Kamis, 28 November 2019

PEMAKAN BANGKAI

PEMAKAN BANGKAI.

Coba perhatikan prilaku para manusia defisit moral itu. Sejak menjegal Ahok di pilkada DKI dgn isu agama, memakai kedok ijtimak ulama mau memainkan kelanjutan menggoreng agama, lucunya yg diusung gak jelas bacaan alfatihanya. Sementara ulama junjungannya gak berani pulang karena kasus pidana yg bejibun jumlahnya.

Ahok sang penerima tuduhan penistaan akibat editan berita, tegar menjalani hukuman yg tak dibuatnya. Sekarang Tuhan memberinya tempat mulia, menjadi Komut Pertamina. Apa para durjana itu menerima, oh pasti tidak, keterbukaan dihati mereka atas sebuah kebaikan sdh lama tak dihadirkan, mereka hanya menyimpan bibit kerusakan utk dilesatkan atas nama agama dan kepentingannya.

Jokowi, sejak kehadirannya 2014 sdh menjadi momok yg menakutkan, karena dia negarawan, bkn gerombolan manusia jogetan. Lihat saja cara mereka berkontestasi yg jauh dari norma sebuah kepentingan bangsa dan negara. Segala cara dipakai hanya fokus menjatuhkan sebuah proses kebaikan dan perbaikan negara yg pernah diporak porandakan oleh rezim yg hanya berfokus pd kekuasaan dan kekayaan.

Berkelanjutan bisa kita saksikan mereka menolak proses perbaikan yg sedang di jalankan. Menolak setiap yg baik yg akan di jalankan. Ahok di jadikan Komut Pertamina mereka ramai meradang, penggalangan hadangan disiapkan, komentar dgn segala isi yg bersifat asumsi dilempar kesana sini. Tapi Ahok tetap dihadirkan di ruang BUMN yg lama menjadi ATM para pemalak bertopeng santun, minus akhlak. Resistensi mereka terhadap Ahok adalah ibarat air limbah menolak filter penjernih.

Dalam dua hari ini ramai argumentasi ttg wacana jabatan presiden, PSI usul 7 thn, ada wacana boleh 3x. PKS dan GERINDRA menolak dgn banyak alasan. Ada yg takut menjadi otoriter, ada yg blg menjadi pemerintahan dinasti, dst. Tapi yg pasti mereka takut kl Jokowi naik lagi, selain mereka bisa dikebiri, capresnya sdh kehabisan usia, shg harapan jd presiden pupus seketika.

Dari sudut kepentingan rakyat, memang sebaiknya bisa beberapa kali kandidat bs jadi presiden, bahkan seumur hidup gak apa-apa, selama orangnya punya komitmen kpd Pancasila dan menjalankan Nawacita, bukan cuma retorika di Mata Najwa. Jokowi sdh terbukti kenapa ditakuti, apa yg tdk terukur dari hasil kerjanya, semua nyata, progressnya tak biasa, diatas luar biasa.

Gampangnya, bebobrokan 42 thn tidak bisa diperbaiki dlm 10 thn, apalagi dgn pondasi yg dipasang ulang kalau diteruskan oleh orang yg visinya menyimpang, bisa jadi bongkar pasang. Contoh nyatanya Jakarta. Diteruskan oleh orang yg otaknya sungsang, outputnya bukan kelanjutan perbaikan yg di hasilkan, malah kehancuran yg dihadirkan.

Kenapa PKS dan Gerindra berang atas wacana periode jabatan presiden yg akan di amandemen. Yg pasti mereka kemecer mau menghadirkan jago yg bisa dipegang-pegang dan jd barang dagangan. Kl rakyat pastilah memilih yg sdh teruji, dan skrg Jokowi sdh membuktikan diri dia mampu membuat Indonesia bangkit. Ini yg membuat para musuh negeri yg pro HTI pada kecil hati, dan ciut "biji".

Gampangnya, kalau sdh dan sdg ada yg baik, ngapain mau diganti, buat saja aturan agar yg mampu ini bs terpilih lagi, daripada dicari ganti yg belum jelas bisa kerja dgn lugas. Cina sdh mengamandemen UU masa kerja presiden dari dua kali menjadi seumur hidup. Alasannya simpel, Xi Jinping mampu membawa Cina maju, dan korupsi indexnya turun. Kenapa Jokowi tidak.

Berandai-andai, kl 2024, Jokowi tak lagi ikut pilpres , dia pensiun pd usia 63 thn, dan Prabowo saat yg sama berusia 73 thn. Kenapa PS kita jadikan benchmark, karena PS adalah kandidat yg punya suara dan pasarnya jelas. Sehingga kl PS ttp berminat maju pilpres, hanya Jokowi lawan sepadannya. Dalam kasus ini, rakyat akan diajak berpikir rasional, antara usia 63 dan 73 Thn, antara yg sudah teruji 10 thn dan yg sdh berkali-kali manyun.

Andaipun Jokowi masih maju yg ke 4 kali, usia pensiunnya baru memasuki 73 thn. Ini bkn lagi masalah tiga atau empat kali jd presiden tapi ini masalah pengabdian seorang negarawan yg diberikan kesempatan mengemban amanah demi kelanjutan pembangunan dan menjadikan bangsanya hadir di kancah dunia dgn menegakkan kepala, bahwa bangsa Indonesia, ras Asia, bisa berkontribusi utk dunia, bukan hanya jadi kacung Amerika.

Hal-hal semacam ini tdk bisa didiskusikan kepada PKS dan Gerindra. Mereka adalah ibarat burung pemakan bangkai yg hinggap diranting pohon, mereka hanya turun manakala ada bangkai yg akan di santap dgn lahap, mereka tdk akan menjejakkan kakinya ke bumi kecuali hidangam bangkai hadir utk dicicipi. Kelompok stunting moral ini adalah komunitas pembanding antar makhluk pemakan daging segar dan bangkai di pelataran dgn kerumunan lalat dan berulat.

Amandemen saja UU pilpres, kalau perlu buat seumur hidup, kenapa tidak  kalau bisa membuat Indonesia lebih hidup. Jangan batasi waktu memimpin, kalau gantinya cuma dapat Upin Ipin. Atau yg cuma kepingin, akhirnya kita cuma menggapai angin.

PRESIDEN ITU MEMIMPIN NEGARA, JANGAN DIPILIH HANYA UNTUK DICOBA, BESAR RESIKONYA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar