Kamis, 25 April 2019

BAHAYA HTI

KENAPA HTI TIDAK MAU ADA DIBELAKANG JOKOWI ?

Hizbut thahrir dan Ikhwanul Muslimin mempunyai konsep global yang sama yaitu negara khilafah dan syariah.

Meski begitu, mereka punya pandangan yang berbeda tentang sistem kekhalifahan. Kalau Ikhwanul Muslimin - di Indonesia didentikkan dengan PKS - menggapai tujuan jangka panjangnya melalui gerakan politik, Hizbut Thahrir sebenarnya anti terhadap sistem politik terutama di negara demokrasi.

Demokrasi menurut Hizbut Thahrir adalah produk haram, begitu juga turunannya seperti Pemilu. Jadi, selama ini Hizbut Thahrir Indonesia selalu golput karena buat mereka mencoblos itu bagian dari mengakui sistem thogut.

Khusus di negeri ini, Hizbut Thahrir yang memakai nama Indonesia di belakangnya, selalu menginginkan perang saudara terjadi supaya mereka bisa mengambil alih sistem dan menerapkan konsep khilafah versi mereka.

Pola yang sama di setiap negara adalah mereka menyusup melalui jalur pendidikan, terutama kalangan dunia pendidikan tinggi.

Dengan menguasai Perguruan Tinggi, terutama yang negeri, HTI menguasai juga beasiswa. Dengan beasiswa ini juga mereka melakukan kaderisasi dengan mengambil siswa pintar lulusan SMA dan diberikan fasilitas termasuk disekolahkan di luar negeri.

Pola yang sama yang dilakukan Ikhwanul Muslimin juga.

Kader-kader mereka yang sudah jadi, kemudian disusupkan ke elemen strategis pemerintahan, seperti aparatur negara sipil, kementrian sampai militer.

Diluar itu, HTI membangun ormas-ormas baru yang berbau keagamaan. Pokoknya namanya ada bau-bau Islamnya. Untuk apa ? Tentu untuk menjaring umat. Umat berfungsi selain sebagai donatur tetap pergerakan, juga sebagai persiapan untuk mobilisasi massa jika waktunya siap.

Bisa diartikan bahwa ormas-ormas radikal itu sebagai otot, HTI adalah otaknya.

Dengan konsep "gerakan umat" inilah mereka melegitimasi banyak hal, termasuk melegitimasi orang yang hendak mereka jadikan "kuda tunggangan". Salah satunya melalui konsep ijtimak ulama itu.

Ciri kader pemimpin yang mereka sasar adalah ambisius, delusional, arogan, megalomania dan temperamental. Dalam arti sederhana, mereka sedang menciptakan diktator baru demi kepentingan mereka.

Calon pemimpin seperti ini kemudian didukung oleh "umat" yang sudah dibangun HTI melalui ormas-ormas yang mereka buat tadi, sehingga terjadi simbiosis mutualisma diantara mereka.

Elemen penting HTI yang lain adalah militer. Di militer pun mereka mencari pemimpin dengan model yang sama, yang ambisi menguasai negeri ini. Pemberontakan dan kudeta di banyak negara oleh HTI, selalu dengan pola yang sama seperti ini, makanya Hizbut Thahrir dianggap berbahaya dan dilarang di 20 negara.

Jika kekuatan ini digabungkan, terutama umat dan militer, maka proses kudetapun akan dijalankan, tinggal bagaimana caranya. Salah satunya dengan memanfaatkan sistem politik yang terpolarisasi tajam seperti sekarang yang terjadi di Indonesia.

Adu domba, perang saudara, kemudian kudeta. Hizbut Thahrir akan muncul sebagai pahlawan dan mengusung sistem khilafah di puing-puing demokrasi yang gagal.

Pertanyaannya, kenapa HTI tidak bisa berada di belakang Jokowi ?

Pertama, karena Jokowi bukan pemimpin dengan tipikal yang mereka harapkan. Jokowi tidak ambisius apalagi megalomania. Orang seperti ini sulit diatur apalagi dihasut.

Kedua, ideologi keagamaan Jokowi sangat Nahdlatul Ulama, yang lebih mengutamakan politik kebangsaan daripada politik praktis. NU ini musuh ideologis HTI, mereka seperti air dan minyak, saling bertentangan. Begitu juga NU dan PKS.

Ketiga, Jokowi membangun ekonomi Indonesia. Sistem HTI baru bisa diterapkan di masyarakat bodoh dan miskin. Jadi ketika pendidikan dan kesejahteraan masyarakat bagus, maka sistem itu akan punah dengan sendirinya. Ini yang tidak bisa diterima mereka.

Kalau melihat apa yang terjadi dengan ngototnya Prabowo menjadi Presiden, maka kita akhirnya paham bahwa mesin-mesin HTI bekerja untuk membenturkan bangsa. Cara yang terbaik memang adalah dengan mentertawakan mereka, karena kita sebenarnya tahu apa tujuan jangka panjang mereka.

Jadi, kalau ada teman yang bermutasi jadi kampret, terus dia marah-marah karena merasa dicurangi di Pilpres ini, tolong jangan dibenci.

Peluk dia, kasih dia semangat, kalau perlu usap kepalanya, rangkul pundaknya, dan bisikkan lirih di telinganya..

"Kalah ni yeeee..."

Seruput...

Denny Siregar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar