Senin, 04 Januari 2021

ANTARA PKS DAN KRIMINAL KADRUN

 ANTARA PKS DAN KRIMINALISASI ULAMA


Ustadz Abu Bakar Baasyir.

Dia seorang ulama, ditangkap dan dijatuhi hukuman bukan karena status ulamanya, bukan juga karena dia menentang kebijakan pemerintah, tapi dia divonis bersalah karena terbukti terlibat terorisme.


Bahar bin Smith. 

Dia dianggap ulama lantaran Bahar bin Smith konon adalah termasuk keturunan Nabi, dia dilaporkan dan diperiksa lalu dihukum bukan karena status ulamanya, bukan juga karena ceramahnya yang sering mengolok-olok pemerintah, tapi dia divonis bersalah karena terbukti melakukan penganiayaan berat.


Sugik Nur Raharja

Katanya dia juga Ustadz, konon walaupun katanya dia tidak pernah mondok di pesantren dan tidak bisa baca kitab suci tapi bagi pengikutnya yang percaya dia tetap  dianggap ulama. Dia diadukan dan ditangkap bukan karena status dia yang Ulama, bukan juga karena dia sering mencaci-maki pemerintah. Dia ditangkap dan akhirnya masuk penjara karena terbukti dengan jelas melakukan ujaran kebencian secara terbuka terhadap NU.


Soni Eranata Alias Ustadz Maaher

Katanya sih dia ulama, dia diadukan dan ditangkap bukan karena statusnya yang ulama, bukan juga karena dia seringkali menjelek-jelekkan pemerintah. Dia ditangkap, dijadikan tersangka dan diancam hukuman 6 tahun penjara karena diduga telah melakukan perbuatan yang tidak pantas menghina Ulama yakni Habib Luthfi bin Yahya.


Muhammad Rizieq Shihab

Dia ulama, dia juga Habaib, dikenal sebagai (imam besar) pimpinan tertinggi FPI, dia berurusan dengan hukum bukan sekali atau dua kali, kasus yang diadukan pun cukup banyak. Dia ditangkap bukan karena dia Ulama, bukan karena dia Imam Besar, bukan juga karena bersebrangan dan sering melawan kebijakan pemerintah. Dia ditangkap karena terbukti dengan sah melakukan tindak pidana umum.


Dari daftar nama-nama ulama di atas jelas mereka ditangkap bukan karena gelar ulamanya, bukan juga karena pandangan politik yang berlawanan dengan pemerintah. Artinya tidak ada Kriminalisasi Ulama, sebab masih banyak ulama yang bersebrangan dengan pemerintah yang masih bebas bersuara di mimbar-mimbar dakwah mereka, contohnya :


1. Ustadz Abdul Somad

2. Ustadz Tengku Zulkarnain

3. Ustadz Alfian Tandjung

4. Ustadz Bachtiar Natsir

5. Ustadz Haikal Hasan

6. Ustadz Ismail Yusanto

7. KH Ahmad Shabri Lubis

8. KH.Slamet Ma'arif

9. Ustadz Alhabsy

10. Cak Nun

11 Ustadz Yahya Waloni

12 Ustadz Felix Siau


Dari 12 daftar di atas tidak ada yang ditangkap dan dijerat hukuman, kalaupun ada di antaranya yang pernah berurusan dengan polisi dan diproses secara hukum tapi kemudian tidak ditahan itu karena tidak cukup bukti.


Lantas kenapa ulama-ulama NU yang notabene nya tidak sependapat dengan ulama-ulama bermasalah di atas tidak pernah ada yang ditangkap ?


Ulama-ulama NU paham hukum, ta'at dan tidak mau melanggar hukum, oleh sebab itu Ulama NU tidak pernah bersentuhan dengan hukum. Bukan pula berarti Ulama NU tidak pernah mengkritik pemerintah, pernah, tapi mereka tahu caranya mengkritik dengan adab.


Yang anehnya, tudingan "kriminalisasi ulama" tidak pernah muncul pada masa pemerintahan yang sebelumnya.

Padahal Abu bakar Baasyir ditangkap sejak pemerintahan SBY.

Begitu juga dengan Habib Rizieq waktu itu sudah sempat dipenjara.


Kenapa ?

Karena pada jaman itu PKS ada dibarisan penguasa.

Lantas kenapa di pemerintahan sekarang kalau ada ulama yang berurusan dengan hukum lalu ramai-ramai orang menuduh Jokowi mengkriminalisasi Ulama ?

Karena sekarang tidak ada tempat bagi PKS di barisan penguasa.


Paham ya ? 

Jadi jangan dengarkan dan jangan percaya kalau ada yang bilang Pemerintah dzhalim karena mengkriminalisasi ulama. Yang benar adalah pemerintah dan aparat tegas melawan kriminal yang berkedok Ulama !


Oleh: #BrendElyzabeth



Minggu, 03 Januari 2021

FPI Bubar, Habib Hasan Baabud: Gerakan Mereka Mirip PKI

 

FPI Bubar, Habib Hasan Baabud: Gerakan Mereka Mirip PKI

Pemerintah telah membuat keputusan membubarkan dan melarang segala bentuk kegiatan serta simbol-simbol FPI. Ada yang pro dan kontra terhadap keputusan yang dituangkan dalam SKB enam menteri dan pejabat setingkat menteri tersebut.

Salah satu yang mendukung adalah, KH Habib Hasan Agil Baabud, pemilik Pondok Pesantren Al Iman, Desa Bulus, Kecamatan Gebang, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Menurut Wan Hasan, panggilannya, gerakan FPI bukanlah dakwah melainkan gerakan politik.

“Sebenarnya, ormas yang gerakannya sama seperti FPI banyak, yang tanpa nama juga ada. Slogan mereka kembali Al Quran dan As Sunnah, hanya kampanye yang menyesatkan. Bungkusnya saja yang agama, tapi sebenarnya gerakan politik. Saya menyambut gembira dibubarkannya FPI dan penghentian segala bentuk kegiatan FPI,” kata Wan Hasan saat ditemui di kediamannya, Komplek Ponpes Al Iman.

Kyai tokoh NU tersebut melanjutkan, mengenai klaim FPI, HTI dan ormas sejenis bahwa gerakan mereka membela Islam merupakan hak ormas tersebut. “Bagi saya, mereka adalah pemberontak. Masak dalam dakwah kok yang diajarkan kebencian pada pemerintah yang ada, menjatuhkan pemerintahan dan presiden yang sah. Saya merasa gerakan mereka mirip dengan PKI hanya beda simbol. Dalam Islam, tidak diperbolehkan untuk memberontak kepada pemerintahan yang sah. Bughot (pemberontak) harus kita tumpas,” kata Wan Hasan. Copas