Rabu, 30 Oktober 2019

SURAT BUAT BAPAK DIN SAMSUDIN

YANG MULIA BAPAK DIN SJAMSUDDIN.

Assalamualaikum, ww..

Semoga BAPAK selalu dalam lingkup rahmat Allah dan kebaikan.

Beberapa kali sy mengomentari statemen²  bapak di medsos dan pernah sekali sy digeruduk oleh Kokam Jatim di Polsek Waru, krn memgkritik bapak ttg pidato kesenjangan ekonomi umat dan dimana bapak menyisipkan kalimat seolah golongan tertentu dinegeri ini telah membuat dosa besar atas ketidakpunyaan ekonomi umat islam di Indonesia, pdhl thn 1993-96 kl tdk salah bapak pernah jd tim riset ekonomi, saat itu  bapak msh di Golkar. Dan kenapa bapak tidak menyalahkan orba dgn pusat orbit di Cendana.

Yang mulia Pak Din, pasca presiden menyusun kabinet Indonesia maju, khususnya kehadiran Bpk. FACHRUL ROZI sbg menteri agama, komen bapak sangat tendensius, ada bbrp screen shoot sy sampaikan atas hal tersebut. Semoga itu hoaks. Termasuk screen shoot dari media internasional yg memasukkan bapak dlm list teroris pd urutan 119. Oh mai got, Ini harusnya bapak bs tuntut secara proporsional, krn telah merusak nama baik seorang yg bgt kredibel pd bidang keislaman Indonesia, dimasukkan dlm daftar teroris. Kami sbg rakyat tetampar atas berita itu, karena bapak bukan kelas Amrozi, dan Rizieq Shihab.

Bapak dalah ulama terkemuka Indonesia dan diakui dunia?, sy lupa apakah bapak msk dlm kelompok 100 org islam berpengaruh di dunia, kl Pak Jokowi sy ingat no. 56, kl tak salah.

Yang Mulia Pak Din, krn ketokohan Bapak yg pernah menjabat ketua umum Muhammadiyah ormas terbesar kedua umat islam di Indonesia, maka apa saja statemen yg bapak ucapkan menjadi viral, sama dgn viralnya Bp. Amin Rais dan keluarganya, yg bisa mengetuk pintu langit dan mendikte malaikat walau ramalannya 11-12 dgn Permadi.

Anda dan Amin adalah dua tokoh Muhammadiyah yg seharusnya sama juga dgn Buya Syafi'i yg begitu saya kabumi, karena Buyalah yg masih menjaga nama Muhammadiyah diluar perpolitikan yg penuh kekotoran dan kemunafikan serta  menjijikkan itu.

Simpelnya anda dan Amin dibandingkan dgn Buya seperti air dan minyak. Disadari atau tidak, kalian telah membuat Muhammadiyah kadang berminyak kadang ber-air. Ini yg disebut panas-dingin.

Pak Din, adalah sia-sia kalau gaya anda memprontali kebijakan pemerintah, khususnya penempatan Bpk. FR sbg kemenag. Bapak tdk bs merendahkan Bpk. FR, dia juga ulama dalam prilakunya walau bkn dalam titelnya, karena titel apa saja akan bisa terasa baik dan ada manfaatnya bila dicoating dgn akhlak mulia. FR, pria kelahiran Aceh ini sangat relegius, walau beliau tdk bekas ketua MUI dan ketua ormas islam. Namun kesantunan bergamanya luar biasa, pemahaman islamnya adalah urat nadi rahmatan lil alamin sebagaimana islam yg sesungguhnya.

Beliau menjalankan ketauladanan apa yg nabi ajarkan, walau Bpk. FR tdk menyuapi orang Yahudi buta di sudut jalan, namun beliau tlh menyuapi kita dgn prilaku islam yg damai, dan menganjurkan islam yg sejuk dlm arti berprilaku, makanya aksi radikal tak bisa ditoleransi, TINDAKAN RADIKAL HRS DIHABISI. Dan beliaulah satu-satunya yg pernah sy dengar bhw beliau adalah menteri agama Indonesia, bkn menteri agama islam. Beliau telah mendudukkan esensi sebenarnya, sesuai azas dan ideologi Pancasia yg tak bisa di ganti, Pancasila adalah konsensus bernegara RI.

Jadi, MENTERI AGAMA ADALAH MENTERI AGAMA RI, BUKAN MENTERI AGAMA ISLAM.

Yg mulia Pak Din, knp kesannya anda berang atas rencana kerja menteri agama yg akan menertibkan ceramah² radikal di Indonesia, yg nota bene sdh menjalar ke sendi umat islam Indonesia khususnya kaum pemaham islam eksklusif, yg relasi kuasanya diatas umat islam Indonesia dgn anggapan bahwa islam nusantara bkn islam, padahal universitalitas islam saat ini sebenarnya hanya tinggal pada syahadat saja.

Kerusakan tatanan sosial bgt terasa, bapak ingat bgmn pilkada Jakarta bgt masifnya agama dijual murah, dan parahnya wkt itu seolah kita sepakat bhw islam itu begitu jahat, sampai seolah membuang jauh ketauladanan nabi yg begitu menjaga islam sampai akhir hayatnya.

Saya mengatakan pilkada Jakarta saat itu adalah perusakan islam dgn cara membusukkan dari dalam, karena secara sadar hasilnya adalah barang busuk dlm prilaku keseharian, ya Anies itu adalah produk buruk dari sebuah proses yg penuh kekejian. Mesjid dijadikan amunisi menyerang Ahok, lembaga hukum jd kandang perangkap menjerat Ahok,  Ahok tak bs membela, dia dipenjara, sementara Buni Yani sang pengedit entah kemana, Rizieq sang ulama yg mendeklarasikan ulama umat islam Indonesia, entah dgn jalan kesurupan apa dia bs mengklain islam Indonesia sdh di bawah komandonya. Padahal 212 saja sdh gak karuan bentuknya, FPI sdh tinggal menghitung hari utk tak ada lagi. Tapi Rizieq sendiri akhlaknya dibawah rata-rata. Secara keseluruhan itulah tipikal radikal, utamanya mulutnya, mulutnya penyulut radikalisme yg ada ditengah kita.

Pak Din, sy adalah muslim, yg blm tentu Islam, nmn sy berusaha kesana, menjadi islam yg kaffah dan menjadi warga negara yg kaffah pula, sehingga ego agama sy bs sy letakkan dlm tataran yg benar, bkn membenar²kan.

Definisi kebaikan tiap hari kita lafaskan, nmn nyaris luput kita aksikan bahkan indikasinya saja nyaris tak ada, sementara radikalisme definisinya kita debatkan, pdhl aksinya sdh kita rasakan, dan mereka sukses melakonkan.

Sy tdk mengajari ikan berenang, namun bila yg anda tak merasakan radikalisme ada ditengah kita, kiranya perlu diasah sensitifitas batin bapak utk di "tera" ulang apakah islam yg rahmatan lil alamin msh ada di hati anda, apakah kasus penusukan Pak Wiranto cuma tusukan tukang copet, dan banyak hal yg bisa dilihat dijalan, medsos, dst, bgmn Felix Siaw yg belajarnya tak seujung kuku hitam anda, bisa berceramah dgn dalil yg bisa merusak sendi bernegara, bgt jg Bchtiar Nasir, dkk. Mereka jelas menentang dan memarjinalkan Pancasila, bgmn menurut anda, apakah itu biasa² saja, apa Abdul Bashit dgn 29 bom yg direncanakan itu hanya mainan, mau kita sebut apa mereka, orang mulia yg berjihad utk Islam, dgn membunuh saudaranya, apa mau disebut sekedar "nakal", nakal kok ngebom, nakal itu kalau rekreasi cari bidadari ke kampung Arab di puncak. Atau nakalnya Pak JK ngundang Zakir Naik dan Thaliban ke istana, itu baru nakal.

Yg mulia Pak Din, anda kan dekat dgn Pak Jokowi, anda bs kpn saja telpon beliau, kalau ada yg tak pas bs dikasi masukan, jd tdk berteriak fals seolah umat islam Indonesia tersinggung atas kalimat radikal, atau tersinggung krn menteri agamanya bkn kiayi atau ulama kenamaan. GUSMUS mengatakan, NU itu bkn ngurusi menteri, tapi Indonesia. Jadi, harusnya bapak yg msh ada bekas icon MU berfikirnya bisa lebih berisi sama, tak usah berang, biasa² ajalah, atau memang kalimat radikal itu bapak rasakan ada didalam perasaan. Lagian kan Pak Jokowi memakai hak prerogatifnya sbg presiden, dan programnya utk membenahi SDM, kalau bapak punya rasa Indonesia, mestinya kalimat mensuppot yg keluar dlm ujud suara, jgn rasan² dipinggir jalan kelas lesehan. Negarawan kok baperan. Apa kl blm bs ktm Pak Jokowi, call saja Pak Machfud, Tito, Fachrul, ajak ngopi² sharing saja, gak perlu formal, gak perlu pakai jas, tp outputnya jelas. Jadi grass root gak was-was.

Jadi, begitu saja yg mulia Pak Din, sy gak bs kasi solusi, sy hanya sebatas sbg muslim yg berusaha memberi indikasi bhw sy masih islam, tentunya islam gak pakai radikal dan bs mencekal hati utk tak brutal.

Demikian sekedar masukan, mhn maaf kalau kurang berkenan. SALAM NKRI.
Biakto Biakto.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar