Minggu, 06 Oktober 2019

KELOMPOK RADIKAL MANA PENCULIK NINOY

KELOMPOK MANA  PENCULIK NINOY?

Oleh: Birgaldo Sinaga

Senin malam, 30 September 2019, menjadi malam yang paling tidak bisa dilupakan Ninoy Karundeng seumur hidupnya. Malam yang paling menakutkan baginya. Relawan Jokowi ini tidak menyangka hidupnya  berada di ujung tanduk.

Maksud hati ingin meliput aksi demonstrasi, tapi apa daya malah nasibnya diseret dan dipukuli  selama hampir 12 jam.

Bahkan hampir dibunuh andai ambulans yang dipesan untuk mengangkut mayatnya datang tepat waktu.

Siapakah mereka yang mau membunuh Ninoy?

Dua hari lalu, saat bertemu dengan Ninoy, saya mendengar pengakuan Ninoy. Ninoy tidak tahu siapa mereka. Siapa nama kelompok mereka. Tapi Ninoy masih mengenali banyak di antara mereka. Ada puluhan orang di Mesjid Al Falah Pejompongan itu malam dan subuh naas itu.

"Ini kali ke tiga saya meliput aksi demo Bang. Sebelumnya juga meliput pada aksi demo 23 dan 24 lalu", ujar Ninoy.

30 September 2018, sekitar pukul 20.00 WIB, Ninoy memutar motor scoopy metik miliknya dari arah BNI Pejompongan. Jalan dekat BNI Pejompongan sudah ditutup. Aparat mengarahkan pengendara berbalik ke arah Benhil.

Ninoy memutar arah. Saat memutar mata Ninoy melihat banyak demonstran terkena gas air mata. Demonstran ini sebagian dipapah. Mereka dibawa ke dalam gang. Di dalam gang ada sebuah mesjid. Mesjid Al Falah namanya.

Naluri jurnalis Ninoy muncul.

"Saya harus masuk ke dalam melihat apa yang terjadi", bisik Ninoy dalam hati.

Ninoy memarkirkan scoopy putihnya di pertigaan jalan dekat Mesjid Al Falah. Persisnya di seberang jalan warung Taichan.

Lalu Ninoy mengikuti para korban gas air mata itu masuk ke dalam gang. Hanya sepelemparan batu saja jaraknya.
Tiba di depan Mesjid, Ninoy mengambil beberapa gambar.

Cekrekk..cekrek..cekrekk.

"Woii ngapain kamu motret2. Darimana kamu? Siapa kamu?", teriak seseorang dari kerumunan.

Ninoy tergagap. Ia menjawab spontan.

"Saya dari Tangerang. Banten", jawab Ninoy.

Ninoy dipepet. Ia dikepung banyak orang. Ninoy tidak bisa berkutik. Hapenya dirampas. Tasnya dibuka. Ada laptop.

"Woii..kamu intel ya. Kamu polisi. Penyusup", teriak salah seorang dari mereka.

Tetiba..

Bukkk..plakkk..bukkk...plakkk...bukkk...

Bertubi-tubi pukulan mendarat di wajah dan kepala Ninoy. Ninoy dihajar beramai-ramai. Lalu ditarik masuk ke dalam mesjid.

Sudah cukup?

Belum.

Di dalam mesjid Ninoy diinterogasi. Interogasi yang dibarengi pukulan. Ancaman. Teror.

Seorang pria berpakaian medis menginterogasi Ninoy. Semua data di hape dan laptop diperiksa. Ada 3 hape dibawa Ninoy. Ketiga hape itu disimpan dalam tas kecil jinjing. Laptop disimpan dalam tas punggung hitam. Satu hape hilang saat Ninoy diseret beramai2 ke dalam mesjid. 

Ninoy serba salah. Ia tidak bisa mengelak. Pukulan bertubi-tubi terus mendarat di muka dan kepalanya. Ia terus dipaksa mengaku siapa yang mengirimnya.

KTP Ninoy diperiksa. Agama Ninoy dipertanyakan. Ninoy diuji mengucapkan dua kalimat syahadat.

Ninoy bersikukuh independen. Ninoy bertahan dengan pengakuan itu. Tapi orang ramai itu tidak percaya. Mereka membuka laptop Ninoy.

Dan mereka semakin marah. Tulisan Ninoy dalam laptop membuat mereka semakin beringas. Ninoy dituduh menyerang kehormatan tokoh2 yang dekat dengan mereka.

Tanpa ampun Ninoy dihajar lagi. Terus menerus. Ditempeleng. Dipukul. Berkali-kali. Bibir Ninoy berdarah. Pelupuk mata Ninoy memar membengkak.

Ninoy tetap bertahan. Ninoy mengaku hanya seorang relawan Jokowi yang bekerja di Jokowi App untuk kampanye saja. Tugasnya sudah berakhir April lalu.

Mereka memeriksa pengakuan Ninoy. Ditemukan kartu tanda pengenal pers Jokowi App. Mereka semakin mengamuk. Pukulan mendarat lagi di wajah Ninoy.

Ada beberapa orang dari mereka kasihan melihat Ninoy. Darah mengucur deras dari bibir Ninoy. Mereka memberi obat agar pendarahan berhenti. Ninoy juga diberi roti dan air minum.

Malam semakin larut. Ninoy mengiba agar dipulangkan.

"Saya memohon berkali-kali agar dibebaskan tapi mereka tidak mau Bang", ujar Ninoy

Permintaan Ninoy tidak digubris. Orang-orang semakin ramai berdatangan.

Informasi penyusup masuk Mesjid Al Falah menyebar di kompleks mesjid.

Tak pelak orang-orang yang baru datang itu juga menghajar Ninoy. Mengumpat Ninoy. Mencaci maki Ninoy.

Subuh dini hari, sekitar pukul 03.00 WIB, seseorang yang dipanggil habib datang. Ia langsung menginterogasi Ninoy. Juga memukuli Ninoy. Berkali-kali. Hingga Ninoy terhunyung-hunyung. Ninoy terus ditekan.

Ninoy dicecar dan didesak dengan pertanyaan asal kelompok Ninoy. Buzzer dari kelompok mana. Ninoy bertahan dengan pengakuannya. Independen. Tidak berafiliasi dengan kelompok manapun.

Nama-nama Abu Janda, Denny Siregar, Eko Kunthadi, Kajitow, Niluh Jelantik, Manuel Mawengkang disebut-sebut mereka.

"Nama Bang Bir juga disebut mereka", ucap Ninoy serius.

"Benarkah Bro?", tanya saya terkejut.

"Benar Bang Bir. Serius", balas Ninoy.

"Ahhh sejak zaman Ahok sudah sering masuk list ancaman bro. Jadi sudah biasa", balas saya mencoba tenang.

Ninoy mencoba mengingat subuh kejadian itu lagi. Nasibnya diujung tanduk. Ninoy menarik nafas panjang.  Es coffee lemon yang kami minum itu terasa kecut.

"Saya ingat subuh itu ada seorang habib dipanggil", lanjut Ninoy.

"Orang yang dipanggil habib itu punya rencana gila", ucap Ninoy.

"Maksudnya", tanya saya.

Menurut Ninoy orang yang dipanggil habib itu meminta dipanggilkan mobil ambulance. Tujuannya untuk mengangkut mayat Ninoy. Lalu di jalan akan membuang mayat Ninoy. Entah di mana.

Ninoy mendengar terjadi perdebatan di antara mereka. Apakah Ninoy dibunuh atau tidak?

Ninoy yang mendengar rencana jahat  mereka kontan ketakutan. Ia memohon2 agar tidak dibunuh. Ninoy terus memohon ampun. Menyembah mereka. Tapi mereka tidak bergeming. Ninoy harus dihabisi segera. Darah Ninoy halal.

Orang ramai itu sebagian setuju Ninoy dihabisi. Mereka takut jika dibiarkan hidup Ninoy akan melapor ke polisi.

Rencanapun disusun. Mereka sepakat Ninoy akan dibelah kepalanya menjelang bakda subuh. Ninoy akan dibelah kepalanya dengan kapak. Kapak sudah disediakan.

Syukurnya, mobil ambulance yang dipesan belum juga datang. Orang yang dipanggil habib itu terus menanyakan keberadaan mobil. Mobil ambulance yang akan dipakai mengangkut mayat Ninoy. Sudah menjelang subuh ambulance belum juga datang.

"Saya sudah pasrah Bang Bir. Kalau mati  ya itulah takdirku", tutur Ninoy dengan suara lirih bergetar.

Orang yang dipanggil habib itu kehabisan waktu. Waktu eksekusi membunuh Ninoy semakin mepet. Subuh perlahan berganti pagi. Ia terus menanyakan mobil ambulance.

Akhirnya, mereka menyerah. Ninoy harus dilepas dari dalam mesjid. Rencana eksekusi dibatalkan. Orang2 itu berunding bagaimana melepaskan Ninoy.

"Kamu harus bertobat. Coba kamu sholat", perintah orang yang dipanggil habib itu pada Ninoy.

Ninoy lalu sholat. Usai sholat Ninoy diminta sumpah di atas kitab suci. Ninoy dipaksa menandatangani surat pernyataan maaf di kertas bermaterai. Ninoy diancam untuk tidak melapor ke polisi. KTP dan alamat rumah Ninoy dicatat.

"Saya hanya pasrah Bang Bir. Semua permintaan mereka saya turuti. Yang penting selamat", ujar Ninoy lirih.

Selasa, 1 Oktober 2019 sekitar pukul 07.00 WIB, Ninoy dibebaskan. Sebelum dibebaskan Ninoy diminta membuat pengakuan. Pengakuan bersalah dan pengakuan bertobat itu direkam video.

Seorang lelaki tim medis memesan mobil go box untuk mengantar Ninoy dan sepeda motornya pulang ke Tangerang.

Ninoy dipulangkan dengan mobil pick up go box. Ninoy duduk di samping supir dengan surban menutupi wajah dan kepalanya. Surban itu dililitkan seseorang  agar luka memar bekas pukulan tidak tampak.

Tas jinjing kecil, tas punggung, hape dan laptop milik Ninoy diserahkan kembali. Hanya kartu sim hape dan eksternal hard disk drive disita mereka.

Dari pengakuan Ninoy ini kita bisa melihat bahwa mereka bukanlah warga biasa. Mereka adalah orang-orang yang terorganisir. Orang-orang yang faham dan mengerti bagaimana mengeksekusi orang. Musuh mereka.

Dari cerita Ninoy kita jadi faham ternyata mereka mengenali siapa musuh mereka. Siapa lawan mereka.

Mereka menyekap. Mereka menginterogasi. Mereka menculik. Mereka memukuli. Mereka menyiksa. Mereka mengancam. Mereka merencanakan pembunuhan. Mereka bersekongkol. Mereka bersiasat.

Apa tujuannya?

Teror. Ya teror pada kita. Agar kita yang selama ini vokal membuka kedok mereka takut. Agar kita yang selama ini membuat wajah mereka bopeng-bopeng bungkam. Timbul rasa takut.

Kelompok yang terorganisir ini harus diselidiki polisi. Siapa mereka? Apa motif mereka? Siapa target mereka berikutnya? Siapa otak jaringan mereka? Siapa mastermind dibelakang mereka?

Polisi harus bisa menguak tabir gelap ini. Menguak sampai ke inti jaringan mereka.

Membiarkan kasus penculikan dan rencana pembunuhan Ninoy dengan hanya mencokok orang2 di lapangan tidak akan menyelesaikan persoalan mendasar.

Kita dukung polisi untuk mencari dalang dan otak siapa di balik ini semua. Polisi tidak boleh takut menyebut kelompok penculik itu. Polisi harus berani membuka siapa kelompok itu. Terang benderang. Transparan. Agar publik tahu siapa mereka.

Kemarin Ninoy pergi ke rumah sakit untuk pemeriksaan MRI. Ia merasa kepala dan lehernya masih sakit.

Kita akan kawal kasus Ninoy. Kita akan terus menjaga Ninoy. Apa yang dialami Ninoy setidaknya alarm keras bagi kita. Bahwa kekerasan, teror, intimidasi dan pembungkaman nyata dan ada di depan kita.

Kita LAWAN..

Salam perjuangan penuh cinta

Birgaldo Sinaga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar