Sabtu, 14 April 2018

kesaksian Ketum PPP tentang asal muasal fitnah PKI dan aseng

Bongkar Terus! Romahurmuzy Blak-Blakan Tentang Obor Rakyat

Bongkar Terus! Romahurmuzy Blak-Blakan Tentang Obor Rakyat
Politik itu kejam kawan. Sekarang kawan besok bisa saja jadi lawan. Makanya harus hati-hati dalam membangun koalisi jahat. Kalau mau jahat, carilah partai yang jahatnya sama seperti partaimu agar semua strategi jahatmu tidak dibeberkan di kemudian hari.
Seperti yang dilakukan Romahurmuzy. Ia membuka rahasia koalisi merah putih yang mendukung Prabowo pada 2014 silam yang penuh dengan fitnah dan hoaks. Meskipun sebenarnya terlambat, tetapi lebih baik daripada tidak sama sekali.
Romahurmuzy memulai dengan membantah fitnah terhadap Jokowi sebagai keturunan PKI dan Tionghoa. Menurutnya, sebenarnya mudah memahami bahwa semua itu hanya fitnah. Jokowi sudah dua periode di Solo sebagai walikota dan sedang menjabat sebagai gubernur DKI pada waktu itu. Semuanya didukung partai yang sama. Artinya, tiga kali Jokowi lolos seleksi KPU tidak ada masalah.
Kenapa justru ketika berhadapan dengan partai pendukungnya dahulu, fitnah itu muncul? Karena semua fitnah itu adalah rekayasa dari partai lawan Jokowi pada 2014.
"Bahkan partai yang sama juga mengusung Pak Jokowi pada Pilgub 2012, tidak muncul isu demikian. Mengapa demikian pada tahun 2014 posisinya berhadapan tiba-tiba muncul isu komunis. Itu artinya ini adalah rekayasa." (Kompas)
Romahurmuzy menjelaskan bagaimana fitnah itu dibuat, dicetak, dibukukan ke dalam satu tabloid Obor Rakyat, dicetak sebanyak 1 juta eksemplar dan disebarkan ke berbagai 28.000 pondok pesantren serta 724.000 mesjid yang tersebar di Pulau Jawa.
Ia membuka ini karena berawal dari pertanyaan ulama tentang munculnya fitnah-fitnah karena ia adalah bagian dari pemenangan Prabowo waktu itu. Dia juga melihat politik semakin hari semakin menghawatirkan. Pertarungan politik sudah mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.
"Di antara pemikiran provokatif yang muncul pada saat itu adalah bahwa Pak Jokowi adalah anak seorang tionghoa yang bernama Oey Hong Liong, dan dia adalah aktivis PKI. Itu dibuat, dibukukan, dibakukan ke dalam satu tabloid yang bernama Obor Rakyat." (Kompas)
Ia menjelaskan bahwa ada dua pemikiran waktu itu, yang satu produktif dan yang satunya provokatif. Pemikiran provokatif muncul pada waktu itu adalah bahwa Jokowi keturunan Tionghoa yang merupakan aktivis PKI. Tetapi dia dan tim resmi pemenangan membantah ikut ambil bagian dalam pemikiran negatif itu. Hoaks itu dibuat oleh pendukung tidak resmi. Karena itu dia menolak ketika diminta untuk mengedit Obor Rakyat.
Sekarang jelas bahwa pihak Prabowo pada tahun 2014 lalu berpolitik kotor. Politik seperti ini sudah jelas tidak baik bagi Indonesia ini. Untungnya Prabowo tidak menang Pilpres 2014. Kalau menang tak bisa dibayangkan pemerintahan seperti apa yang akan dibangun. Mungkin saja akan penuh rekayasa, politik kotor dan penuh kebohongan publik.
Kesalahan Romahurmuzy adalah membiarkan fitnah itu tetap menyebar sekalipun dia tahu itu tidak baik. Mungkin kalau dia dengan tegas menolak dan menggagalkan cara-cara seperti itu, kondisi Indonesia saat ini akan jauh lebih baik, tidak ada perseteruan yang pelik.
Tetapi sudahlah, itu sudah berlalu. Tidak ada gunanya menyalahkan masa lalu yang buruk dan mempertahankan rasa sakitnya. Ke depannya semoga Romahurmuzy belajar dari kesalahan ini agar ke depan di kubu Jokowi memegang teguh politik bersih dan berkualitas. Sebab hanya politik berkualitas yang akan menghasilkan pemimpin berkualitas.
Untungnya, sekarang rakyat akan tahu bahwa Prabowo dan kubunya menggunakan cara-cara yang tidak pantas untuk meraih kekuasaan. Sudah pasti pada Pilpres 2019 – sejak Prabowo memastikan akan maju kembali menantang Jokowi – kubu Prabowo akan mengubah strategi kampanye. Selain strategi 2014 ternyata tidak berfungsi secara maksimal, strategi seperti itu sudah ketahuan ke publik. Mereka akan mencari cara-cara baru.
Melihat fenomena politik kubu Prabowo, strategi DKI adalah yang paling ampuh sejauh ini. Strategi ini mampu menghantarkan Anies-Sandi menguasai DKI. Mereka sangat mengapresiasi strategi politik di DKI. Bukan tidak mungkin strategi yang sama akan sanggup menumbangkan Jokowi – yang juga petahana dan memiliki tingkat kepuasan publik yang tinggi.
Tunggu dulu, Jakarta bukan Indonesia. Jakarta hanya bagian kecil dari Indonesia. Menggunakan cara-cara DKI belum tentu akan mampu mengkover seluruh Indonesia. Di DKI, dengan mudah politik SARA mempengaruhi pilihan politik. Tetapi di daerah-daerah Indonesia, politik SARA akan menjadi bumerang bagi siapa pun yang menggunakannya.
Daerah-daerah yang sudah merasakan hasil kerja nyata Jokowi tidak sejahat warga Jakarta. Masak mereka masih mau diadudomba oleh orang yang tidak punya pengalaman. Tidak memilih Jokowi adalah kerugian besar bagi mereka.
Jokowi pun selama ini sudah kenyang dengan seluruh fitnah yang ditujukan kepadanya. Kali ini, Jokowi akan maju dengan kereta peri, yang sudah disucikan dari segala kebusukan-kebusukan yang disematkan lawan. Kali ini, perjuangan Jokowi akan jauh lebih mudah.
Bagi Prabowo dan koalisinya, siap-siap nyungsep. Sebab kebusukan Anda akan dibukakan satu-persatu. Semakin bertingkah, akan semakin tenggelam. Camkan itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar