Selasa, 15 Januari 2019

MIMPI DISIANG BOLONG.


Pidato Prabowo Dinilai Retorika Klise

Oleh Markus Junianto Sihaloho, Robert Wardy | 15 Jan 2019 11:56
Jakarta - Pidato Prabowo Subianto yang memaparkan visi dan misinya dalam Pilpees 2019, Senin (14/1) malam, dinilai hanyalah pengulangan dan penguatan strategi menebar krisis dan keburukan.

Penilaian itu disampaikan Juru Bicara TKN Jokowi-KH Ma'ruf Amin, Tb Ace Hasan Syadzily. Menurutnya, tidak ada yang baru dari pidato visi dan misi yang disampaikan Prabowo. Selama dua jam membaca teleprompter, Prabowo hanya menyampaikan retorika klise dan miskin gagasan segar.

"Prabowo tetap mengandalkan strategi our brand is crisis. Dengan menilai situasi negara saat ini di tengah krisis. Semua dilihat buruk, sengsara, tertinggal, terbelakang dan tergantung. Dengan cara itu, Prabowo ingin tampil sebagai penyelamat," kata Ace Hasan Syadzily di Jakarta, Selasa (15/1).

Penggambaran situasi seperti itu mengingatkannya pada pidato Donald Trump. Menurutnya, Prabowo terlihat berupaya menjiplak Donald Trump dalam pemilu AS, yakni mengaduk-aduk sentimen dan emosi, dengan mengangkat contoh-contoh dramatis, tetapi tidak disertai data dan fakta yang akurat.

Oleh karena itu, lanjut Ace, tawaran program oleh Prabowo tidak ada yang genuine dan sebagian besar yang dijanjikannya sudah dikerjakan oleh Jokowi.

"Prabowo baru berjanji, Jokowi sudah memberikan bukti. Lima fokus dan agenda aksinya banyak menjiplak program Jokowi," katanya.

Agenda untuk menstabilkan harga, pembukaan lapangan kerja, penurunan angka kemiskinan dan ketimpangan, penguatan BUMN sebagai agen pembangunan, menjaga iklim usaha, infrastruktur yang bermanfaat, kepastian hukum pada ojek online, pembenahan tata kelola BPJS Kesehatan, serta revitalisasi industri, sudah dikerjakan Jokowi.

"Tidak ada yang baru," ujar politikus Golkar itu.

Prabowo yang kembali mengangkat masalah utang luar negeri, lanjut Ace, juga hanya retorika. Utang pada masa pemerintahan Jokowi digunakan untuk kegiatan produktif dan sama sekali tidak dikorupsi oleh penguasa.

"Di balik retorika, semua menunggu apa yang membedakan program Prabowo dengan apa yang sudah dikerjakan Jokowi. Prabowo juga tidak menyampaikan bagaimana caranya. Jadi, dua jam Prabowo berpidato justru hanya mempromosikan apa yang sudah dilakukan oleh Jokowi," kata Ace.

Pidato tersebut, menurutnya, justru menegaskan paradoks Prabowo. Prabowo menyebutkan persekusi terhadap pihaknya, tetapi justru membiarkan kelompok pendukungnya melakukan persekusi. Prabowo meminta pendukungnya tidak menghujat dan mencemooh, tetapi membiarkan hoax dan fitnah ke Jokowi bertebaran.

"Berteriak soal Bhinneka Tunggal Ika, tetapi membiarkan setiap hari pendukungnya menebar kebencian pada Jokowi dan kelompok yang berbeda. Malam ini pidato itu justru menampilkan paradoks Prabowo," tegasnya.



Sumber : BeritaSatu.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar