Selasa, 27 Agustus 2019

TEGAS UNTUK NKRI HARGA MATI

NYALI GUS YAQUT

TSAMARA AMANY/Syarifah Tsamara Amaniy Al atthas

Belakangan ini ada seorang pemuda yang menarik perhatian saya. Bukan karena parasnya atau jumlah followers yang banyak di Instagram, Facebook, dan Twitter. Tapi karena keberaniannya dalam mengambil sikap.

Yaqut Cholil Qoumas. Ya, dialah pemuda itu. Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor dan Panglima Tertinggi Banser Nahdlatul Ulama. Gus Yaqut, panggilan akrabnya, kini semakin lantang menyuarakan pentingnya menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di hadapan 1.300 Banser di Jawa Barat, 20 Agustus lalu, Gus Yaqut mengajak mereka untuk mengobarkan cintanya kepada Tanah Air.

“Jika hari ini ada kelompok-kelompok yang ingin mengganti, yang ingin meruntuhkan negara ini dengan mengganti menjadi bentuk negara lain, maka sebagai kader Ansor, kader Banser, dan kader Nahdlatul Ulama, kita harus siap berada di garda terdepan menyerahkan nyawa kita. Untuk negara yang kita cintai ini,” katanya.

Pernyataan Gus Yaqut ini tak lain dari bentuk hubbul wathan minal iman yang sering digaungkan oleh Nahdlatul Ulama. Hubbul wathan minal iman artinya cinta tanah air itu sebagian dari iman.

Saya semakin penasaran dengan sosok satu ini. Saya katakan pada diri saya sendiri, saya harus bertemu Gus Yaqut. Sampai akhirnya Senin kemarin (28/08), saya bertemu dengan pemuda pemberani satu ini.

Ketika baru masuk ke ruangan rapat GP Ansor, saya langsung merasa adem. Tulisan pertama yang saya baca di ruangan tersebut adalah: “Rumah Toleransi”. Di bawahnya, tertulis kata-kata Sayyidina Ali bin Abi Thalib: “Dia yang bukan saudaramu dalam iman, adalah saudaramu dalam kemanusiaan.”

Memang, itulah yang saya rasakan di siang itu. Teman-teman dari berbagai latar belakang agama, suku, ras, dan etnis, yang peduli dengan perlawanan terhadap intoleransi, berkumpul. Di tempat inilah, sebagai manusia dan sesama makhluk Tuhan, kita bisa saling belajar, saling bertukar informasi, dan saling melindungi.

Ah, itu dia orangnya. Kesan awal saya, sepertinya sosoknya pendiam. Tapi ternyata, begitu berbicara, jawabannya lurus, tegas, dan tanpa basa-basi.

“Agama ada untuk mengendalikan keganasan manusia. Ketika agama dijadikan dalil untuk melakukan keganasan, maka kami tidak bisa diam,” kata Gus Yaqut dengan tegas. Saya bisa melihat ekspresi wajah teman-teman yang berada di ruangan seperti ingin mengatakan: cocok!

Langkah yang diambil Gus Yaqut dan GP Ansor tentu bukan tanpa risiko. Beberapa kali ancaman datang. Ancaman diserbu? Ancaman pembunuhan? Mungkin sudah jadi makanan sehari-hari. Sayangnya, mereka yang mengancam tak tahu sedang berhadapan dengan siapa. Mereka pikir nyali Gus Yaqut dan Ansor gampang ciut seperti nyali mereka.

Gus Yaqut dan Ansor jalan terus tanpa peduli dengan ancaman. Mereka sudah siap mempertaruhkan segalanya demi Indonesia. “Kami tidak akan bergeser dari posisi kami saat ini. Apa pun taruhannya. Kami sudah tidak peduli lagi dengan risiko,” ujarnya dengan raut wajah serius.

Bagi Gus Yaqut, perjuangan melawan kelompok intoleran ini bukan sekadar perjuangan untuk Ansor, Banser, atau Nahdlatul Ulama saja. Ini perjuangan untuk segenap bangsa Indonesia. “Kalau negara ini jatuh ke tangan mereka, kita semua akan musnah di muka bumi.”

Pemikiran Gus Yaqut ini masuk akal melihat apa yang kini terjadi di Suriah dan Irak. Indonesia tidak boleh menjadi daerah kekuasaan mereka. Karena itu, NKRI harga mati bukan sekadar jargon, tapi bentuk keseriusan GP Ansor menjaga Republik ini untuk generasi selanjutnya. “Bagaimana nasib cucu kita nanti?” kata Gus Yaqut.

Saya kemudian berjalan menyusuri kantor tersebut. Yang saya pikirkan hanya satu, organisasi pemuda Islam terbesar di Indonesia, tapi kantornya sangat sederhana. Tidak banyak peralatan canggih. Ruangan pengurusnya tidak begitu besar dan tak diisi barang-barang mewah juga. Bahkan ruangan Gus Yaqut sebagai ketua umum bisa dikatakan tidak besar. Yang lebih menarik, ruangan ini bisa dimasuki siapa pun.

Tidak ada keangkeran pada ruangan Ketua Umum GP Ansor. Hubungan antara Gus Yaqut dan kader-kader Ansor dan Banser begitu egaliter. Mereka terkesan seperti teman. Tak heran jika mereka memanggil sesama kader Ansor dengan sebutan “sahabat”.

Kader Ansor dan Banser juga tidak memiliki fasilitas berlebihan. Terkadang untuk posting di media sosial, misalnya, mereka sering sekali kehabisan kuota. Yang juga menarik, meski terkesan “garang” dengan seragam Banser tersebut, mereka adalah pribadi yang ramah dan suka guyon.

Kemudian saya berpikir. Mereka bukan kumpulan anak-anak orang berduit. Mereka tidak digaji. Tapi mereka berkumpul di sini. Mereka penuh dengan canda dan tawa. Tak penuh dengan marah-marah. Apa alasannya? Mengapa bisa?

Cinta. Itulah alasan mereka berkumpul. Tak ada uang yang bisa membeli mereka. Karena, cinta kepada negeri inilah yang membuat mereka tetap berjuang, meski nyawa yang menjadi taruhannya

PAPUA DIACAK ACAK OLEH NEGARA BARAT DENGAN MENGADU DOMBA SATU SUKU DENGAN SUKU YG LAINNYA LEWAT ORANG ORANG RADIKAL

MEMVIRALKAN...!!!!!

*Denny Siregar: Grand Design di Balik Rusuh Papua*

21 August 2019

Oleh: *Denny Siregar*

Sy sampai sekrg tidak percaya bahwa di balik sebuah kerusuhan, tidak ada penggeraknya.

Tidak mudah mengumpul kan massa begitu banyak jika tidak ada logistik besar di belkg nya. Isu yg di bangun boleh macam2, mau politik/ pun agama, ujung2nya selalu kekuasaan yg berorientasi pada ekonomi & penguasaan sumber daya alam.

Rusuhnya Suriah di Timur Tengah juga begitu. Kelompok negara besar gabungan antara blok barat & bbrp negara Islam, sepakat utk menguasai Suriah. Para CEO perusahaan besar, baik dari minyak maupun media, rapat bersama utk meng aduk2 Suriah, karena negara itu sedang mengadakan perjanjian utk
membangun jalur pipa gas terbesar bersama Rusia & China.

Lalu mereka mencari "akar masalah" konflik di targetnya. Sesudah itu gelontoran uang diberi kan utk membangun ke kuatan serta pembelian senjata utk melakukan kudeta. Begitulah cara mereka membentuk ISIS inc yg punya aset Rp 20 triliun dari penjualan minyak & artefak yg mereka rebut dgn menghabisi nyawa.

Cukup Timor Timur yg pisah. Daerah yg lain harus tetap bergandengan tangan bersama.

Pola2nya selalu sama. Di Rwanda, Afrika, perseteruan suku Hutu & suku Tutsi sejak jaman penjajahan diangkat kembali. Lalu dana mengalir dari Perancis utk penguasaan wilayah. Dalam waktu sekian bulan saja, terbantai satu juta jiwa org yg tidak ber dosa.

Jadi ketika melihat rusuh nya Papua Barat sy sudah menduga ada grand design yg sedang dikerja kan di sana. Grand design nya adalah pemisahan diri Papua Barat dari Indonesia lewat referendum. Polanya sama, bikin keributan terus menerus, lalu lembaga internasional seperti PBB akan turun & memaksa Indonesia melaksanakan referendum.

Kalau Papua Barat sudah terpisah dari Indonesia, sumber daya alamnya yg kaya akan dijadikan
"bancakan" oleh perusahaan internasional. Selain itu, pangkalan militer pun akan dibangun di sana utk lebih dekat memantau aktivitas Indonesia.

Rakyat Papua yg miskin tetap akan menjadi mis kin seperti negara2 konflik di Afrika. Karena ke miskinan dekat dgn kebodohan, maka itu akan terus dipelihara supaya perusahaan internasional itu bisa terus mengeruk kekayaan alamnya dgn harga murah. Disebut murah, karena yg mereka lakukan hanya "menyuap" para pejabat & tokohnya saja.

Bagi Indonesia, jika Papua Barat terpisah, maka disintegrasi akan semakin meluas. Aceh juga minta referendum, Bali pun begitu & kelak Indonesia bukan lagi berbentuk negara kesatuan, tapi menjadi negara serikat/ bahkan lebih buruk menjadi kesultanan.

Itulah kenapa mempertahankan kesatuan menjadi begitu penting, apa pun risikonya..

Cukup Timor Timur yg pisah. Daerah yg lain harus tetap bergandengan tangan bersama.

Seruput kopinya.

*Penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi*

Senin, 26 Agustus 2019

ILC AJANG ORANG YG TERPINGGIRKAN UNTUK MENYERANG PEMERINTAHAN JOKOWIDODO

ILC AJANG ORANG TERPINGGIRKAN DGN KEBENCIAN TERHADAP PEMIMPIN REPUBLIK INI

Pak Karni yth,
perkenalkan saya hanya masyarakat biasa dari kota Solo Jawa Tengah. Saya adalah salah satu penggemar acara ILC sejak pemunculannya acara itu di TV one.
Hampir tidak terlewati saya selalu nonton acara bapak.
Awalnya acara itu cukup menarik saya sebagai alat pendidikan politik dan demokrasi,  tapi di beberapa episode terakhir ini di tayangan sebelum pilpres sampai sekarang saya lihat acara itu justru sarat muatan kebencian yang ditujukan pada bapak Presiden Joko Widodo.

Apapun topiknya, ujung-ujungnya para Nara sumber yang pak Karni undang akan memojokkan bapak Presiden.
Yang lebih miris lagi bapak membiarkan para Nara sumber itu berkata kotor dan tidak sopan kepada bapak Presiden.  Pak Karni justru tersenyum dan cengar-cengir bangga bila presiden kita jadi bahan bulyan.

Terbuat dari apakah hati pak Karni?
Anda sebagai orang timur kenapa sudah tidak punya adab sopan santun sama sekali?

Apakah anda sudah tidak bisa makan kalau acara ILC itu tidak menarik lagi apabila tidak mengumbar ujaran kebencian?

Apakah anda sakit hati saat anak anda gagal melaju ke senayan?

Apakah anda sakit hati karena pembubaran HTI yang sudah melekat dan menjadi doktrin dihati bapak?

Wahai pak Karni,  ingatlah usiamu sudah senja,  sudah saatnya bapak menanam kebaikan yang sebanyak-banyaknya,  bukan sebaliknya seperti sekarang ini bikin acara yang ditonton orang se Indonesia tapi isinya hanya menghujat, memfitnah, dan membual.... MIRIS......

Salam kedamaian,
Selamatkan  NKRI.

Sabtu, 24 Agustus 2019

OM TOLILET OM JAWABAN TERHADAP PERUSAK CITRA AGAMA

*IMAN NASRANI LUAR BIASA*

K.H. Mustofa Bisri. Gus Mus

Saya rasa orang Nasrani itu punya Iman yang luar biasa.
Bayangkan, lima kali dalam sehari mereka mendengarkan suara adzan dari kampung-kampung, toh Iman mereka tidak luntur juga.

Belum lagi kalo ada acara besar seperti Istighosah, Maulidan, Haul, Dzikir bersama, Pengajian, Tabligh akbar, Parade takbiran dan sebagainya.

Pas bulan Ramadhan, seluruh stasiun TV selama sebulan penuh menayangkan acara-acara Islami dan seluruh Mall se-Indonesia memajang atribut Lebaran dan musik-musik Islami tapi toh Iman mereka tidak kandas juga.

Bandingkan dengan umat Islam.

Mengucapkan Selamat Natal yang cuma sekali dalam setahun saja Imannya dianggap sudah buyar.

Melihat atribut Natal di Mall atau memakai Topi Sinterklas saja Imannya langsung bubar.

Melihat warung buka di bulan puasa saja Imannya langsung tergoda.

Main game Pokemon saja bisa langsung dianggap kafir.

Belum lagi kalo makan Sari Roti atau minum Equill.

Memilih pemimpin non muslimpun sudah dianggap murtad.

Bahkan duit yang ada gambar pahlawan beda agama saja bisa langsung dianggap haram dan diboikot.

Saya kira kemunculan fenomena “Om Telolet Om” juga adalah sekedar protes dan reaksi dari kaum muda kritis yang sudah jenuh dan muak dengan kelakuan orang-orang munafik yang selalu bawa-bawa agama.

Mereka, para kaum agamais ini sangat mudah menghakimi orang lain sebagai kafir dan sesat tapi jarang instropeksi dengan kesalahan dan kekurangannya sendiri.

Mereka suka memaksakan kehendak dengan berlindung di balik topeng agama demi mendapatkan keuntungan bagi diri dan kelompoknya sendiri.

Mereka mengaku sebagai pejuang agama tapi anti kritik dan anti perbedaan serta gemar mengumpat dan memaki “Anjing Babi”.

Ideologi sektarian dan politik kebencian yang masif dijalankan akhir-akhir ini saya rasa bukan hanya akan gagal total namun juga akan kontra produktif.

Citra Islam akan menjadi semakin buruk dan para politisi yang selalu bawa-bawa agama justru akan dijauhi dan tidak dipercaya oleh rakyat.

Negara bukannya menjadi semakin maju namun justru akan menjadi semakin mundur ke belakang.

Masih untung kalo negara kita tidak pecah dan hancur seperti negara-negara yang ada di Timur Tengah.

Salam Waras..
๐Ÿ™
GUS MUS

26.12.2018
#nobessito

Minggu, 18 Agustus 2019

Nasehat Gus Mus

Jadilah Islam nya Muhammad SAW ...๐Ÿ˜‡
※※※※※※※※※※※※※※※※※※
KH. Mustofa Bisri - Gus Mus

Saya kadang merasa aneh melihat sebagian saudara umat Islam yang memiliki sifat kekanak-kanakan yang inginnya mau menang sendiri mudah marah dan memaksakan kehendaknya agar orang lain sama dengan dirinya.

Padahal Alquran sudah mengatakan untuk berbuat Adil karena itu bisa mendekatkan kepada ketaqwaan
Tapi begitulah sifat anak-anak kadang tidak bisa menerima nasehat yang baik sekalipun untuk dirinya sendiri.

Atheis dimusuhi karena tidak berTuhan.
BerTuhan dimusuhi karena Tuhannya beda.
Tuhannya sama dimusuhi karena Nabinya beda.
Nabinya sama dimusuhi karena alirannya beda.
Alirannya sama dimusuhi karena pendapatnya beda.
Pendapatnya sama dimusuhi karena partainya beda.
Partainya sama dimusuhi karena pendapatannya beda.

Apa kamu mau hidup sendirian di muka bumi untuk memuaskan nafsu keserakahan?.
Kau tahu apa yang dilakukan Sayyidul Wujud Muhammad SAW pada seorang "Seorang Yahudi tua yang buta dimana tiap hari meludahi & melempari kotoran padanya?" Ia jenguk dan doakan sang Yahudi ketika dia sakit. Ia suapi setiap hari dengan tangannya sendiri tanpa sang Yahudi tahu bahwa yang menyuapinya adalah Muhammad SAW yang selalu ia caci maki.

"Ber-Islamlah seperti Islam-nya Muhammad SAW, bukan Islam ala egomu".

Jangan sampai kau hanya ber-Islam, tapi kau kehilangan Muhammad SAW
Jangan lemahkan Islam yang kuat dengan tindakan kerdilmu.
Jangan hinakan Islam yang suci dengan perbuatan nista.

Salam secangkir kopi hitam Indonesia ...☕๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ

UAS dalam masalah memahami ajaran agama lain.

SALIB SOMAD; MENJADI DRAKULA ATAU MANUSIA?

Teman-teman Kristianiku yang terkasih,

Konten video Ustadz A. Somad (UAS)  sungguh tidak sensitif terhadap simbol suci kalian. Meski disampaikan dalam forum tertutup, namun melihat lelaki ini memaparkan opininya disertai mimik merendahkan dan disambut tawa meremehkan dari pendengarnya membuatku pilu.

Aku tahu pasti banyak di antara kalian yang kuat mendengar ocehan sinis UAS, namun tetap saja aku membayangkan akan sangat banyak warga Kristen mendidih darahnya dan terluka saat simbol dan junjungannya diolok.

UAS telah secara tepat mengcopy-paste pandangan para Islamist klasik menyangkut salib. Sangat mungkin mereka dan dirinya pernah punya pengalaman kelam berkaitan dengan salib. Barangkali mereka pernah kesurupan, susah tidur, atau mendadak adem panas ketika melihatnya.

Atau, bisa juga mereka memang melihat jin "kafir," raksasa muncul mengiringi salib. Jika demikian halnya, kita malah justru harus mengasihani dan mendorong mereka; agar mau belajar mengetahui lebih banyak lagi, agar tidak kesurupan lagi.

Tapi, namanya juga orang kesurupan, mereka pasti tidak ingat jika Alloh SWT. telah mewanti-wanti umat Islam agar tidak menghina sesembahan agama lain.

ูˆَู„َุง ุชَุณُุจُّูˆุง ุงู„َّุฐِูŠู†َ ูŠَุฏْุนُูˆู†َ ู…ِู†ْ ุฏُูˆู†ِ ุงู„ู„َّู‡ِ ูَูŠَุณُุจُّูˆุง ุงู„ู„َّู‡َ ุนَุฏْูˆًุۢง ุจِุบَูŠْุฑِ ุนِู„ْู…ٍ ۗ ูƒَุฐٰู„ِูƒَ ุฒَูŠَّู†َّุง ู„ِูƒُู„ِّ ุฃُู…َّุฉٍ ุนَู…َู„َู‡ُู…ْ ุซُู…َّ ุฅِู„ٰู‰ ุฑَุจِّู‡ِู…ْ ู…َّุฑْุฌِุนُู‡ُู…ْ ูَูŠُู†َุจِّุฆُู‡ُู…ْ ุจِู…َุง ูƒَุงู†ُูˆุง ูŠَุนْู…َู„ُูˆู†َ

"Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan." (QS. 6:108)

Bayangkan jika junjungan Islam, Allah dan Nabi Muhammad, direndahkan setara dengan apa yang dilakukan UAS terhadap salib dan Yesus. Rasanya pasti sangat melukai.

Namun aku harus jujur kepada kalian. Apa yang UAS sampaikan merupakan doktrin mainstream di kalangan Islam Indonesia, setidaknya yang beraliran Sunni. Sangat banyak orang Islam yang mengikuti doktrin tersebut, tidak hanya pengikut mantan 02 namun juga eks 01.

Kita tak perlu menjadi seorang ilmuwan untuk mampu menyatakan bahwa doktrin seperti ini akan merawat cara pandang bias dan prasangka Islam terhadap kekristenan dengan implikasi yang sangat serius; perendahan, diskriminasi, intoleransi dan, yang paling menakutkan, tegaknya negara Islam di Indonesia.

Sayangnya, hingga hari ini, rasanya belum ada satu pun sarjana Islam Indonesia yang berani mengajukan wacana tanding atas konservatisme hukum Islam (fiqh) menyangkut salib. Ini agak menyedihkan manakala kita tahu Negara kita, melalui pajak yang kita bayar, telah mengeluarkan triliunan rupiah guna membiayai beasiswa ribuan Muslim agar lebih rasional dan berani bertindak adil.

Konservatisme pandangan Islam atas salib senyata telah menjadikan banyak muslim bak drakula dan vampire dalam film-film Hollywood. Keduanya kerap lari terbirit-terbirit ketika salib disorongkan ke muka mereka berdua. Menggelikan.

Aku berdosa jika mengatakan aku tidak pernah dirawat dalam konservatisme tersebut. Benarlah adanya, aku memang pernah dijaga dan dirawat sangat lama olehnya, hingga kemudian bisa mengkonfirmasi keberadaan "jin kafir," sebagaimana tuduhan UAS.

Lebih dari 15 tahun terakhir ini aku, dengan segenap keislaman dan kesantrianku, blusukan ke gereja, kuburan Kristen, paroki, rumah warga Kristen, maupun pastori. Bahkan, tak jarang aku menginap, membuat acara dan makan bersama orang-orang Kristen. Aku pasti menemukan banyak salib dalam berbagai ragam.

Yang mengejutkanku, tak pernah sekalipun aku bertemu jin kafir --baik dalam arti metafisik maupun metaforik. Metafisik merujuk pada perwujudan bentuk gendruwo atau aneka reinkarnasi makhluk jahat adi-kodrati. Sedangkan metaforik bermakna simbolisasi kejahatan dan keangkaramurkaan yang dianggap melekat pada siapa saja yang mengimaninya.

Justru sebaliknya aku menjumpai hangatnya persahaban dan tulusnya persaudaraan. Mereka memperlakukanku dengan sangat baik. Tidak sekalipun mereka berupaya mengkonversiku masuk agamanya. Malahan tak sedikit yang cukup gigih mengingatkanku saat waktu shalat tiba.

Saat berjumpa dengan mereka, aku belajar banyak hal positif dalam Alkitab, utamanya menyangkut budi pekerti, kemanusiaan dan cinta kasih serta keadilan. Sungguh benarlah adanya firman Alloh SWT. yang meminta Muslim untuk menaruh perhatian serius (mengimani) kitab-kitab suci sebelum alQuran, sebagaimana disinggung QS. 2:1-4. Bagiku, ayat itu sangat sakti; bisa memprosesku dari drakula menjadi manusia.

UAS mungkin tidak memiliki teman Kristen yang cukup sehingga tidak pernah mencecap pengalaman itu. Sekali lagi, ia harus dikasihani. Usulku, lawatlah dia. Ajak ngopi dan undang dia berbicara di gereja, semoga ia cukup berani.

Aku sepenuhnya menyadari ketakutan banyak umat Islam terhadap salib lebih dikarenakan dogma klasik berbasis pengalaman masa lalu. Bagiku, satu-satunya cara mematahkan dogma tersebut adalah melalui perjumpaan Islam-Kristen secara terus menerus. Harus ada keberanian untuk melakukan hal itu.

Berbekal pengalaman yang aku punyai, dalam kurun waktu 3 tahun ini, aku telah mengajak ratusan anak muda Islam berhijrah; mengunjungi gereja, bertemu salib dan mempersilahkan mereka memandanginya.

Alhamdulillah, mereka tidak hanya tetap muslim namun justru semakin teguh pada iman barunya; iman yang memahami, bukan menyalahpahami. Dengan demikian berarti mereka sudah sembuh, tidak lagi seperti drakula yang kelimpungan ketika menjumpai salib. ِMaka nikmat Tuhan kami yang manakah yang kami dustakan?

Teman-temanku Katolik dan Protestan, ampunilah UAS meski aku tahu ini sangat tidak mudah. Percayalah, hanya sosok rendah hati yang akan mewarisi bumi Indonesia. Bukan para drakula.

Kami, para GUSDURian, bersama kalian.

Sabtu, 17 Agustus 2019

ABdul Somad dan kasus penistaan agama

Somad, Ahok dan Kasus Penistaan Agama

http://www.gunromli.com/2019/08/somad-ahok-dan-kasus-penistaan-agama/

Akhirnya Abdul Somad dipolisikan karena ceramahnya yang viral soal simbol salib dan jin kafir. Banyak pesan yang masuk ke saya bertanya soal kasus ini. Saya sendiri sudah menulis dan merespon tidak langsung sebelum kasus Somad ini dibawa ke polisi "Larangan Menghina Tuhan dan Agama yang Lain". http://www.gunromli.com/2019/08/larangan-menghina-tuhan-dan-agama-yang-lain/

Setelah kasus ini dipolisikan, saya perlu menulis secara langsung kasus ini, karena hal ini bukan hanya terkait personal Somad tapi juga relasi kebangsaan dan kebhinnekaan kita sebagai bangsa Indonesia yang di dalamnya ada toleransi, saling menghormati dan menghargai antarpemeluk agama yang wujudnya kita tidak boleh menghina dan merendahkan keyakinan dan agama yang lain.

Dalam ranah ini, ceramah Somad membahayakan hidup kebangsaan dan kebhinnekaan kita. Ceramah Somad mungkin cocok di Saudi, tapi tidak di Indonesia, tidak juga di Mesir, di mana saya dan Somad pernah menimba ilmu di Universitas Al-Azhar. Karena Mesir punya warga Kristen Koptik. Pada kasus terakhir ada seorang penceramah muslim yang diadili karena dituduh menghina agama Yahudi dan Kristen

https://internasional.kompas.com/read/2017/05/14/10110271/dituduh.menista.agama.kristen.dan.yahudi.ulama.mesir.diadili

Kasus Ahok dan Somad

Kalau ceramah Somad ini dikaitkan dengan kasus penodaan agama di Indonesia seperti kasus Ahok, maka banyak pihak termasuk yang melaporkan Somad dengan alasan demi tegaknya keadilan, Somad juga harus berurusan dengan hukum atas kasus penodaan agama, seperti halnya yang dialami Ahok. Baik Somad dan Ahok adalah sama-sama warga negara Indonesia yang wajib tunduk dan patuh pada hukum dan perundang-undangan di negeri ini. Selama masih ada pasal 156a di KUHP soal penodaan agama, maka baik Ahok dan Somad harus diadili. Tidak boleh hukum hanya tajam ke Ahok, tapi tumpul pada Somad.

Demikian pula pada pihak yang selama ini setuju dengan pasal penodaan agama 156a. Mereka yang garang menyerang Ahok dan Meliana dengan pasal ini, maka mereka tidak bisa berkelit kalau Somad atau siapapun dari pihak mereka yang bisa terjerat dengan pasal ini.

Selama ini pula, pasal penodaan agama 156a hanya dipakai oleh kelompok-kelompok radikal untuk menyerang dan membungkam kelompok lain dengan tuduhan penistaan agama. Tapi kalau dari tokoh kelompok radikal itu terjerat kasus penodaan agama, mereka akan memaksakan berkelit dan meloloskan diri dari jeratan itu, kalau perlu memakai tekanan massa dan demo berjilid-jilid.

Intinya Pasal 156a lebih banyak dipakai oleh kelompok radikal sebagai amunisi daripada isu penegakan hukum. Karena ada ketimpangan dalam penegakan hukum. Pasal 156a hanya tajam diayunkan pada kelompok minoritas tapi kalau pada kelompok yang mengatasnamakan mayoritas dan radikal, penegakan Pasal 156a ini, tiba-tiba "letoy".

Sikap Saya: Sebaiknya Somad Minta Maaf

Saya menolak pasal penodaan agama 156a. Sebelum Gus Dur wafat juga menandatangani dan menyetujui pencabutan pasal ini ke Mahkamah Konstitusi (MK). Tapi setelah berkali-kali diajukan tetap ditolak. Rekomendasi MK jelas, DPR harus memperbaiki pasal ini, tapi sampai sekarang pasal ini seperti bola api yang tidak berani seorang pun membahas apalagi mendekati.

Untuk kasus Ahok saya juga menolak penggunaan pasal penodaan agama dituduhkan kepadanya. Saya sudah melihat sejak awal penggunaan pasal 156a untuk kasus Ahok ini tidak lebih sebagai agenda kelompok radikal dan tujuan politis, Pilkada DKI, di mana Anies Baswedan yang sekarang jadi gubernur DKI berkoalisi dengan kelompok-kelompok radikal ini saat menghajar Ahok.

Untuk kasus Somad saya mengusulkan agar dia minta maaf, seperti halnya Ahok yang juga minta maaf. Demikian pula Sukmawati. Karena Somad dituduh menghina agama lain, maka sebaiknya ia minta maaf pada tokoh-tokoh agama yang menjadi sasaran ceramah dia.

Kalau Somad minta maaf, saya berharap kasus ini tidak berlanjut. Kalau Somad tidak mau minta maaf, saya lepas tangan dan hanya bisa menyarankan saja.

Soal ceramah jin kafir itu, saya kira Somad lebih terpengaruh buku Isa Daud, penulis wartawan Mesir dengan judul "Hiwar Shahafi Ma'a al-Jinn al-Muslim" terjemah harfiyahnya Dialog Wartawan dengan Jin Muslim". Buku ini heboh setelah diterjemahkan ke bahasa Indonesia dengan judul 'Dialog dengan Jin Muslim' pada tahun 90-an dan penulisnya dianggap seorang ulama (karena orang Arab Mesir) padahal seorang wartawan! Karir Isa Dawud dimulai sebagai wartawan di harian Akhbar Yawm di Mesir yang kemudian dia bekerja pada Lembaga Media dan Propaganda Saudi Arabia.

Buku ini heboh di Indonesia tapi tidak laku di Mesir. Karena hebohnya buku ini sampai Prof Quraish Shihab menulis sebuah buku tentang 'dunia mahkluk halus' yang di dalamnya soal jin dengan judul bukunya 'Yang Tersembunyi'.

Karena hebohnya buku 'Jin Muslim' sampai-sampai senior kami di Mesir pada tahun 90an mengundang Isa Dawud dalam dialog dengan mahasiswa Indonesia. Isa Dawuh datang dengan membawa 'bukti' rekaman 'suara jin muslim Musthafa Kanjur' saat diputar yang terdengar hanya suara lengkingan dan serak-serak tidak jelas. Hadirin saat itu juga bingung, tapi ajaibnya hanya Isa Dawud yang bisa memahami rekaman 'suara jin'. Senior saya berseloroh saat itu: "itu suara keledai lagi puber" karena saking jelek suara itu!

Dalam tradisi umum dalam Islam saat membahas tempat-tempat jin dan setan seperti toilet, lubang-lubang gelap, kandang unta, hingga seperti pasar! Atau juga jin ada di rumah-rumah kita. Ini hadits-hadits Nabi yang umum dipelajari dari tingkat dasar dan kita masih kecil, misalnya doa masuk WC yang isi doanya mohon perlindungan dari gangguan jin dan setan.

Saya heran kenapa Somad harus menyinggung patung, hingga salib dan simbol + di ambulans yang dikaitkan dengan jin kafir. Kalau hanya patung, gambar dan foto dikaitkan dengan tempat jin, maka di era dengan melimpahnya visual seperti zaman ini maka kita hanya akan melihat jin-jin semua. Juga tidak boleh memasang foto dan gambar Somad karena ditakutkan akan menjadi tempat jin kafir. Atau kalau kita melihat simbol penambahan + akan berujar 'wah simbol jin kafir nih'.

Akhirul kalam, sebaiknya Somad minta maaf, setelah minta maaf, kasus ini ditutup dengan menjadikan kasus ini sebagai pelajaran. Kasus ini bisa kita maafkan tapi tidak untuk dilupakan.

Wallahu A'lam

Mohamad Guntur Romli

Jumat, 09 Agustus 2019

MEGAWATI IBU BANGSA INDONESIA

MEGAWATI dan INDONESIAnya

Iman Brotoseno

Banyak yang menyangsikan kualitas kepemimpinan Megawati, bahkan kerap diejek karena selalu diam. Dulu kolumnis Rosihan Anwar pernah menyindir dengan membuat analogi patung Sphinx di Mesir, yang diam duduk mematung. Namun sejahrawan Asvi Warman Adam menyaksikan dalam Kongres III PDIP di Bali tahun 2010, dimana Megawati mampu bicara dengan bersemangat tanpa teks selama 2 jam penuh. Isi pidatonya menarik dan mampu membakar massa. Secara romantis, Prof Asvi menggambarkan, seakan menyaksikan Soekarno hidup kembali dalam gema lantang Megawati.

Hal ini saya lihat kemarin dalam pidato politik Megawati di Kongres V PDIP. Dia berhenti membaca teks pidato dan memukau berbicara tanpa teks. Kadang ia memperagakan dengan aksi lucu dan kembali menggelegar menusuk. Megawati benar benar menguasai panggungnya.

Barang kali tidak ada pemimpin paska reformasi yang memiliki pengalaman hidup seperti Megawati. Ia diam menekan perasaannya, ketika diperintahkan ayahnya untuk menyiapkan nasi goreng buat mahasiswa mahasiswa yang menghadap Soekarno. Bagaimanapun ia tahu, para mahasiswa ini sedang berusaha menjatuhkan ayahnya. Ketika pemimpin partai politik masa kini masih balita atau belum lahir. Megawati sudah secara tragis menanggung konsekuensi politik. Ia dipaksa keluar dari kuliahnya di Universitas Padjajaran.

Semasa orde baru, partainya diintervensi secara vulgar oleh rezim Soeharto. Peristiwa 27 Juli 1996 merupakan titik balik bagi Megawati. Namanya dipuja puja oleh rakyat kecil dan menjadi simbol yang dizalimi. Tahun 1999 partainya memperoleh lebih dari 30 % suara, sehingga melapangkan jalan menjadi Presiden. Namun terjadi penolakan dari sebagian kalangan Islam terhadap Presiden perempuan. Kemarin Megawati juga mengisahkan jatuh bangun perjalanan politiknya, bagaimana dia kerap dikerjai lawan lawan politiknya. Tapi dia tidak menyerah dan menunggu waktu yang tepat.

Lebih dari itu pusaran politik yang terjadi, membuat dia ‘dikerjai‘ kembali oleh pemimpin pemimpin partai politik lainnya, sehingga analogi partai pemenang pemilu harusnya layak menjadi penguasa (baca : Presiden) tidak terjadi. Megawati harus legowo menjadi wakil Presiden saja. Padahal protokoler sudah membuat simulasi pelantikan Megawati sebagai Presiden, karena dianggap bakal terpilih. Baru ketika Gus Dur dimakzulkan, Megawati menjadi Presiden tanpa penolakan lagi. Ini menghancurkan mitos bahwa perempuan tidak boleh menjadi pemimpin, apalagi Presiden di Indonesia.

Megawati juga membuktikan komitmennya terhadap NKRI. Pada bulan Januari 2000, selama beberapa hari Mega datang ke wilayah pertikaian antarkelompok agama di Maluku Tenggara, Ambon, dan Ternate. Dengan meneteskan air mata, berkali-kali Mega menyerukan, ”Saya sebagai ibu meminta, hentikan pertikaian ini. Pertikaian ini kalau berjalan terus akan memusnahkan satu generasi.” Banyak hadirin ikut meneteskan air mata saat itu.

Awal Maret 2001, Mega datang ke wilayah kerusuhan etnis di Kalimantan Tengah. Ia mendatangi tempat pengungsian orang-orang yang menghindari kerusuhan di kota Sampit. Ribuan orang tinggal di tenda-tenda darurat di sebuah lapangan. Hanya ada tiga WC atau jamban darurat di tempat pengungsian itu. Maka, banyak tinja berserakan di tempat tersebut. Aroma bau kotoran manusia sangat menyengat. Mega berjalan masuk ke wilayah itu tanpa memedulikan sepatunya yang menginjak kotoran manusia yang berserakan di tempat tersebut. Air matanya berlinang ketika ia membelai-belai para ibu-ibu, anak-anak, dan orang tua di tempat seperti itu.

Megawati dianggap berjasa menyelenggarakan pemilu secara aman dan damai tahun 2004, karena untuk pertama kalinya pemilihan Presiden secara langsung dalam sejarah Indonesia. Banyak yang menganggap Megawati kurang piawai dalam manajemen politik, sehingga ‘dikerjai‘ oleh militer ketika pusat memutuskan menyerbu Aceh. Bahkan dalam setelah kegagalan pemilu 2009, sekali lagi ia memilih konsisten memilih berada di luar pemerintahan. Prestasi ini bisa dilihat dalam perjalanan partai ini (PDI-P), dua kali jadi partai oposisi dengan menampilkan tema partai yang ideologis dilaksanakan secara konsisten, disiplin, kepada kader-kadernya sehingga PDI Perjuangan bisa melewati masa-masa kritis.

Bagi kalangan partai, hampir tidak mungkin memajukan nama lain selain Megawati dalam bursa ketua umum. Ini yang dilupakan oleh kalangan eksternal yang semata melihat memilih Megawati, sebagai tanda kegagalan regenerasi di Partai Banteng. Mereka kalangan kelas menengah dan aktivis sosial media yang tidak memahami kultur dan semangat kebatinan dalam kader dan akar rumput.

PDI Perjuangan memiliki wong cilik yang tidak paham internet. Mereka adalah grass-root yang secara konsisten menjadi lumbung suara partai. Adagium‘ Pejah gesang nderek Bu Mega ‘sebagai pengejawantahan‘ Surgo nunut, Neroko Katut-nya Bung Karno. Bagi mereka Megawati adalah tokoh karismatik yang menjadi simbol sekaligus pemersatu partai. Fenomena ini tidak hanya di Indonesia, ketika darah biru menjadi syarat utama. Di India sampai sekarang, darah biru Indira Gandhi menjadi penentu dalam partai Kongres. Bahkan di Amerika, keturunan Kennedy menjadi keuntungan tersendiri dalam partai Demokrat.

Profesor riset di LIPI, Syamsuddin Haris pernah menyebut ‘Primus Interpares‘ , sosok yang tidak hanya mempersatukan berbagai unsur yang beragam, tetapi menjadi sumber legitimasi bagi partai itu sendiri. Belum terbayangkan oleh segenap kader PDI Perjuangan, apa yang terjadi seandainya Megawati tidak bersedia menjadi ketua umum kembali.

Memilih kembali Megawati merupakan kesepakatan untuk mempertahankan soliditas di internal partai. Dianggap demokrasi atau tidak, sampai saat ini belum ada figur seperti Megawati yang mampu membuat solid PDI Perjuangan. Kepemimpinan Megawati yang membuat PDIP tidak pernah digoyang perpecahan seperti partai partai lain. Megawati juga bukan tipikal orang yang membuat polemik dengan penentangnya di media massa. Dia membiarkan orang membully bahkan memfitnahnya, tanpa harus memberikan klarifikasi secara langsung. Begitulah Ibu Mega, kata orang PDIP sendiri tak pernah membalas serangan yang dilakukan adiknya, Rachmawati. "Biarkan saja Rachma, dia adik saya“.

Ada kisah menarik tentang Bu Mega yang tak pernah perduli dengan uang gajinya. Saat ia menjadi anggota DPR jaman orde baru, ia tak pernah mengambil gajinya dan tunjangan lainnya. Uang itu justru diambil staff kepercayaannya dan disimpan didalam brankas selama bertahun tahun. Ketika memasuki masa kampanye setelah reformasi, Megawati diberitahu bahwa ia masih memiliki uang simpanan yang bisa dipakai untuk biaya kampanye. Namun uang itu sudah tidak laku, karena sudah terlalu lama disimpan sehingga biro iklan yang menerima uang itu harus menukarkan terlebih dahulu ke Bank Indonesia.

Megawati juga tak ragu mengambil cincin perhiasannya dan memberikan kepada tim kampanye PDIP yang kesulitan uang. Kisah ini juga diceritakan seorang wartawan senior Majalah Tempo kepada saya saat kami mengikuti bersama Megawati, terbang keliling Indonesia saat kampanye 2014.

Rosihan Anwar barangkali salah. Diamnya Megawati adalah kegelisahannya melihat Indonesia. Dengan keterbatasan dan kekurangannya, tak ada yang meragukan kecintaannya pada negerinya yang majemuk ini, sebagaimana yang diucapkan dalam pidato penutupnya kemarin.

Bangkitlah banteng-banteng di seluruh tanah air. Bangkitlah seluruh rakyat Indonesia.
Bangkit dengan jiwa Pancasila. Berderap serempak. Bergerak serentak. Satukan jiwa pengabdian. Mengabdi kepada Allah SWT. Mengabdi kepada tanah air dan mengabdi kepada bangsa Indonesia. Solid bergerak untuk Indonesia Raya. Indonesia yang sejati jatinya merdeka.

Selasa, 06 Agustus 2019

KESAKSIAN KH MUSTHOFA BISRI TERHADAP KH.MAIMOEN

Repost KH musthofa bisri
.
:: Mautul 'รฃlim mautul 'รฃlam :: Putera-putera Kiai Maemoen Zubeir --rahimahuLlรฃh-- sebenarnya ingin mencegah beliau berangkat haji tahun ini. Tapi tidak berani matur. Maka mereka minta tolong salah satu santri kinasih beliau yang kebetulan masih famili, mas Nawawi (Pemilik akun Facebook "Jambal roti"). Mas Nawawi dengan hati-hati matur menggunakan gaya bercerita. Menceritakan obrolan putera-putera beliau. Belum sampai Mas Nawawi tuntas memberitahu apa yang mereka obrolkan, beliau sudah memotong, "Mereka melarang aku berangkat haji ya?! Karepรฉ dรฉwรฉ!" (Maunya sendiri). Terus terang saat Mas Nawawi menceritakan hal itu, dalam hati aku sudah merasa ketir-ketir, tidak enak. Bukan apa-apa; soalnya belakangan setiap ketemu, beliau hampir selalu ngendiko, "Dongo kulo sakniki namung nyuwun husnul khรฃtimah, Lรฉk. Umur kulo sampun langkung 90 tahun." (Doa saya sekarang ini hanya memohon husnul khรฃtimah, Lรฉk. Umur saya sudah 90 tahun lebih). Dan doa permohonan beliau dikabulkan oleh Kekasihnya.
Tokoh pendamai yang menyukai perdamaian itu kini telah damai di sisi Zat yang Maha damai. Meninggalkan kita yang belum selesai dengan urusan dunia ini, dengan membawa segudang ilmu, akhlak, dan kearifan beliau.
Innรฃ liLlรฃhi wainnรฃ ilaiHi rรฃji'ลฑn.
Nafa'anรฃLlรฃhu bi'ululลฑmihi wa akhlรฃqihi wahikmatih.

Senin, 05 Agustus 2019

MBAH MAIMOEN DALAM KENANGAN


Jakarta, NU Online
‘Manusia dinilai ketika ia sudah meninggal’. Pesan tersebut terngiang di tengah ribuan jamaah yang hadir pada acara Haul ke-9 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Ciganjur, Jakarta Selatan, Jumat (21/12) tahun lalu. Dawuh itu Mbah Maimoen sampaikan agar setiap Muslim punya motivasi berbuat kebaikan ketika hidup sehingga dikenang baik ketika ia wafat.

Awalnya, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang, Jawa Tengah ini menyebut bahwa Gus Dur sangat memahami nilai-nilai kemanusiaan (insaniyah). Ia juga sosok yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Kemudian menggunakan asas kemanusiaan untuk menyatukan manusia.

Waktu meninggal inilah seseorang bisa dilihat nilainya. Seperti Gus Dur yang selalu diperingati hari wafatnya menunjukkan ia orang yang sangat dicintai. Kita menyebutnya sebagai haul.

Mbah Maimoen mengingatkan kita semua bahwa kemanusiaan harus diletakkan di atas segala hal. Karena jika kita mencintai manusia dan memanusiakan manusia, kita akan diangkat derajatnya oleh Allah SWT.

"Saya yakin keberadaan hadirin di sini karena kecintaannya kepada Gus Dur," ucap Mbah Maimoen yang saat itu juga menekankan pentingnya meneguhkan pilar-pilar kebangsaan untuk menegakkan agama dan membangun kemanusiaan.

Wafat di Makkah

Kini, ulama kharismatik yang lahir pada 28 Oktober 1928 itu telah menghembuskan nafas terkahirnya di Makkah, Arab Saudi pada Selasa (6/8/2019) sekitar pukul 04.17 waktu setempat. Beliau meninggal ketika hendak melaksanakan ibadah haji yang tinggal menghitung hari.

Menurut informasi yang berhasil ditelusuri NU Online, ulama sepuh yang telah mencapai usia 91 tahun itu meninggal di kamar nomor 1423 di tempat penginapannya di Makkah. Beliau sempat dilarikan ke rumah sakit setempat.

Kabar meninggalnya Mbah Maimoen salah satunya datang dari Ketua Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) PBNU KH Abdul Ghafarrozin.

"Innalillahi wa inna ilahi raji'un. Nembe mawon kapundut Simbah Maimoen Zubair wonten Makkah (baru saja wafat Syekh Maimoen Zubair di Makkah)," katanya dalam sebuah pesan singkat.

Komitmen Kebangsaan

Di usia senjanya, tidak membuat Mbah Maimoen absen dalam persoalan umat, ilmu, dan kebangsaan. Beliau tidak sedikit pun terlihat letih ketika menghadiri Konferensi Bela Negara di Pekalongan, Jawa Tengah 2016 lalu.

Selain bersua dengan banyak ulama-ulama tahariqah dunia, beliau juga ingin menegaskan bahwa seberat apapun beban yang yang harus dipikul, membela agama, bangsa, dan negara harus menjadi perhatian dan tugas bersama.

Setahun sebelumnya, semangat kebangsaan juga ditunjukkan Mbah Maimoen yang tetap berdiri ketika menyanyikan lagu Indonesia Raya di pembukaan Muktamar ke-33 NU di Jombang tahun 2015 di tengah kondisi fisiknya yang tidak menentu.

Meskipun beliau hadir dengan menggunakan kursi roda namun tetap berdiri ketika sesi menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Tanpa dipapah oleh siapapun, seketika itu beliau berdiri. Momen itu direkam langsung oleh putri sulung Gus Dur Alissa Wahid yang menyaksikan kejadian tersebut yang kemudian viral di jagat maya.

Semangat yang sama juga Mbah Moen tunjukkan ketika membakar semangat anak-anak muda NU di arena Muktamar tersebut. Mbah Moen memberikan materi tantangan kaum muda NU di masa depan yang semakin kompleks karena tidak hanya menghadapi kelompok-kelompok yang membahayakan keutuhan negara, tetapi juga dunia teknologi yang makin berkembang pesat. Kini semangat serupa ditunjukkan oleh ulama kharismatik itu dalam kegiatan dengan esensi Bela Negara tersebut.

Teladan Mulia

Dalam hal keilmuan dan belajar, Mbah Maimoen memperlihatkan sosok guru teladan. Di usia yang sama ketika orang lain harus menggunakan bantuan kaca mata untuk melihat dan membaca, Mbah Maimoen masih jelas melihat dan membaca tanpa bantuan kaca mata. Kitab kuning menjadi santapan sehari-harinya di pesantren. Beliau juga masih tegar setiap memimpin shalat berjamaah di pesantrennya.

Hal itu terlihat ketika NU Online berkunjung ke ndalem beliau di Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang pada awal tahun 2017, tepatnya Rabu (15/1/2017) menjelang sore pukul 14.31 WIB. Kebersahajaan, kharisma, dan akhlak Mbah Maimoen melekat kepada setiap santrinya.

Kemurnian para santri dalam mengabdi dan menimba ilmu kepada Mbah Maimoen tak pernah surut. Bagi mereka, suatu kebahagiaan dan keberkahan tak ternilai bisa menggandeng kiai sepuh setiap hari menuju masjid tempat shalat berjamaah.

Sementara santri lainnya nampak membetulkan arah sandal Mbah Maimoen agar beliau tidak terlalu sulit memakainya ketika keluar masjid. Di sejumlah pesantren, perilaku santri membetulkan sandal agar siap pakai memang bukan hal baru. Bahkan para santri sering melakukan tradisi tersebut ketika kiainya didatangi para tamu.

Ketika Mbah Maimoen keluar masjid selesai mengimami shalat, salah seorang santri bahkan secepat kilat datang di hadapan Mbah Maimoen untuk memakaikan sandal di kakinya. Dari pemandangan tersebut, nampak jelas pesantren tidak hanya berisi samudera ilmu, tetapi juga penuh dengan gunungan akhlak mulia yang tertanam begitu dalam pada diri para santri.

Pesan tentang Ilmu

Dalam persoalanhal menimba ilmu, Mbah Maimoen menyatakan bahwa ilmu itu harus didatangi oleh manusia, karena ia tidak mendatangi. Sebab itu, kehadiran setiap orang dengan maksud memperkokoh keilmuan merupakan langkah yang tepat. Apalagi sekaligus menelusuri sanadnya sehingga ilmu itu menyambung hingga ke pucuk sumber yang shahih, yaitu Nabi Muhammad.

“al-ilmu yu'ta wa la ya'tii. Ilmu itu didatangi bukan mendatangi dirimu,” tutur Mbah Maimoen Zubair dengan penuh kehikmatan menerangkan kepada para tamu.

Mbah Maimoen mengumpamakan air di dalam sumur yang harus ditimba. “Sebagaimana kita menginginkan air di dalam sumur, kita harus menimbanya,” ujar Mbah Maimoen kala itu.

Tak hanya terkait dengan esensi ilmu yang manusia harus terus menerus menimba dan belajar, tetapi juga berbagai persoalan bangsa maupun penjelasan sejarah meluncur deras dari mulutnya sehingga para tamu nampak makin khidmat dalam menyimak paparan-paparan Mbah Maimoen.

Terkait dengan persoalan kebangsaan dan politik yang terus mengalami turbulensi dari tahun ke tahun, Mbah Maimoen berpesan agar tidak semua orang ikut larut dalam permasalahan sehingga melupakan tugas terdekatnya sebagai manusia. Hal ini akan berdampak pada ketidakseimbangan hidup dan kehidupan itu sendiri.

Selamat jalan Mbah Moen, teruslah tuntun kami yang masih ada di alam dunia ini...

(Fathoni)

INDONESIA BERDUKA KEHILANGAN SEORSNG KYAI,TOKOH YANG KSRISMATIK MBAH MAUMUN ZUBAIR DI MEKAH.



Kabar duka menyelimuti Tanah Air. Kiai karismatik yang juga Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Maimun

Zubair atau akrab disapa Mbah Moen wafat.

"Innalillahi wainnailaihi rajiun. Mbah Maimun Zubair wafat," kata Waketum PPP Arwani Thomafi kepada detikcom, Selasa (6/8/2019
Ketua Majelis Syariah PPP itu diketahui wafat di Mekah.
"Wafat di Mekah," kata Arwani.

Syaikh Maimun Zubair atau Mbah Moen wafat pada usia 90 tahun. Mbah Moen merupakan kiai kelahiran 28 Oktober 1928.

Ulama yang akrab disapa Mbah Moen ini merupakan salah satu dari anggota Ahlul Hall wal Aqdi (Ahwa) pada Muktamar ke-33 NU di Jombang tahun 2015 lalu.

Kiai Haji Maimoen Zubair merupakan seorang alim, faqih sekaligus muharrik (penggerak). Selama ini, Kiai Maimoen merupakan rujukan ulama Indonesia, dalam bidang fiqh. Hal ini, karena Kiai Maimoen menguasai secara mendalam ilmu fiqh dan ushul fiqh. Kiai Maimun merupakan kawan dekat dari Kiai Sahal Mahfudh, yang sama-sama santri kelana di pesantren-pesantren Jawa, sekaligus mendalami ilmu di tanah Hijaz.

Kiai Maimoen lahir di Sarang, Rembang, pada 28 Oktober 1928. Kiai sepuh ini, mengasuh pesantren al-Anwar, Sarang, Rembang, Jawa Tengah. Kiai Maimun merupakan putra dari Kiai Zubair, Sarang, seorang alim dan faqih. Kiai Zubair merupakan murid dari Syaikh Saรญd al-Yamani serta Syaikh Hasan al-Yamani al-Makky. 
Kedalaman ilmu dari orang tuanya, menjadi basis pendidikan agama Kiai Maimoen Zubair sangat kuat. Kemudian, ia meneruskan mengajinya di Pesantren Lirboyo, Kediri, di bawah bimbingan Kiai Abdul Karim. Selain itu, selama di Lirboyo, ia juga mengaji kepada Kiai Mahrus Ali dan Kiai Marzuki.

Pada umur 21 tahun, Maimoen Zubair melanjutkan belajar ke Makkah Mukarromah. Perjalanan ini, didampingi oleh kakeknya sendiri, yakni Kiai Ahmad bin Syuรกib. Di Makkah, Kiai Maimun Zubair mengaji kepada Sayyid Alawi bin Abbas al-Maliki, Syekh al-Imam Hasan al-Masysyath, Sayyid Amin al-Quthbi, Syekh Yasin Isa al-Fadani, Syekh Abdul Qodir al-Mandaly dan beberapa ulama lainnya.

Kiai Maimoen juga meluangkan waktunya untuk mengaji ke beberapa ulama di Jawa, di antaranya Kiai Baidhowi, Kiai Ma'shum Lasem, Kiai Bisri Musthofa (Rembang), Kiai Wahab Chasbullah, Kiai Muslih Mranggen (Demak), Kiai Abdullah Abbas Buntet (Cirebon), Syekh Abul Fadhol Senori (Tuban), dan beberapa kiai lain. Kiai Maimun juga menulis kitab-kitab yang menjadi rujukan santri. Di antaranya, kitab berjudul al-ulama al-mujaddidun.

Selepas kembali dari tanah Hijaz dan mengaji dengan beberapa kiai, Kiai Maimoen kemudian mengabdikan diri untuk mengajar di Sarang, di tanah kelahirannya. Pada 1965, Kiai Maimun kemudian istiqomah mengembangkan Pesantren al-Anwar Sarang. Pesantren ini, kemudian menjadi rujukan santri untuk belajar kitab kuning dan mempelajari turats secara komprehensif.

Selama hidupnya, Kiai Maimoen memiliki kiprah sebagai penggerak. Ia peranh menjadi anggota DPRD Rembang selama 7 tahun. Selain itu, beliau juga pernah menjadi anggota MPR RI utusan Jawa Tengah. Kini, karena kedalaman ilmu dan kharismanya, Kiai Maimoen Zubair diangkat sebagai Ketua Dewan Syuro Partai Persatuan Pembangunan (PPP). 

Politik dalam diri Kiai Maimoen bukan tentang kepentingan sesaat, akan tetapi sebagai kontribusi untuk mendialoggkan Islam dan kebangsaan. Demikianlah, Kiai Maimun merupakan seorang faqih sekaligus muharrik, pakar fiqh sekaligus penggerak

Sumber : http://www.muslimoderat.net/2019/08/innalillahi-syaikh-maimoen-zubair-tutup.html#ixzz5vmskbnjU

Kamis, 01 Agustus 2019

ANIS OH ANIS

Orang ini nggak bisa kerja, payah

Anies Engga Punya Agenda Membangun.
(Ekonomi)

By Babo EJB

Seharusnya setiap orang yang ingin jadi pengusaha, profesional, politisi, kepala daerah, harus punya agenda. Agenda ini berhubungan dengan visi dan obsesi—mengapa orang harus berjuang mencapai tujuan agendanya—. Dengan Visi dan obsesi itu, membuat  orang punya passion menghadapi segala tantangan. Punya kekuatan pikiran untuk melakukan kreatifitas menghadapi kendala dan mengubahnya menjadi peluang. Saya perhatikan, Jokowi ketika jadi Presiden. Dia focus kepada tiga  hal saja yaitu Infrastruktur dan perumahan rakyat dan revitalisasi pasar. Ketiga hal itu sudah diprakteknya di Solo dan berhasil. Jokowi eksekusi MRT,  Revitalisasi Pasar dan bangun Rusun dimana mana, yang kemudian dilanjutkan oleh Ahok.

Dengan adanya agenda, maka kita bisa menentukan skala prioritas. Mengapa ? Karena kita tidak mungkin mengerjakan semua hal dalam satu kali ayunan. Proses hidup adalah proses berkesinambungan dari semua orang dengan fungsinya masing masing. Anda bukan superman yang bisa mengerjakan semua hal. Pilih skala prioritas yang bisa dirasakan langsung oleh orang lain. Dan memastikan kehadiran anda bermanfaat bagi orang lain. Siapapun itu.

Seperti hal Jakarta. Anies harus tentukan skala prioritas. Kalau susah menentukan maka tinggal buka Map pembangunan DKI yang sudah ada rencana strategisnya lengkap dengan Perda pendukungnnya. Pilih saja diantara rencana strategis yang sesuai dengan agenda Anies. Misal, di Jakarta itu ada lima mega proyek prioritas yang sudah direncanakan jauh sebelumnya. Apa saja proyek itu ?

Pertama adalah pembangunan TOD di setiap stasiun kereta Api di Jakarta dengan kompensasi menghilangkan semua pintu kereta. Ini proyek diluar APBD. Peserta tendernya banyak dan sekarang nunggu engga jelas. Mengapa? karena kebayang engga stasiun Kota jadi TOD. Ada berapa tower apartement untuk rakyat kecil dan kelas menengah bisa dibangun. Belum lagi Stasiun Manggarai. Itu luas sekali untuk dibangun TOD menampung usaha kecil dan menengah serta Rusun untuk kelas menengah bawah.

Kedua, Pembangunan proyek Light Rail Transit (LRT) Fase II direncanakan akan dibangun dengan skema Kerjasaa Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU). Sedangkan BUMN PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PII) akan melakukan pendampingan proyek tersebut. Fase kedua masih tunggu studi kelayakan engga tahu kapan bisa dilaksanakan.  PMD dibatalkan oleh DPRD. Anies diam saja. Padahal Fase pertama Ahok tidak lebih setahun sudah mulai proyek dikerjakan. Dan sekarang sudah bisa digunakan.

Ketiga, super block Sunter yang digabungkan dengan Lapangan Bola kaki dan rumah sakit international termasuk Masjid terbesar di Indonesia. Proyek ini juga akan menerapkan KPBU dengan swasta Asing dan Jakpro. Belum jelas kapan tendernya. Lebih konyol lagi digabung dengan PLSampah. Ya gimana bisa layak proyek tersebut. Hunian digabung dengan PLTsampah. Akibatnya block sunter gagal dibangun. Proyek pembangunan fasilitas pengolahan sampah dalam kota atau Intermediate Treatment Facility (ITF) Sunter yang peletakan batu pertamanya tahun 2018, sampai sekarang belum bergerak. Terkendala belum ada keputusan soal tipping fee.

Keempat, penyelesaian proyek Kanal Banjir Timur (KBT) yang merupakan proyek pemerintah pusat yang didampingi oleh Pemda DKI melalui dana pinjaman dari world bank. Sampai sekarang masih tersendat sendat karena Aneis kejebak janji Pemilu membangun tanpa menggusur. Lihatlah sekarang bagaimana proyek terbengkalai dan tumpukan sampah menutupi kanal yang sudah terbangun sebagian.

Kelima. Penataan segitiga Tanah Abang sebagai salah satu centra strategis kota. Proyek alih alih di follow up, malah tanah abang di acak acak jadi engga jelas. Padahal kalau proyek ini digelar akan banyak investor berminat dengan skema B2B. Jarak tanah Abang dengan Sudirman dan Tharim itu hanya 10 menit jalan kaki. Kebayangkan strategisnya. Tentu kalau proyek itu digarap,  tidak sedikit tenaga kerja bisa terserap dan PAD didapat. Hasilnya Tanah Abang akan menjadi Pusat Business modern sekelas SCBD Sudirman. Apalagi proyek ini dikonbinasikan dengan CSR membangun trotoar dari Sudirman ke Monas seperti Orchard Singapore. Ini juga tidak disentuh. Malah membolehkan pedagang kaki lima di trotoar. Dan lain sebagainya.

Membangun DKI itu berpacu dengan waktu. Mengapa ? karena pertumbuhan kota yang dijejali oleh urban begitu pesat. Tingkat kemacetan semakin tinggi. Masalah sosial semakin rumit. Kalau lah gubernur bekerja keras 24 jam sehari belum tentu bisa mengejar ketertinggalan pembangunan. Apalagi kerjanya hanya wacana. Engga akan kekejar. Buktinya sampai sekarang progress proyek tidak jelas. Padahal Anies udah kerja dua tahun lebih. Sementara dia masih focus gimana menghabiskan APBD dan beretorika menyalahkan orang lain. 

Kalau hanya membanggakan penutupan Alexis,dan akhirnya dibuka lagi dengan nama lain. Penyegelan reklamasi, yang akhirnya IMB diterbitkan lagi. Memberikan kebebasan kaki lima di trotoar dan jalan raya. Saya rasa engga perlu sekolah tinggi dan tidak perlu mengeluarkan ongkos mahal untuk PILKADA. Entahlah..Saya kehilangan kata kata untuk seorang Anies.