn maaf kalau kurang berkenan. SALAM NKRI.
Biakto Biakto.

Sabtu, 26 Oktober 2019

BENDERA ISIS DAN HTI BUKAN BENDERA ISLAM, BUKAN BENDERA TAUHID, BUKAN PULA BENDERA RASUL!

BENDERA ISIS DAN HTI BUKAN BENDERA ISLAM, BUKAN BENDERA TAUHID, BUKAN PULA BENDERA RASUL!

Oleh : Prof. Nadirsyah Hosen, Ph.D

ISIS dan HTI sama-sama mengklaim bendera dan panji yang mereka miliki adalah sesuai dengan Liwa dan rayah-nya Rasulullah. Benarkah? enggak! Kalau klaim mereka benar, kenapa bendera ISIS dan HTI berbeda design dan khat tulisan arabnya ?

Secara umum hadits-hadits yang menjelaskan warna bendera Rasul dan isi tulisannya itu tidak berkualitas shahih. Riwayatnya pun berbeda-beda: ada yang bilang hitam saja, ada yang bilang putih saja, ada riwayat yang bilang hitam dan putih, malah ada yang bilang merah dan juga kuning. Riwayat lain bendera itu gak ada tulisan apa-apa. Jadi gak ada tulisan tauhidnya, cuma kosong saja. Riwayat lain bilang ada tulisan tauhidnya. Riwayat seputar ini banyak sekali, dan para ulama sudah memberikan penilaian. Secara umum tidak berkualitas sahih.

Dalam sejarah Islam juga kita temukan fakta yang berbeda lagi. Ada yang bilang Dinasti Umayyah pakai bendera hijau, Dinasti Abbasiyah pakai hitam, dan pernah juga berwarna putih. Apa mau bilang para Khalifah ini tidak mengikuti bendera Rasul? Ribet kan!

Jadi yang mana bendera khilafah? Yah tergantung anda mau merujuk ke Khilafah Umayyah atau Abbasiyah? Gak ada hal yang baku soal bendera ini. Coba saja buka kitab Ahkamus Sulthaniyah karya Imam Mawardi: apa ada pembahasan soal bendera negara Khilafah? Enggak ada! Kenapa yang gak ada terus mau diada-adakan seolah menjadi urusan syariat? Mau bilang Imam al-Mawardi gak paham soal ini? Nah, tambah ribet kan!

Konteks bendera dan panji dipakai Rasul itu sewaktu perang untuk membedakan pasukan Rasul dengan musuh. Bukan dipakai sebagai bendera negara. Jadi kalau ISIS dan HTI tiap saat mengibarkan liwa dan rayah, emangnya kalian mau perang terus? Kok kemana-mana mengibarkan bendera perang?

Kalau dianggap sebagai bendera negara khilafah, kita ini NKRI, sudah punya bendera merah putih. Masak ada negara dalam negara?! Ini namanya makar! Bahkan ada tokoh HTI yang mempertanyakan apa ada haditsnya bendera RI yang berwarna merah-putih? Nah kan, kelihatan makarnya, sudah mereka tidak mau menerima Pancasila dan UID 1945, sekarang mereka juga menolak bendera merah-putih. Jadi, yang syar’i itu bendera HTI, begitu maunya mereka, padahal urusan bendera ini bukan urusan syari’at.

Sekarang bagaimana status hadits soal bendera ini? Kita bahas singkat saja biar gak makin ribet membacanya.

Hadits riwayat Thabrani dan Abu Syeikh yang bilang bendera Rasul hitam dan panjinya putih itu dhaif. Mengapa demikian? Riwayat Thabrani ini dhaif karena ada rawi yang dianggap pembohong yaitu Ahmad bin Risydin. Bahkan kata Imam Dzahabi, dia pemalsu hadits.

Riwayat Abu Syeikh dari Abu Hurairah itu dhaif karena kata Imam Bukhari rawi yang namanya Muhammad bin Abi Humaid itu munkar.

Riwayat Abu Syeikh dari Ibn Abbas menurut Ibn Hajar dalam kitabnya Fathul Bari, sanadnya lemah sekali.

‎وجنح الترمذي إلى التفرقة فترجم بالألوية وأورد حديث جابر ” أن رسول الله صلى الله عليه وسلم دخل مكة ولواؤه أبيض ” ثم ترجم للرايات وأورد حديث البراء ” أن راية رسول الله صلى الله عليه وسلم كانت سوداء مربعة من نمرة ” وحديث ابن عباس ” كانت رايته سوداء ولواؤه أبيض ” أخرجه الترمذي وابن ماجه ، وأخرج الحديث أبو داود ، والنسائي أيضا ، ومثله لابن عدي من حديث أبي هريرة ، ولأبي يعلى من حديث بريدة ، وروى أبو داود من طريق سماك عن رجل من قومه عن آخر منهم ” رأيت راية رسول الله صلى الله عليه وسلم صفراء ” ويجمع بينها باختلاف الأوقات ، وروى أبو يعلى عن أنس رفعه ” أن الله أكرم أمتي بالألوية ” إسناده ضعيف ، ولأبي الشيخ من حديث ابن عباس ” كان مكتوبا على رايته : لا إله إلا الله محمد رسول الله ” وسنده واه

Kalau sudah Ibn Hajar yang komentar soal hadits, HTI dan ISIS mau ngeles apa lagi? Jangan marah sama saya, saya hanya mengutip pendapat Ibn Hajar yang otoritasnya dalam ilmu Hadits sangat diakui dalam dunia Islam. Kalau ada ulama yg menyatakan hadits Abu Syeikh ini sahih, ya silakan saja. Saya lebih percaya dengan Ibn Hajar daripada dengan ulama HTI.

Komentar Ibn Hajar di atas itu telak sekali. Semoga ini membuka mata para kader HTI, yang sudah dibubarkan pemerintah itu. Bendera HTI dan juga ISIS tidak memliki landasan yang kuat. Tidak ada perintah Rasulullah untuk kita mengangkat bendera semacam itu; tidak ada kesepakatan mengenai warnanya, dan apa ada tulisan atau kosong saja, dan tidak ada kesepakatan dalam praktek khilafah jaman dulu, serta para ahli Hadits seperti Ibn Hajar menganggap riwayatnya tidak sahih.

Katakanlah ada tulisannya, maka tulisan khat jaman Rasul dulu berbeda dengan di bendera ISIS dan HTI. Jaman Rasul, tulisan al-Qur’an belum ada titik, dan khatnya masih pra Islam yaitu khat kufi. Makanya meski mirip, bendera ISIS dan HTI itu beda khatnya. Kenapa ayo? Kan sama-sama mengklaim bendera Islam? Itu karena tulisan khat-nya rekaan mereka saja. Gak ada contoh yang otentik dan sahih bendera Rasul itu seperti apa. Itu rekaan alias imajinasi orang-orang ISIS dan HTI berdasarkan hadits-hadits yang tidak sahih

Jadi jangan mau dibohongin yah sama bendera Islam-nya HTI dan ISIS.

Perkara ini bukan masuk kategori syari’ah yg harus ditaati. Gak usah ragu menurunkan bendera HTI dan ISIS. Itu bukan bendera Islam, bukan bendera Tauhid.

Tapi ada tulisan tauhidnya? Masak kita alergi dengan kalimat tauhid? Itu hanya akal-akalan mereka saja. Untuk mengujinya gampang saja, kenapa HTI gak mau mengangkat bendera ISIS dan kenapa orang ISIS tidak mau mengibarkan bendera HTI padahal sama-sama ada kalimat Tauhid-nya? Itu karena sifat sebuah bendera di masa modern ini sudah merupakan ciri khas perangkat dan simbol negara. Misalnya warga Indonesia tidak mau mengangkat bendera Belanda atau lainnya. Bukan karena benci dengan pilihan warna bendera mereka, tapi karena itu bukan bendera negara kita.

Bendera itu merupakan ciri khas sebuah negara. Apa HTI dan ISIS mau mengangkat bendera berisikan kalimat Tauhid yang khat dan layout-nya berbeda dengan ciri khas milik mereka? Atau angkat saja deh bendera Arab Saudi yang juga ada kalimat Tauhidnya. Gimana? Gak bakalan mau kan. Karena bendera sudah menjadi bagian dari gerakan mereka. Maka jelas bendera ISIS dan HTI bukan bendera Islam, bukan bendera Rasul, tapi bendera ISIS dan HTI.

Itu sebabnya Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya dengan tegas meminta bendera HTI diturunkan dalam sebuah acara. Mursyid yang juga keturunan Rasulullah ini paham benar dengan sejarah dan status hadits soal bendera ini.

Saya ikut pendapatnya Imam Ibn Hajar dan ikut sikap Habib Luthfi.

Tabik,

GEBRAKAN BAPAK ERYK TOHER

GEBRAKAN ERICK THOHIR DI HARI PERTAMANYA SEBAGAI MENTERI BUMN

Berikut arahan Erick Thohir ke jajaran Kementrian BUMN dihari pertamanya:

Satu, saya datang untuk tidak pernah gagal. Harus jelas KPI. Harus dicapai, kalau rugi memang sudah diketahui akan rugi sebagai fungsi BUMN. Ingat kita disorot masyarakat sebagai agent of change.

Dua, terbuka, silahkan Sesmen share nomor hp, wa, telegram saya untuk para direksi. Namun harus ada courtesy, tidak menjelekkan pejabat terdahulu, tidak menjelekkan sesama direksi, ingat tidak ada manusia yang sempurna, tidak menjelekkan BUMN lainnya, jangan wa complaint melulu, beri solusi.

Tiga, Saya datang sebagai profesional. Bukan orang partai, perusahaan, dlsb. Jadi tidak ada titip-titipan, begitu pula kalian tidak ada titipan si anu.

Empat, beri saya waktu untuk belajar.

Lima, selama 3 bulan ke depan, saya jangan diundang acara seremoni-seremoni. Saya tidak akan datang.

Enam, Saya tidak akan mengganggu waktu Sabtu dan Minggu, itu untuk keluarga, kecuali ada yang urgent sehingga harus dipanggil bertemu saya.

Kehadiran Erick Thohir menjadi Menteri BUMN direspon positif oleh pasar saham, sebagian besar saham saham BUMN bergerak naik. (*)

Erick Thohir, Menteri BUMN

Jumat, 25 Oktober 2019

HTI sudah lama menipu Umat tentang benderanya

HTI sudah mengantisipasi segala kemungkinan sejak lama.

Lambang resmi HT adalah bendera liwa' dan roya' saling silang bertulis Hizbut Tahrir.

Untuk menipu umat,  mereka memisahkan liwa'  dan roya' versi mereka sendiri dan dikampanyekan sebagai bendera dan panji Rosulullah.

Ketika HTI dibubarkan,  otomatis bendera resmi HTI jadi terlarang.  Karena itu mereka bergerak dengan liwa' dan roya'. 

Padahal jelas sekali itu bukan liwa' dan roya' Rosulullah SAW.  Sebab khod (font/karakter huruf)  yang dipakai adalah khod modern.  Sementara khod jaman Rosulullah adalah khod kufi. 

So,  yang dibakar sama Sahabat Banser jelas bukan bendera tauhid , tapi bendera propaganda khilafah ala HTI. 

Matur suwun

~Shuniya Ruhama

#HWMI
#HubbulWathonMinalIman

GUS BAHA'

Ngaji Gus Baha' : Sanad
@ngajikyai
Ciri AHLUSSUNNAH di zaman akhir itu, dalam aqidah menganut ABU HASAN AL ASY'ARI dan menganut IMAM ABU MANSUR AL MATURIDI.
.
Dalam FIQIH mengikuti salah satu mazhab 4 yaitu: IMAM ABU HANIFAH, IMAM MALIK, IMAM SYAFI'I atau IMAM AHMAD bin HAMBAL. Dan dalam tasawuf mengikuti salah satu mazhab antara ABUL QOSIM AL-JUNAIDI atau IMAM GHOZALI.
.
Kalian jangan terjebak dengan ucapan mereka, bahwa NABI tidak pernah mengeluarkan definisi tentang ciri AHLUSSUNNAH WAL JAMA'AH seperti itu. Ya tentu NABI tidak akan mengatakan seperti itu, karena di zaman NABI belum ada IMAM GHOZALI, belum ada ABBUL QOSIM AL JUNAIDI.
.
Tapi kita percaya dengan definisi seperti itu. Mengapa? Karena kita percaya bahwa ASWAJA itu, orang yang seperti di katakana NABI:
.
“MA ANA ALAIHIL YAUMA WA ASHABI”
Yaitu “Orang yang mengikuti perilaku saya dan mengikuti para sahabat saya.”
.
Itu teks yang disampaikan NABI. Lalu kenapa kita harus menyebut nama imam-imam kita dan sanad kita? Karena kalau kita tidak menyebut sanad, akan muncul pertanyaan.
.
“Kamu ko bisa tahu SHAHABAT melakukan itu kata siapa?” jawabnya “Kata guru saya.” Kita kan tidak bisa langsung mengatakan “kata NABI"
.
Kata NABI itu yang meriwayatkan siapa? Contoh IMAM BUKHORI. IMAM BUKHORI itu siapa? Beliau itu muridnya IMAM SYAFI'I. Karena IMAM BUKHORI itu periodenya setelah IMAM SYAFI'I. Saya hafal sanadnya IMAM BUKHORI sampai ke RASULULLAH SAW. Dan saya (GUS BAHA'-red) punya sanad sampai IMAM BUKHORI.
.
Misalkan kalian ditanya, “kamu tahu AMERIKA?”
.
Terus kamu jawab “Tahu.”
.
“Kok bisa tahu AMERIKA?
.
Dan kamu jawab “lihat di TV.”
.
Televisi saja kamu jadikan sanad kok IMAM SYAFI'I tidak kamu jadikan sanad.
.
Misalkan lagi. “Kamu kok tahu kalau ketua DPR tersangka?”
.
“Kata TV”.
.
Sanadmu dari mana?
.
“Kan dari TV.”
.
Contoh lagi, misalkan kamu ditanya suatu hal, terus kamu jawab “NABI itu berkata gini, jadi tak perlu ULAMA, harus ke NABI saja langsung. Lha kamu kok tahu kalau NABI bilang seperti itu kata siapa? Apa kamu mau jawab lewat mimpi? Akhirnya mau tidak mau tidak mau kamu harus menyebutkan guru. Makanya ada tradisi menyebut SANAD, atau disebut juga menyebut ULAMA.
.
#GusBaha

Selasa, 22 Oktober 2019

SUSUNAN KABINET KERJA MASA BAKTI 2019 - 2024

Berikut Susunan Kabinet II Jokowi-Amin periode 2019-2024.

Presiden RI. Ir. H. Joko Widodo.

Wakil Presiden RI. Prof. Dr (HC) KH. Ma'ruf Amin.


1. Menko Polhukam: Mahfud Md
2. Menko Perekonomian: Airlangga Hartarto ( Golkar )
3. Menko Kemaritiman dan Investasi: Luhut B Pandjaitan
4. Menko PMK: Muhadjir Effendy
5. Mensesneg: Pratikno

6. Mendagri: Jenderal Tito Karnavian
7. Menlu: Retno LP Marsudi
8. Menhan: Prabowo Subianto ( Gerindra )
9. Menkum HAM: Yasonna Laoly ( PDIP )
10. Menkeu: Sri Mulyani

11. Menteri ESDM: Arifin Tasrif
12. Menperin: Agus Gumiwang Kartasasmita ( Golkar )
13. Mendag: Agus Suparmanto ( PKB )
14. Mentan: Syahrul Yasin Limpo ( Nasdem )
15. Menteri KLHK: Siti Nurbaya Bakar ( Nasdem )
18. Menaker: Ida Fauziyah ( PKB )
19. Mendes PDTT: Abdul Halim Iskandar ( PKB )
20. Menteri PUPR: Basuki Hadimuljono

21. Menkes: dr Terawan Agus Putranto
22. Mendikbud: Nadiem Makarim
23. Menristek dan Kepala Badan Riset Inovasi Nasional: Bambang Brodjonegoro
24. Mensos: Juliari Batubara
25. Menteri Agama: Jenderal (Purn) Fachrul Razi

26. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif: Wishnutama
27. Menkominfo: Johnny G Plate ( Nasdem )
28. Menkop UKM: Teten Masduki
29. Menteri PPPA: Gusti Ayu Bintang Darmavati

30. MenPAN-RB: Tjahjo Kumolo
31. Menteri PPN/Kepala Bappenas: Suharso Monoarfa ( PPP )
32. Menteri ATR/Kepala BPN: Sofyan Djalil
33. Menteri BUMN: Erick Thohir
34. Menpora: Zainudin Amali

Jaksa Agung: ST Burhanuddin
Sekretaris Kabinet: Pramono Anung  ( PDIP )
Kepala Staf Kepresidenan: Moeldoko
Kepala BKPM: Bahlil Lahadalia

16. Menhub: Budi Karya Sumadi
17. Menteri KKP: Edhy Prabowo ( Gerindra )
Kepala BKPM: Bahlil Lahadalia

Minggu, 20 Oktober 2019

SURAT TERBUKA GUS MUS UNTUK PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN BARU

SURAT TERBUKA GUS MUS UNTUK PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN BARU

Kepada yang terhormat dan saya hormati: Bapak Joko Widodo dan Bapak Ma'ruf Amin.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pertama-tama, perkenankanlah saya ikut menyampaikan Selamat atas pelantikan Bapak berdua sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. 2019-2024.⚘
Semoga selamat melaksanakan amanat dan tanggung jawab mensejahterakan rakyat --baik yang mendukung Bapak berdua atau tidak. 🙏

Secara lahiriah rakyat yang memilih, tapi secara hakikat Allahlah yang memilih dan menjadikan Bapak berdua menjadi Presiden dan Wakil Presiden negeri tercinta ini.

Maka tanggungjawab Bapak berdua sungguh berat namun mulia: tanggung jawab terhadap Allah dan rakyat.
Pimpinlah kami rakyat Indonesia dengan  cinta dan belas kasih seraya senantiasa mengingat dan memohon pertolongan Allah.
Tantangan seberat apa pun, akan terasa ringan bersama Allah dan pertolonganNya.

Dalam memilih pembantu, pilihlah pembantu yang membantu, bukan yang mengganggu kerja. Pilihlah mereka yang mempunyai commitment keIndonesiaan dan bisa dan mau bekerja tulus untuk Indonesia dan rakyat Indonesia.
Jangan memilih mereka yang menawarkan diri membantu Bapak berdua kecuali mereka yang memang memahami hajat hidup rakyat Indonesia dan mempunyai kemampuan bekerja menjalankan tugas mereka.

Dengan memohon maaf sebesar-besarnya atas kelancangan saya ini, saya ikut mendoakan semoga Allah selalu menolong Bapak berdua dalam berkhidmah kepada Bangsa dan Negara.

WaffaqakumuLläh ilã mã fiihi khairu ummah.

Salam takzim saya.
A. Mustofa Bisri 🇮🇩

Cc:
Presiden Joko Widodo

Salam Santun..
Sajaydah Amayrah

Selasa, 15 Oktober 2019

KHILAFAH HTI BUKANLAH AJARAN ISLAM

KHILAFAH HTI BUKANLAH AJARAN ISLAM

Orang-orang HTI berkata :
Khilafah adalah ajaran Islam. Perintah Allah. Jika Anda tidak setuju dengan khilafah ya berhadapan dengan Allah…!!

Coba perhatikan baik-baik. Argumen ini khas sekali. Very typical.
- Pertama mereka akan BERBOHONG (tepatnya MEMBOHONGI UMAT ISLAM).
- Kedua mereka akan MENAKUT-NAKUTI dengan nama Tuhan. Tentu saja supaya orang-orang jadi keder, karena faktanya banyak orang katrok mau saja ditakut-takuti, apalagi kalau sudah bawa-bawa nama Allah. Langsung grogi kalian sambil nyebut, "Naudzubilahi min dzalik... Ampun Gusti...!

Kalimat pertama ‘Khilafah adalah ajaran Islam’ adalah pernyataan yang sekilas tampak sebagai sebuah kebenaran tapi sebenarnya ini adalah SEBUAH KEBOHONGAN. 

Coba pikir. Apa sih yang disebut sebagai ‘ajaran Islam’ itu?

Menghormati orang tua adalah ajaran Islam, menjauhi zina adalah ajaran Islam, menutup aurat adalah ajaran Islam, menjalankan shalat, puasa, zakat, berqurban, dll adalah ajaran Islam, membersihkan tubuh dan memakai wewangian adalah ajaran Islam.

Tapi ‘khilafah’…?! Apa yang dimaksud dengan ‘khilafah’ di sini? Bagaimana bisa ‘khilafah’ tiba-tiba menjadi ajaran Islam? Kalau kita TIDAK KRITIS dan mau saja dikibulin mereka apalagi kita hanya diam saja…” Dengan demikian maka umat Islam sudah TERPEROSOK dalam kebohongan mereka.

Tentu saja kalau kita sodok mereka dengan pertanyaan :
"Apa yang Anda maksud dengan khilafah sebagai ajaran Islam dan perintah Allah di sini?”

Maka mereka akan tergagap-gagap karena mereka sendiri juga tidak tahu apa yang dimaksud dengan kalimat tersebut. Kalimat tersebut sengaja mereka ciptakan untuk menggiring, membodohi, dan menipu umat Islam bahwa dagangan khilafah mereka seolah merupakan ajaran Islam.

Islam dijadikan KEDOK sekaligus TAMENG. Kalau kita sendiri tidak pernah membaca dan tidak pernah mau tahu apa sebenarnya istilah ‘khilafah’ itu maka kita pasti akan "diuntal" sama mereka sampai akhirnya kita percaya, semakin percaya, semakin percaya dan akhirnya kita akan menjadi ‘zombie khilafah’ seperti mereka juga.

Makanya kita harus banyak membaca agar jadi paham dan tidak mudah dibohongi oleh para zombie tersebut.

Jadi bagaimana sebenarnya soal ‘khilafah’ tersebut?

“Khilafah berasal dari kata خلف (kha-la-fa), yang berarti menggantikan. Definisi Khilafah sendiri merupakan preposisi dari kata Khalifah. Kata Khalifah diambil berdasarkan Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 30.

Jadi sebenarnya istilah ‘khilafah’ itu TIDAK ADA dalam Al Quran. Yang ada itu istilah ‘khalifah’.  Istilah ‘khalifah’ itu pun hanya dua kali disebutkan dalam al-Qur’an yang ditujukan untuk Nabi Adam dan Nabi Dawud.

Hal ini telah diterangkan dengan sangat bagus dan gamblangnya oleh Gus Nadir dalam artikelnya : TIDAK ADA ISTILAH KHILAFAH DALAM AL QUR'AN (https://bit.ly/2IUe8Z8)

Pertama, dalam QS 2:30: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi."

Konteks ayat ini berkenaan dengan penciptaan Nabi Adam as. Ini artinya Nabi Adam dan keturunannya telah Allah pilih sebagai PENGELOLA BUMI. Penggunaan istilah Khalifah di sini berlaku untuk setiap anak cucu Adam.

Kedua, ayat terakhir yang menyebut istilah Khalifah itu adalah yang berkenaan dengan Nabi Dawud:

“ Hai Dawud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan  menyesatkan kamu dari jalan Allah...” (QS 38:26)

Harap diingat bahwa Nabi Dawud adalah Raja Bani Israil. Dalam ayat di atas, Nabi Dawud diperintah untuk memberi keputusan dengan adil. Inilah spirit ajaran Qur’an: keadilan. Sehingga amanah sebagai Khalifah (pemimpin) harus diwujudkan dengan prinsip keadilan.

Jadi, penggunaan kata khalifah dalam al-Qur’an digunakan merujuk ke Nabi Adam dan Nabi Dawud, bukan merujuk kepada khalifah sepeninggal Nabi Muhammad. Tidak ditemukan istilah Khilafah dalam al-Qur’an.

Jangan mau dikacaukan antara istilah khalifah dalam al-Qur’an dengan istilah khilafah (sistem pemerintahan) yang tidak ada dalam Al Qur’an.

Jadi di sini kita bisa melihat bahwa mereka itu sebetulnya NGASAL saja. Tapi karena bawa-bawa nama agama, nama Tuhan, kalau gak percaya mereka akan berhadapan dengan Allah maka kederlah kita. Dan kebanyakan dari kita memang gampang ditipu dengan mengatasnamakan agama.

Bahkan perkara yang bathilnya jelas saja kalau dibungkus dan dikemas dengan agama saja banyak dari kita langsung "iya" saja.

Jadi bagaimana sebaiknya untuk menjawab sodokan ancaman orang HTI seperti di atas? Kalau mau menjawab dengan agak gahar ya jawab saja begini. :”Kamu BERBOHONG, wahai HTI…! Khilafah BUKANLAH AJARAN ISLAM. Bahkan di Alquran tidak ada disebut tentang ‘khilafah’. 

Jadi jelas bahwa ‘khilafah’ bukanlah perintah Allah. Karena kamu telah berbohong soal ini maka kamulah yang akan berhadapan dengan Allah karena kebohonganmu tersebut. Nah, jika karena kebohonganmu ini telah membuat banyak orang TERTIPU lantas bagaimana kamu akan mempertanggungjawabkan kebohonganmu ini kelak di hadapan Allah? ”

Ingat jangan tertipu dengan kata Khilafah dan Khalifah. Dua kata tersebut hampir sama tapi memiliki arti yang berbeda..!!!

https://bit.ly/2MNdDAS

Enam jam bersama ninoy

” Pengakuan Kader PKS ”
Cara menghancurkan NKRI

** Testimoni ini ditulis oleh seorang mantan kader PKS dari UI bernama Arbania Fitriani, sebagai "note" pribadi di facebook.
_

Pertama-tama, saya menuliskan pengalaman saya ini tidak untuk menjatuhkan atau menjelek-jelekkan salah satu partai besar di Indonesia. Saya hanya ingin berbagi pengalaman untuk menjadi bahan renungan para pembaca agar dapat lebih mengenal PKS dari dalam.

Tulisan ini dimaksudkan agar masyarakat dapat mengenal PKS secara objektif, agar rakyat Indonesia mengetahui apakah PKS benar-benar mengusung kepentingan rakyat Indonesia atau justru sedang mengkhianati masyarakat dan para kadernya sendiri dengan sentimen keagamaan serta jargon sebagai partai bersih. Sayangnya, banyak masyarakat dan orang-orang di dalam tubuh PKS ini pun tidak menyadarinya.

Bagian tersebut akan saya jelaskan secara singkat di akhir cerita saya, dan sekarang saya ingin berbagi dulu kepada para pembaca mengenai sistem pengkaderan PKS yang sangat canggih dan sistematis sehingga dalam waktu singkat membuatnya menjadi partai besar.

Saya waktu mahasiswa adalah kader PKS mulai dari 'amsirriyah sampai ke 'am jahriyah. Mulai dari saya masih sembunyi-sembunyi dalam berdakwah, sampai ke fase dakwah secara terang-terangan, sejak PKS masih bernama PK sampai kemudian menjadi PKS.

Dalam struktur pengkaderan PKS di kampus, ada beberapa lingkaran, yakni lingkaran inti yang disebut majelis syuro'ah (MS), lingkaran kedua yang disebut majelis besar (MB), dan lingkaran tiga yang menjadi corong dakwah seperti senat (BEM), BPM (MPM), lembaga kerohanian islam.

Jenjangnya adalah mulai dari lembaga dakwah tingkat jurusan, fakultas, sampai ke universitas. Jika di universitas tersebut terdapat asrama dan punya kegiatan kemahasiswaan, maka di sana pun pasti ada struktur seperti yang telah saya terangkan.

Universitas biasanya akan berhubungan dengan PKS terkait perkembangan politik kampus maupun perkembangan politik nasional. Dari sanalah basis PKS dalam melakukan pergerakan-pergerakan politik dalam negeri atas nama mahasiswa, baik itu yang berwujud demonstrasi maupun pergerakan lainnya. Sistem pergerakan, pengkaderan dan struktur lingkaran yang terjadi di dunia kampus sama persis dengan yang terjadi di tingkat nasional.

Kembali ke dalam struktur lingkaran PKS di kampus, orang-orang yang duduk di MS jumlahnya biasanya tidak banyak dan orang-orangnya adalah orang-orang yang terpilih. Kebanyakan yang menjadi anggota MS adalah mahasiswa yang memang sudah dikader sejak SMU. Tapi ada juga yang berhasil masuk ke dalam MS dari orang-orang yang telah dikader pada saat kuliah. Saya termasuk orang yang masuk ke dalam lingkaran MS yang baru dikader pada saat kuliah dan menduduki posisi sebagai mas’ulah di asrama UI sehingga saya punya akses langsung untuk berdiskusi dengan mas’ulah tingkat universitas. Dari sini juga saya akhirnya banyak tahu sistem dalam PKS meskipun saya pada tingkat fakultas hanya masuk sampai tingkat MB.

Struktur MS dan MB memiliki mas’ul (pemimpin untuk anggota ikhwan) dan mas’ulah (pemimpin untuk anggota akhwat). Masing-masing mas’ul(ah) ini membawahi MS secara keseluruhan dan ada juga mas’ul(ah) yang membawahi sayap-sayap dakwah, yakni sayap tarbiyah (mengurusi pengkaderan khusus untuk ikhwah seperti pemetaan liqoat, materi liqoat, dll), sayap syiar (mengurusi syiar Islam, khususnya dalam lembaga kerohanian formal dan menjaring kader baru), dan sayap sosial & politik (mengurusi dakwah dalam bidang lembaga formal kampus, yakni BEM dan MPM).

Di lingkaran kedua adalah majelis besar, anggotanya adalah ikhwah yang sudah dikader juga dan tinggal menerima keputusan dari MS untuk dilaksanakan. Jadi, MS ini adalah _think-tank_ dari seluruh kegiatan yang terjadi di kampus. Apabila kader PKS duduk sebagai ketua BEM/Senat atau MPM/BPM, maka semua kegiatannya harus mendapat izin dari MS dan memang biasanya berbagai agenda di BEM/Senat dan MPM/BPM ini dibuat oleh MS.

Bagaimana sistem pengkaderan PKS itu sendiri? Bagaimana PKS mengubah seorang menjadi kader yang militan?

Jalan pertama adalah menguasai Senat, BEM, BPM, dan MPM. Apabila lembaga formal ini sudah dikuasai, akan mudah untuk membuat kebijakan terutama pada masa penerimaan mahasiswa baru.

Saat orientasi mahasiswa baru biasanya mereka akan dibentuk menjadi kelompok kecil (halaqah) dan ikhwah PKS akan berperan sebagai mentor. Kegiatan ini akan berlanjut rutin selama masa perkuliahan di mana halaqah ini akan berkumpul 1 minggu sekali. Dari sinilah biasanya akan terjaring orang-orang yang kemudian akan menjadi ikhwan  militan, bahkan orang yang sebelumnya tidak pakai jilbab dan sangat gaul bisa menjadi seorang akhwat yang sangat pemalu namun juga sangat militan.

Agenda utama kami adalah membentuk Manhaj Islamiyah di Indonesia menuju Daulah Islamiyah (mirip dengan sistem Khilafah Islamiyah dari HTI). Doktrin utama dalam sistem jamaah PKS yang juga menamakan dirinya sebagai jamaah Ikhwanul Muslimin ini adalah “nahnu du’at qobla kulli sya’I” dan “sami’na wa ata’na”. Dua doktrin inilah yang membuat kami semua menjadi orang yang sangat loyal dan militan. Setiap instruksi yang diberikan dari mas’ul(ah) ataupun murabbi(ah) kami akan kami pasti patuhi meskipun kami tidak benar-benar paham tujuannya. Seperti menyumbang, mengikuti demonstrasi, meskipun harus bolos kuliah, dll.

Selama saya aktif di pergerakan ini, saya melihat banyak sekali teman-teman saya yang berhenti menjadi Aktivis Dakwah Kampus (ADK). Dulu saya merasa kasihan kepada mereka, karena yang saya tahu --- diberitahu oleh murabbi kami dan juga seringkali dibahas dalam taujih atau tausiyah (semacam kultum) --- bahwa dalam jalan dakwah ini selalu akan ada orang-orang yang terjatuh di jalan dakwah. Mereka adalah orang-orang futur (berbalik ke belakang).

Orang-orang ini biasanya kami label sebagai anggota “basah” (barisan sakit hati). Saya mempercayai semuanya sampai akhirnya saya pun merasa tidak cocok lagi untuk berada di sana dan memutuskan untuk keluar dari ADK, padahal saya dulu sudah diproyeksikan sebagai ADK abadi (orang yang akan menjadi aktivis dakwah kampus selamanya dengan cara menjadi dosen atau karyawan tetap di kampus).

Ada beberapa alasan yang membuat saya mengambil keputusan untuk keluar, antara lain: Adanya eksklusivisme antara kami para ADK dengan orang-orang di luar ADK. Kami para ADK adalah orang-orang khos (orang khusus) dan mereka adalah adalah orang ’amah (orang umum). Orang khos adalah orang yang sudah mengikuti tarbiyah dan mengikuti liqo’at (semacam halaqah tapi lebih khusus lagi) dan orang ’amah adalah orang yang belum mengenal tarbiyah. Para ikhwah, terutama para ADK, tidak akan mau menikah dengan ’amah karena mereka dapat membuat orang khos seperti kami menjadi futur, bahkan bisa membuat kami terlempar dari jalan dakwah.

Istilah khos dan a’amah ini membuat saya merasa tidak natural dan tidak manusiawi dalam menghadapi teman saya yang ’amah. Saya diajarkan bahwa mereka adalah mad’u (objek dakwah) saya. Jika saya bisa menarik mereka ke dalam sistem kami, apalagi bisa menjadi ADK, maka kami akan mendapat pahala yang sangat besar. Saya merasa menjadi berdagang dengan teman saya yang dulunya sebelum menjadi ADK adalah sahabat saya. Saya merasa tidak memanusiakan teman saya dan lebih memandang mereka sebagai objek dakwah.

Dalam liqo’at ataupun dauroh saya juga ada beberapa hal yang membuat saya tidak _sreg_, seperti bahwa saya harus lebih mengutamakan liqo’at daripada kepentingan orang tua dan keluarga saya. Bahkan saya pernah diberitahu bahwa bila sudah ada panggilan liqo’at, meski orang tua saya sakit dan harus menjaganya, saya harus tetap datang liqo (entah mengapa selama beberapa tahun saya bisa menerima konsep yang kurang manusiawi ini). Hal lain adalah saya tidak boleh mengikuti kajian di luar liqo saya, padahal setahu saya bahwa kebenaran itu tidak hanya milik liqo saya, masih banyak sekali kebenaran di luar sana.

Bahkan buku bacaan pun diatur dimana ada banyak buku yang saya sangat berguna untuk menambah wawasan keislaman saya seperti buku yang mengajarkan tentang hakikat Islam namun oleh murabbi saya dilarang. Untuk hal ini saya membangkang karena, seandainya Islam itu memang benar rahmatan lil alamin, ilmunya pasti sangat luas dan tidak hanya monopoli orang-orang di PKS semata. Dan hal yang paling mengusik saya adalah selama saya mengaji di liqo ataupun mengikuti taujih dan taushiyah dalam syuro ataupun dauroh-dauroh _(training)_ saya merasa lebih banyak diajarkan tentang kebencian terhadap agama atau aliran lain, seperti bagaimana kejamnya kaum Nashoro (Nasrani) yang membantai saudara kami di Poso, Yahudi yang membantai saudara kami di Palestina, JIL yang memusuhi kami, NII yang sesat, teman-teman Salafi yang mengganggu kami, dst.

Sampai-sampai, akibat begitu terinternalisasinya hal tersebut, ketika saya mengikuti tarbiyah universitas dan sedang makan siang, saya dan teman-teman menganggap yang sedang kami makan dan telan itu adalah orang-orang Yahudi dan Nashoro. Doa-doa kami pun selalu secara khusus ketika qunut adalah untuk mujahid-mujahid di Palestina dan Afghanistan (kadang saya berpikir kapan kita berdoa untuk pahlawan perjuangan di Indonesia yang telah menghadiahkan kemerdekaan kepada kita). Sejujurnya, saya lebih tersentuh dan bisa menangis tersedu-sedu ketika dibacakan ayat-ayat seperti dalam surat Ar-Rahman yang menceritakan Cinta-Ilahi ketimbang surah seperti Al-Qiyamah yang menceritakan azab-Nya.

Kebencian sangat bertentangan dengan hati nurani saya karena saya sangat percaya dengan ayat yang mengatakan bahwa rahmat Allah SWT lebih cepat dari murka-Nya, yang artinya cinta Allah SWT seharusnya dapat menghapus kemarahan-Nya terhadap umat manusia. Inilah sebabnya mengapa di sini hati saya merasa sangat kering saat mengikuti tausiyah dan taujih yang senantiasa bercerita tentang peperangan dan kebencian. Semua ganjalan yang saya rasakan akhirnya meledak ketika saya kemudian tahu dari sumber yang terpercaya dalam pemerintahan, juga dari petinggi PKS sendiri, tentang agenda yang tidak pernah saya ketahui sebelumnya dan pastinya juga tidak diketahui oleh orang-orang selevel saya atau bahkan pun pengurus inti PKS.

_AGENDA UTAMA PKS_

Agenda utama PKS adalah menghancurkan budaya Indonesia melalui invasi budaya Arab Saudi.

Banyak sekali indikasi yang saya rasakan langsung pada saat menjadi ADK, seperti upaya kami untuk menghalang-halangi acara seni, budaya, musik, dll. Hingga berbagai upaya kami agar bisa memboikot mata kuliah ilmu budaya dasar (IBD).

Saya ingat dulu, karena saya begitu termakan doktrin bahwa mata kuliah IBD tidak berguna dan bisa melemahkan iman, saya seringkali membolos kalau ada latihan menari sampai saya sempat dibenci teman-teman saya.

Kembali pada agenda PKS ini sebagai perpanjangan tangan dari Kerajaan Saudi, tujuan utamanya adalah agar kekuasaan Arab bisa mencapai Indonesia, mengingat satu-satunya sumber devisa Arab adalah minyak yang diperkirakan akan habis pada 2050 dan melalui jamaah haji.

Indonesia adalah negara yang sangat kaya sumber daya alam dan merupakan umat muslim terbesar di dunia. Bahkan jika seluruh umat muslim di Timur Tengah disatukan, umat muslim Indonesia masih jauh lebih banyak. Untuk itu, agar dapat bertahan secara ekonomi, Arab Saudi harus bisa merebut Indonesia dan cara yang paling jitu adalah melalui invasi kebudayaan.

Islam dibuat menjadi satu dengan kebudayaan Arab, sehingga budaya Arab akan dianggap Islam oleh masyarakat Indonesia yang relatif masih kurang terdidik dan secara emosional masih sangat fanatik terhadap agama.

Ketika kebudayaan lokal sudah bisa dihilangkan dan kebudayaan Arab yang disamarkan sebagai Islam dapat berkuasa, maka orang-orang akan menjadi begitu fanatik buta bahkan fundamentalis dan tidak bisa lagi mengapresiasi agama lain dan budaya lokal. Lalu, bila kebudayaan Nusantara sudah sampai dianggap musyrik atau bid’ah, saat itulah NKRI akan bubar.

Orang-orang yang pulaunya dihuni oleh mayoritas non-muslim atau yang masih memegang budaya lokal di Indonesia akan meminta merdeka. Pulau-pulau di Indonesia akan terpecah-belah dan pada saat itulah orang-orang ini akan bagi-bagi “kue”.

Peta rencananya adalah bagian pulau di Indonesia yang mayoritas Islam akan dikuasai oleh Arab. Sedangkan daerah yang penduduknya mayoritas Kristen akan dikuasai oleh Amerika. Lalu, daerah-daerah yang mayoritas penduduknya beragama Hindu, Buddha, Animisme, dll., akan dikuasai oleh Cina.

Tidak banyak orang PKS yang tahu soal ini, hanya segelintir saja yang memahaminya. Mereka menduduki posisi-posisi strategis dalam pemerintahan agar dapat lebih memudahkan agendanya. Sentimen keagamaan terus dipakai untuk meraih simpati masyarakat. Maka berbagai produk kebijakan, seperti Perda Syariat, UU APP, dll. yang rata-rata hanya sekadar mengurus masalah cara berpakaian semata akan dengan bangganya diterima oleh masyarakat muslim yang naif sebagai keberhasilan Islam.

Masyarakat kita lupa bahwa sampai saat ini PKS belum menghasilkan produk yang dapat memajukan ekonomi, menyelesaikan permasalahan kesehatan, pendidikan, pencegahan bencana alam, korupsi, _trafficking_, tayangan TV yang semakin memperbodoh masyarakat, dan permasalahan lain yang lebih riil dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat kita ketimbang sekadar mengatur cara orang dewasa berpakaian dan berperilaku.

Jangan terburu-buru apriori dan menganggap tulisan mengenai pengalaman saya ini adalah _black campaign_. Renungkan dengan hati nurani yang dalam. Tidak ada kepentingan saya selain hanya menyampaikan kebenaran.

Saya tahu risiko yang ada di hadapan saya dan siapa yang saya hadapi. Tapi saya lebih takut menjadi bagian dari orang yang zalim, karena tahu kebenaran, namun tidak bersuara. Rasa cinta saya bagi negeri yang sudah memberi saya kehidupan ini menutupi rasa takut saya. Saya yakin siapa yang berjalan dalam kebenaran maka kebenaran akan melindunginya.

Buat rekan saya, murabbi saya, sahabat-sahabat saya dulu sesama ikhwah, saya mencintai kalian semua dan akan terus mencintai kalian.Saya berharap, persaudaraan kita tetap terjalin karena bukanlah partai atau agama yang mempersaudarakan kita, tapi karena kita satu umat manusia, anak-cucu Adam. Kalau bahasa teman saya, kita menjadi saudara karena kita menghirup udara yang sama, makanya kita disebut “sa-udara”. Semoga pengalaman saya ini dapat menjadi bahan renungan para jamaah “fesbukiyah” dalam menentukan pilihan pemimpin yang akan membawa kapal Indonesia menuju masyarakat yang bahagia, makmur dan sentosa, yang memiliki jati diri dan menghargai kebudayaan Nusantara.

Reshare : nahdliyin online

Senin, 14 Oktober 2019

BUAT KAUM RADIKALISME PEMBENCI PRESIDEN INDONESIA

*SURAT TERBUKA KEPADA PARA PENCACI & PEMBENCI JOKOWI*

Lima tahun hampir usai Jokowi malaksanakan tugasnya sebagai seorang Presiden Republik Indonesia ini. Kupikir otak dan kewarasan berpikirmu akan berhenti menghujad atau membenci setelah melihat Pembangunan Negeri.

Mata dunia terbuka setelah melihat langkah terukur dan pasti seorang Presiden hasil pemilihan resmi.

*Birokrasi sudah dipermudah, infrastruktur merambah seantero negeri, PDB di atas $1 triliyun dan seabrek lagi prestasi yang dulunya hanya dalam mimpi*.

Mulai dari keturunan PKI, kafir, komunis, pinokio dll dirimu sematkan ke Beliau Pemimpin Tertinggi Indonesia ini.
Segala fitnah keji terlontar tanpa kendali. Apapun kalian kaitkan dgn Jokowi.
- Ada bencana alam, yg salah Jokowi.
- Asap kembali menyerbu, yg salah Jokowi, tp saat empat tahun tanpa asap adakah kalian puji?
- Kaum Radikalis mengobok-obok negeri dgn mengusung khilafah, kalian tuduh dr PKI yang ujungnya Jokowi lagi.
- Pengemplang pajak yg sampai hartanya diburu ke luar negeri bkn di apresiasi, tp malah sibuk hitung hutang Indonesia yg makin membesar (itu menurutmu yg tak tahu alur keuangan negeri).

Sangat pedih hati ini melihat Pemimpin Yang terpilih *SECARA RESMI* malah kalian benci tanpa alasan pasti.

Saya yang merupakan salah satu dari 14,05% perolehan suara Jokowi di Ranah Minang sangat menyesalkan sikap *PARA PEMBENCI JOKOWI YANG TIDAK TAHU DIRI*.

Ada politisi di senayan, ada anak politisi senior, ada milyuner yang takut bayar pajak, ada kelompok yg ingin mengembalikan rezim lama yg terkenal paling korup saat memimpin Indonesia ini. Ada pula kelompok mahasiswa dan anak-anak yang malah ditunggangi oleh kepentingan kekuasaan yg ingin menumbangkan Pemimpin yang peduli dgn keutuhan dan kesejahteraan NKRI.

Saat audiensi calon atlit bulutangkis di protes KPAI dgn alasan ekploitasi, kalian berdiam diri. Tapi anak kecil diajak demo dan KPAI hanya sembunyi di belakang lemari, kalian tak ada berbunyi untuk meneriakan peran KPAI.

Polisi di bakar, dibunuh, pejabat ditusuk, mana suara kalian untuk meneriakkan pelanggaran HAM atau apapunlah namanya, ujug-ujug malah mencibir dan mensyukuri.

KPK butuh diperkuat dan diawasi biar tidak jadi alat politisasi segelintir manusia haus kekuasaan, malah kalian tuduh Jokowi pro koruptor. Waraskah cara berpikirmu?

Berhentilah menghujad dan mencaci, ayo kita bersatu membangun negeri.

Suara kami sedikit di Bumi Minangkabau bukan berarti tak ada yang Peduli dgn keutuhan dan kesejahteraan NKRI. Dan kami yang sedikit ini sangat meyakini kalau Jokowi adalah *PEMIMPIN IDEAL UNTUK INDONESIA SAAT INI, BUKAN YANG LAIN*

Kalau para membenci merupakan bagian dari *HTI yg sudah HARAM* di Indonesia, atau kalian merupakan kelompok Radikalis yg meneriakkan Khilafah pembenci Pancasila dan Demokrasi tapi menunggangi demokrasi untuk membangun diri, tunggulah kami *SILENT MAJORITY + POLRI + TNI akan MENGHADAPIMU DEMI NEGERI TERCINTA INI* bersama *JOKOWI*

Payakumbuh, 13 Oktober 2019.

Ttd
*Faizhaqan Tedy Alharsah*
(Tedy)
*Bumi MINANGKABAU*

JANGAN SOK PALING ISLAM SOK SUCI TAPI JAUH DARI AJARAN ISLAM ITU SENDIRI

PRESIDEN        :   ISLAM
WAPRES           :   ISLAM
MENTERvI          :   MAYORITAS ISLAM
GUBERNUR, BUPATI, WALIKOTA, CAMAT :.  MAYORITAS ISLAM
PENGADILAN AGAMA : NGURUSIN ORANG ISLAM
KUA                   :   NIKAHIN ORANG ISLAM
DEPARTEMEN AGAMA :   ISLAM
ANGGOTA MPR/ DPR/ DPRD/ DPD :   MAYORITAS ISLAM

KAPOLRI             :   ISLAM
JAKSA AGUNG  :   ISLAM
KETUA MA          :   ISLAM
KETUA MK          :   ISLAM
KETUA DPR/ MPR  :     ISLAM
KETUA KPK        :   ISLAM

MASJID AGUNG BERDIRI MEGAH DI TIAP PROVINSI DAN KABUPATEN/ KOTA

MASJID JAMI DAN MUSHOLA TERSEBAR DI SETIAP KAMPUNG.

PELAJAR PUTRI/ MAHASISWI BEBAS PAKE HIJAB.

IDUL FITRI KARYAWAN DAPAT THR
MAU MUDIK DIKASIH LIBUR

DI MANA LOGIKANYA KALO ADA YG KOAR KOAR NEGARA  TIDAK BERPIHAK SAMA ISLAM ?

DI MANA LOGIKANYA KALO ADA YG KOAR KOAR ULAMA DIPERSEKUSI,
SEMENTARA PAK JOKOWI SUDAH MENEMPATKAN ULAMA DITEMPAT YG TINGGI DALAM PEMERINTAHAN Sebagai  WAPRES, BUKAN HANYA SEKEDAR MENDUKUNG..??

Silahkan kalo mau bodoh..
Tapi jangan ngajak ngajak temen..

*JANGAN HANCURKAN DAKWAH DENGAN SIKAPMU YANG NGAWUR DAN TIDAK DEWASA SERTA KASAR*

Saya kadang merasa aneh melihat saudara saya   *umat Islam*  yang memiliki sifat seperti anak-anak, ingin menang sendiri, mudah marah dan memaksakan kehendaknya agar orang lain sama dengan dirinya...

 *Padahal Alquran sudah mengatakan untuk Berbuat Adil karena itu bisa mendekatkan kepada ketaqwaan*....

 Tapi begitulah sifat anak2 kadang tidak bisa menerima nasehat yang baik sekalipun untuk dirinya sendiri

*Atheis dimusuhi karena tidak bertuhan.*
*Bertuhan dimusuhi karena tuhannya beda*
*Tuhannya sama dimusuhi karena nabinya beda*

*Nabinya sama dimusuhi karena alirannya beda.*
*Alirannya sama dimusuhi karena pendapatnya beda*.

*Pendapatnya sama dimusuhi karena partainya beda.*

 *Partainya sama dimusuhi karena pendapatannya beda.*

Apa kamu mau hidup sendirian di muka bumi untuk memuaskan nafsu keserakahan?.

Kau tahu apa yang dilakukan Sayyidul Wujud Muhammad SAW pada seorang *yahudi tua yang tiap hari meludahi & melempari kotoran padanya?* Ia jenguk dan doakan sang yahudi ketika yahudi itu sakit.

Kau tahu apa yang dilakukan Muhammad SAW pada seorang *yahudi buta yang tiada hari tanpa mencacinya?* Ia suapi setiap hari dengan tangannya sendiri yang mulia tanpa sang yahudi tahu bahwa yang menyuapinya adalah Muhammad SAW yang selalu ia caci.

Itulah Islam. _*Ber-Islamlah seperti Islam-nya nabi Muhammad SAW, bukan Islam ala egomu*_.

Jangan sampai kau hanya ber-Islam, tapi kau kehilangan nabi Muhammad
 Jangan hinakan Islam yang suci dengan perbuatan nista.

Fir'aun awalnya meminta bukti kebenaran kpd Musa.
Namun, setelah bukti dipaparkan kpd nya dg sangat jelas, gamblang dan terbuka di hadapan publik, Fir'aun bukannya mengakui kebenaran fakta yg dilihatnya malah menuduh Musa sbg pendusta alias penyebar hoax.
 (QS. GHAFIR: 23-24).

                              *Monggooooo,,,,,

Kebencian kepada kepala negara( pak Dhe Jokowi )  bukan karena beliau jahat.
Tapi karena beliau. kerjanya menghalangi orang orang jahat                                                                                       

Harusnya kalian MALU, yang selama ini selalu termakan provokasi HOAX dan membuat kegaduhan.

#salam waras#save NKRI #basmituntasradikal #lawanradikal💪💪♥️♥️🇮🇩🇮🇩

JUJUR DAN MERAKYAT

Kisah ini terjadi sewaktu Pak Joko Widodo (Jokowi) menjabat sebagai Walikota Solo.

 Saat itu hari masuk kantor, sekitar jam 07:00 pagi Pak Jokowi sudah tiba di kantor, tetapi kantor tampak kotor belum disapu oleh Pak Slamet, tukang kebersihan di kantor.
 Pak Slamet tidak biasanya datang terlambat. Karena kantornya belum bersih dan Pak Jokowi tahu itu belum disapu, tanpa ragu beliau langsung ambil sapu lalu disapulah sendiri kantornya tanpa menyuruh anak buahnya, padahal itu bisa ia perintahkan bawahannya yang ada di situ.
 Tak lama kemudian datanglah Pak Slamet si tukang sapu. Dengan wajah pucat dan takut karena diberitahu temannya bahwa yang menyapu adalah Pak Jokowi sendiri,
Pak Slamet menghadap Walikota Jokowi.
 "Dari mana, jam segini baru datang?", tanya Pak Jokowi.
 Pak Slamet dengan ketakutan menjawab: "Anak saya sakit Pak..."
Jokowi pun hanya menjawab: "Yo wis..."
Selanjutnya tanpa banyak omong beliau mengajak ajudannya keluar kantor, ternyata diajak ke rumah Pak Slamet bertiga dengan supir.
 Mungkin Pak Jokowi ingin membuktikan kebenaran alasan pak Slamet tadi.
Dan ternyata benar, anak Pak Slamet sakit panas sudah 5 hari.
Tanpa banyak bicara, anak Pak Slamet itu digendong ke mobil oleh Pak Jokowi sendiri, kemudian dibawanya ke Rumah Sakit sedangkan ajudannya disuruh pulang ke kantor naik ojek, diminta menyampaikan kabar ke Pak Slamet kalau anaknya dibawa ke Rumah Sakit.
 Apa yang terjadi selanjutnya?
Pak Slamet yang ada di kantor justru malah pingsan setelah mendengar kabar ini.
Begitu terharunya Pak Slamet sampai ia jatuh pingsan tidak sadarkan diri.
Kisah nyata ini mungkin membuat merinding bagi siapa saja, betapa terharu dan bangganya pada sosok Pak Jokowi.
Sehingga tidak heran, para tukang sapu di Jakarta beberapa hari lalu mendeklarasikan diri mendukung Jokowi-JK karena kepeduliannya kepada orang-orang kecil seperti mereka.
Alasannya sederhana seperti yang dikatakan Pak Jokowi berulang-ulang yakni beliau hanya ingin "memanusiakan manusia".
Itulah sosok Jokowi, sosok pemimpin yang sangat dirindukan negara Indonesia tercinta, tidak hanya kota Solo dan Jakarta saja.
 Matur Nuwun.
🙏🙏🙏

Minggu, 13 Oktober 2019

ATAS NAMA DEMOKRASI

ATAS NAMA DEMOKRASI. .

Istilah radikal muncul berkaitan dengan tindakan kekerasan secara fisik atau sikap keras menolak secara terang terangan maupun diam diam terhadap sistem yang sedang berjalan dalam kenegaraan kita. Dengan sikap kritis atau lebih tepatnya nyinyir terhadap segala kebijakan pemerintah pada level yang amat parah dari mulai prasangka, fitnah hingga hoax.
Di dalam kepemimpinan modern yang dibangun dengan partisipasi setiap pemimpin  adalah individu yang menjalankan sistem yaitu suatu aturan baku dalam komstitusi yang harus dipathui. Siapa pun pemimpinnya yang membedakan hanya soal ketegasan, kecerdasan, keluwesan dan kejujuran.

Pada jaman abad sebelum pertengahan kepemimpinan adalah absolut, mereka yang suka membaca kisah cerita di masa lalu mungkin terbawa ke dalam romantisme kejayaan semu sehingga menganggap seorang penguasa adalah segalanya, mereka ingin membangun persepsi bahwa perubahan keadaan hanya dengan cara mengganti pemimpinnya,  padahal dunia kini telah berubah.

Kepemimpinan modern adalah banyak pemimpin artinya sinerji dengan menghimpun partisipasi. Dengan ruang demokrasi yang demikian terbuka dapat nemberikan kesempatan kepada siapa pun untuk ambil bagian dalam membangun harapan dan cita cita bersama. Tetapi demokrasi modern ternyata memiliki celah yang bisa dimanfaatkan oleh para petualang politik yang kurang puas terhadap peran dirinya untuk sebuah kue kekuasaan. Mereka akan selalu nyerimpung kaki terhadap segala kebijakan pejabat publik (pemerintah) tidak pandang baik atau buruk. Keonaran yang ditimbulkan bukan semata sikap kritis tetapi kegaduhan yang sengaja diciptakan dengan menyebarkan prasangka, fitnah dan hoax. Bagi paramuda yang memiliki jiwa idealisme pasti menangkapnya penuh dengan keluguan atas dasar keadilan dan hak berdemokrasi padahal mereka cuma alat untuk menciptakan kegaduhan dan selanjutnya apabila bisa dikumpulkan dalam kerumunan akan menimbulkan chaos.

Sikap yang tidak mencerminkan kepatuhan kepada hukum dan konstitusi serta kesantunan dalam kehidupan bermasyarakat, tidak toleran karena cara pandang tekstual terhadap semua masalah dikategorikan sebagai sikap radikal.
Radikalisme bisa berupa tindakan, ada juga yang masih dalam bentuk embrio berupa faham yang tersebar di masyarakat. Ajaran kebencian tersebut dibungkus agama sehingga doktrinnya amat kuat dan siapa pun yang sudah terpapar akan meyakini sebagai akidah yang harus dibela dan diperjuangkan.
Mereka sengaja menyaru, tidak memperlihatkan nama kelompoknya tapi lebih suka membawa bawa nama Islam atau menggunakan nama Islam, padahal setiap tindakan yang menyakiti sesama manusia tidak selalu sesuai dengan ajaran islam.
Dengan menyembunyikan identitas kelompoknya lalu dibungkus dengan nama Islam mungkin itu cara mudah mengekspresikan segala tindakannya sehingga ketika ada masalah hukum akan berlindung di balik nama Islam.
Tak perlu dipungkiri bahwa ada komunitas yang suka membela atau bersimpati dengan para teroris, dengan melihatnya sebagai sesama muslim padahal korbannya adalah para pemeluk Islam.
Aparat tentu tidak bisa lepas dari kesalahan apabila melampaui wewenangnya atau menyimpang dari protap/SOP dan apabila ada celah untuk terjadinya kebrutalan oleh aparat yang melukai nasyarakat sipil maka harus ada perbaikan aturan.

NU dan Muhammadiyah adalah dua ormas islam terbesar yang segala kegiatannya menggunakan nama ormasnya sebagai rasa tanggung jawab secara organisasi, tidak membebani nama islam tetapi dengan ikut ambil bagian dalam membangun peradaban,  memperbesar dan mengharumkan nama baik Islam. 
Diantara ormas besar tersebut dengan kebanggaan nama organisasinya, sementara di luar sana ada kelompok kelompok kecil yang sering menggunakan nama islam, mereka mengklaim seolah mendapat mandat dari umat islam seluruh dunia. Cara cara pernainan kamuflase tersebut memang sengaja mereka buat agar ketika berurusan dengan hukum dan ditindak berkesan seolah aparat hukum menekan Islam, mengkriminalisasi ulama dsb. Padahal aparat bekerja atas nama hukum, siapapun yang membahayakan masyarakat dan negara harus dicegah, darimana kelompoknya, tidak pandang agamanya, yg melanggar hukum harus ditindak dan ditangkap. (Suntoro Amkarakas).

PEMBERONTAK DAN PENGKIANAT SUDAH ADA DIJAMAN DAHULU

SOAL KHAWARIJ, IKUTILAH SAYYIDINA ALI

Ayik Heriansyah

Huru hara di kota Madinah akibat gelombang unjuk rasa kaum Khawarij yang datang dari Bashrah, Kufah dan Mesir bukan aksi people power yang terjadi secara spontan. Aksi ini terstruktur, sistematis dan massif (TSM) tercium oleh Ali bin Abi Thalib tatkala ia melihat para demonstran tadinya akan kembali kota masing-masing setelah dialog dan berdamai dengan Khalifah Utsman, ternyata mereka putar balik ke Madinah secara serentak dalam waktu singkat.

Kembalinya para demonstran ini dipicu oleh surat hoaks atas nama dan stempel Khalifah Utsman yang isinya perintah kepada Gubernur Mesir agar mengeksekusi para demonstran setiba mereka di sana. Sekali lagi surat ini hoaks yang dibawa kurir yang sengaja melewati rombongan demontran. Tanpa ada yang mengorganisir tidak mungkin rombongan dari tiga kota berbeda arah bisa berkumpul kembali dalam waktu singkat ke Madinah. Begitu tangkapan pikiran Sayyidina Ali. Dia yakin ada aktor intelektual di balik aksi ini.

Al-Akhnaf bin Qais berkata: “Aku bertemu Thalhah dan az-Zubair setelah terjadi pengepungan terhadap Utsman, lantas bertanya: ‘Apa yang kalian berdua perintahkan kepadaku? Karena, aku telah melihat Utsman telah terbunuh.’ Mereka berdua menjawab: ‘Ikutilah Ali.’ Aku kemudian bertemu dengan ‘Aisyah di Makkah setelah terjadi pembunuhan terhadap Utsman, lalu bertanya: ‘Apa yang engkau perintahkan?’ Dia menjawab: ‘Ikutilah Ali.’ (Fathul Bari XIII/38).

‘Auf bin Abu Jamilah bercerita: “Aku tengah bersama Hasan al-Basri yang sedang berada di Madinah, ketika terjadi peristiwa pembunuhan Utsman. Orang-orang kemudian menyebut beberapa orang Sahabat Nabi saw. Ibnu Jausyan al-Ghathafanin berkata: ‘Wahai Abu Sa’id (Hasan al-Basri), orang-orang menganggap cacat Abu Musa al-Asy’ari karena dia mengikuti Ali. Mendengar itu Hasan al-Basri naik pitam, hingga kemarahan terlihat pada wajahnya. Ia lantas berkata: ‘Kalau bukan mengikuti Ali, siapa yang pantas untuk diikuti? Amirul Mu’minin Utsman telah terbunuh secara zhalim, kemudian orang-orang memilih yang terbaik di antara mereka, lalu membai’atnya. Kalau begitu, siapakah yang pantas dijadikan pemimpin? Sampai-sampai dia mengulanginya hingga beberapa kali.” (HR. Ahmad dalam Fadhilatush Shahabah, II/576 hadits no. 976).

Sayyidina Ali menjadi teladan dalam menghadapi pemberontak. Katanya: “Bagaimana pendapat kalian seandainya aku tidak berperang bersama kaum muslimin menghadapi pemberontak (Khawarij), siapakah yang akan memberikan contoh ini kepada kaum muslimin terkait orang-orang yang memberontak?” (Mushannaf Abdurrazaq, 10/124). Para ulama di kemudian hari meng-istinbath hukum seputar pemberontak dari Ali bin Abi Thalib. mereka mengatakan: “Seandainya tidak ada perperangan antara Ali dengan orang-orang yang menentangnya (Khawarij), niscaya tidak ketahui sunnah dalam memerangi sesame pemeluk agama Islam.” (At-Tamhid, Al-Baqillani, hal. 229. Tahqiqu Mawaqifish Shahabah 2/295).

Setelah menjadi Khalifah, Sayyina Ali sadar di tengah-tengah barisannya ada orang-orang yang terlibat dalam pembunuhan Khalifah Utsman. Dia paham kaum Khawarij ingin mengaburkan jejak dengan melebur di pihaknya. Dikarenakan situasi politik di kota Madinah masih panas, Khalifah Ali belum menindak mereka. Menunggu keadaan tenang dulu. Begini ijtihad politik yang diambilnya. Sebagian sahabat gagal paham tentang sikap Sayyina Ali ini. Berujung kepada terjadi insiden perang Jamal dan Shiffin.

Khalifah Ali sama sekali tidak menghendaki terjadinya perang saudara tersebut. Perang Jamal antara Khalifah Ali melawan ‘Aisyah, Thalhah dan Zubair beserta pendukungnya terjadi akibat manuver dan provokasi kaum Khawarij yang menyusup di barisan Sayyidina Ali dan ‘Aisyah. Padahal sudah ada kata sepakat kedua belah pihak untuk berdamai. Ketika malam tiba, kaum Khawarij yang ada di barisan ‘Aisyah dan Sayyidina Ali saling serang. Keadaan kacau. Tak ayal kedua belah pihak kemudian saling serang.

Di perang Shiffin, kaum Khawarij masuk di menjadi tentara Khalifah Ali. Di barisan Mu’awiyah bersih dari orang-orang Khawarij. Perang meletus. Khalifah Ali berhasil mendesak pasukan Muawiyah. Merasa bakal kalah, Muawiyah dibantu Amru bin ‘Ash membuat manuver mengajak damai dengan mengacungkan al-Qur’an. Khalifah Ali menganggap itu hanya manuver dari pihak yang kalah. Dia menolak berdamai. Akan tetapi kaum Khawarij menuntut Khalifah Ali agar menerimanya. Mereka terus menuntut. Akhirnya Khalifah Ali setuju untuk mengadakan tahkim (arbitrase) dengan Muawiyah. Anehnya kaum Khawarij justru menolak. Kemudian mereka keluar dari barisan Ali lalu menunjuk pemimpin mereka sendiri.

Mereka terus melakukan provokasi, menyebarkan isu-isu negatif tentang Ali. Meskipun demikian Khalifah Ali tetap menganggap mereka sebagai kaum muslim.. Kaum pemberontak tetap diakui keislamannya. Oleh sebab itu Sayyidina Ali menjamin   tidak melarang mereka untuk shalat di masjid, tidak menghalangi mereka untuk mengambil harta rampasan perang, selama kalian ikut berjihad bersama Ali, dan kami tidak akan memerangi mereka, hingga mereka memerangi Ali (Tarikh al-Umam wa al-Muluk, at-Thabari, 3/114).

Mereka memberontak karena ada syubhat-syubhat dalam pemikiran mereka. Oleh karena itu langkah pertama sebelum diperangi adalah mengembalikan pemahaman mereka kepada pemahaman Islam yang benar dengan nasihat, dialog dan debat. Ali bin Abi Thalib mengutus Ibnu Abbas untuk berdebat dengan kaum Khawarij. Ibnu Abbas berdebat tentang isi al-Qur’an selama tiga hari. Akhirnya 4.000 orang dari mereka kembali ke pemahaman yang benar dan bertaubat. Mereka mengakui ke-Khalifah-an Ali. (al-Mustadrak al Hakim, II/150). Selanjutnya Ali mengirim juru runding lainnya kepada mereka yang masih belum sadar. Sayyidina Ali baru memerangi kaum pemberotak setelah pemberontak memulai serangan dengan membunuh Abdullah bin Khabbab dan istrinya yang sedang hamil. Otomatis 3 hal yang dijamin Ali kepada mereka batal. Mereka tidak berhak lagi shalat di masjid-masjid sampai mereka menghentikan peperangan.

Peperangan terhadap kaum pemberontak (bughat) Khawarij berbeda dengan peperangan melawan orang kafir. Kaum pemberontak diperangi untuk mencegah mudharat yang ditimbulkan oleh gerakan mereka. Karena tujuannya ingin mengembalikan kaum Khawarij ke jalan yang benar. Perang terhadap mereka bukan perang untuk membinasakan melainkan perang untuk mendidik. Sepanjang peperangan Khalifah Ali tidak putus asa menasehati, berdialog dan berdebat dengan mereka.

Jika pada diri Khalifah Ali melekat dua fungsi sekaligus yaitu fungsi menindak dan mendidik kaum pemberontak, maka fungsi itu juga ada pada pemerintah sekarang. Pemerintah bisa menindak kaum pemberontak secara fisik dan militer dengan langkah-langkah penegakan hukum sambil terus menerus melakukan langkah-langkah penyadaran bekerjasama dengan ulama, ormas dan lembaga-lembaga Islam. Peran ulama dalam mengembalikan kaum pemberontak Khawarij zaman kini seperti HTI dan ISIS, dengan nasihat, dialog dan debat ilmiah dilakukan secara pararel dengan tindakan penegakan hukum oleh pemerintah. Beginilah yang dicontoh oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib.

Bandung, 20 Mei 2019

*Ketua LTN NU Kota Bandung, Pengurus LD PWNU Jawa Barat.