Kamis, 30 Januari 2020

Surat buat Anis Baswedan dari mantan bos Indofood iyyas subiakto

ini tulisan Iyyas Subiakto, mantan boss Indofood. Mohon dibaca dengan logika, jangan terbawa emosi:

PAK ANIES, MUNDUR SAJALAH..
( Hadiah tahun baru 2020 ).

Hari ini saya panggil anda dgn sebutan Pak Anies Baswedan, karena nama itu harusnya terjaga sejak lama, sebagaimana nama-nama yg diharapkan oleh orang tua sbg nama anak yg bisa dibanggakan. Dan anda pernah merasakan itu tatkala anda meniti pendidikan, berkarir sampai menjadi menteri, dan akhirnya harus diberhentikan oleh Pak Jokowi karena memang anda tak cakap diberi tanggung jawab, anda lebih berbakat utk selalu pandai dalam tanya jawab. Kini nama indah itu jd bak sampah, diisi sumpah serapah karena anda tak bisa memegang amanah.

Kepiawaian anda dlm hal tanya jawab dapat dimaklumi karena latar belakang anda adalah dosen dan sempat menjadi rektor walau khabarnya dgn jalan yg sedikit kotor. Universitas Paramadina, dimana almarhum Cak Nur yg membidaninya, namun akhirnya sang istripun harus meninggalkannya karena tiba-tiba ada gerombolan yg masuk menguasainya, dan itu termasuk anda katanya.

Saya sempat terkesima awalnya kalau mendengar anda bicara, pernah ada narasi merajut kebangsaan yg anda gagas dgn mengajak anak bangsa mengajar tanpa di bayar. Awal Pak Jokowi mengikuti pilpres anda msk lingkaran itu, dan kami suka itu, anda diangkat jadi Mendikbud namun kementerian itu berkabut krn ada isu tak sedap pemakaian dana pameran buku, dan salah hitung honor guru sampai 23 T.

Pak Anies, andai saja anda sadar kenapa anda diberhentikan dari Mendikbud, ya karena anda punya potensi membuat kemelut, hal itu terbukti saat ini, dimana anda jadi gubernur saja sudah merepotkan Jakarta, warga, dan Indonesia. Prilaku itu sangat rawan utk berbangsa dan punya potensi utk perang saudara, karena mulut anda selain tak bisa dipercaya, juga sangat berbisa.

Sebenarnya sejak awal orang Jakarta sadar akan kapasitas anda, hanya saja saat itu Pak JK dan PS mau menguasai Jakarta krn secara politis krn Jakarta sangat strategis. Kalau dari kapasitas, bgmn anda bisa kerja, jd menteri saja berhenti, apalagi ngimbangi Ahok dan Jokowi, sampai kuda makan besi lagi anda tak akan bisa mengikuti. Belum lagi saat pilkada Jakarta, anda kan gak punya apa-apa, makanya kl gak ada Pak JK, anda memang gak bisa apa-apa. Dan bantuan jualan agama dari kawan² andalah yg punya andil atas semuanya, termasuk bantuan fatwa MUI yg memvonis Ahok sbg penista agama itupun atas editan orderan pemain belakang dgn Buni Yani sbg pelakunya. Hukum lucu berlaku saat itu, dimana ada editan dan pelakunya dipenjara, tapi scr bersamaan ada orang jd korban, ya Ahok itu manusianya  yg dikorbankan agar anda bs jd gubernur Jakarta. Sekarang Ahok jd Komut Pertamina, sedang anda terus komat kamit sibuk menyusun kata-kata, dan tetap tak bisa kerja. Jangankan ngurus banjir, ngurus parkir saja anda tak bisa.

Mengawali thn 2020 yg sdh di prediksi bercurah hujan tinggi dan sdh diperingati oleh BMKG agar kesiapannya lbh terinci, tapi seperti biasa, anda jalan dgn pikiran sendiri, normalisasi Ciliwung tak anda tuntaskan,  waduk dangkal dibiarkan, gorong-gorong ditelantarkan, herannya malah trotoar dibongkar pasang dgn dana milyaran, sementara dana penanggulangan banjir malah disisir alias dikurangi, selama dua tahun belakangan 800 milyar sdh dana dipangkas, ini seperti ada unsur kesengajaan, sama halnya saat anda memberhentikan pasukan kuning bentukan Ahok yg setiap saat siaga utk menjaga kebersihan sbg tindakan preventif, bukan reaktif yg tak effektif. Dari keterangan Pak Basuki menteri PUPR, bhw jelas luapan kali Ciliwung ada pada bagian yg blm di normalisasi. Pak Basuki itu menteri yg bs kerja, jd orang se Indonesia percaya, bukan seperti anda.

Ada istilah, Tindakan besar memerlukan kekuatan besar, bukan mulut besar. Dan kekuatan besar akan timbul dari tindakan benar, bukan tindakan pembenaran, atau dibenar-benarkan. Sayang anda bukan type orang yg bertindak besar dan benar, anda hanya bermulut besar dgn tindakan tak baik dan tak benar. Salah anda semua atas banjir Jakarta ?, Tentulah tidak. Namun, bila tindakan anda bijak tidak kebanyakan ngelem pasti orang akan positif melihat anda sbg orang yg bisa kerja.

Bertindak dan berprilaku sbg jiwa yg dewasa, karena saya yakin hati kecil andapun sdh mengakui anda gagal, mungkin dlm banyak hal, kebiasaan anda naik speda sambil lepas tangan, itu bukan mencerminkan keahlian, melainkan menunjukkan kelakuan atau tabiat yg tak bertanggung jawab. Dengan kondisi Jakarta yg sdh anda buat berantakan harusnya anda malu dgn Pak JK, dan orang² yg mendukung anda sebelumnya.

Ada tiga hal yg harus ada pada diri seorang pemimpin. Pertama harus menjiwai, kedua tidak banyak melakukan kekeliruan, dan ketiga punya otak utk sukses. Anda gak punya ketiga²nya, jadi bagaimana anda bisa mewujudkan realita dari Visi anda. Terus, Jakarta akan jadi apa.

Pak Anies, agar sisa waktu bs terukur dan bermanfaat, sebaiknya anda mundur saja, balik ke kampus, mungkin ilmu anda sbg akademisi lebih pas utk bisa berkontribusi bagi Indonesia. Sayang nama indah anda tiap detik di caci maki oleh orang seantero Indonesia, kecuali penjilat yg anda gaji atau ormas yg menerima donasi dari APBD DKI.

Mari kita mengisi ruang sesuai kapasitas kita agar hidup tak sia-sia. Anda sudah mencoba tiga bidang yg berbeda, menjadi dosen, menjadi menteri, dan menjadi gubernur. Dari ketiganya kelihatan anda lebih pas jadi dosen, sementara anda gagal jd birokrat, karena anda gak punya bakat utk melibatkan orang lain dalam berbuat.

Tinggikanlah kesadaran diri agar bisa terhin dari caci maki. Kami sebenarnya tak ingin mencela anda, tapi karena utk kepentingan sesama, maka kami bersuara. Selainnya, agar bisa mengimbangi suara anda yg kadang tak boleh dibiarkan.

MUNDURLAH PAK ANIES AGAR JAKARTA BISA SEGERA DITATA OLEH ORANG YG PANTAS DISANA, BUKAN HANYA DI PANTAS² KAN SEPERTI ANDA.

WALAU KELAK JAKARTA HANYA BEKAS IBU KOTA, TAPI BATAVIA PUNYA SEJARAH BUAT INDONESIA. JANGANLAH DILENGKAPI SEJARAHNYA DGN CANTUMAN NAMA ANDA BHW PERNAH ADA GUB JAKARTA YG TAK BISA APA².

by. Iyyas Subiakto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar